Share

Pertolongan Itu Tidak Gratis

Penulis: SweetWater
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-02 13:10:00

“Lepaskan wanita itu.”

Baik kedua pria yang sedang menyeret Aleeta maupun wanita glamor tadi seketika langsung berhenti melangkah. Mereka menatap Nicholas yang saat ini sudah berdiri di belakang mereka. Tatapannya dingin dan siap untuk membunuh.

“Ada apa, tampan? Kenapa tiba-tiba kamu ingin aku melepaskan anak manis ini? Bukankah tadi kamu bilang tidak ingin menolongnya?” Cibir wanita glamor tersebut.

“Aku bilang lepaskan!” Nicholas menarik lengan Aleeta secara kasar hingga berhasil terlepas dari genggaman salah satu bodyguard tersebut.

“Heh, apa-apaan kamu?! Anak itu milikku. Kembalikan dia padaku!” Teriak wanita glamor itu.

Nicholas bisa melihat Aleeta menggeleng dengan tangan yang gemetar. Dan lagi-lagi perasaan itu kembali mengacaukan pikiran Nicholas. Terlebih saat melihat Aleeta meneteskan air matanya lagi.

Sial.

Selama ini Nicholas memang tidak suka melihat seorang wanita menangis. Nicholas hanya merasa tidak tega melihatnya. Tapi itu hanya berlaku untuk orang-orang yang di cintainya saja. Tidak untuk seorang pembunuh calon istri dan juga anaknya. Seharusnya Nicholas tidak boleh seperti ini. Tapi kenapa justru perasaannya merasakan hal yang sebaliknya?

“Kamu ingin kembali kepada mereka?” Tanya Nicholas dingin.

Aleeta menggeleng. “Jangan. Aku mohon bantu aku.”

“Bagaimana jika aku tidak ingin membantumu?” Nicholas menatap tajam ke arah Aleeta.

“Cepat kembalikan anak itu padaku!” Wanita glamor itu hendak menarik Aleeta, tapi untungnya Julian berhasil menahannya. “Lepaskan tanganku! Anak ini punya hutang padaku. Dia tidak bisa membayarnya jadi dia harus ikut denganku.”

“Nggak! Aku nggak punya hutang apapun padamu. Aku sudah bilang itu perbuatan Ibuku. Aku sanggup untuk mengganti rugi tasmu. Tapi bukan hari ini!” Teriak Aleeta.

“Bisa jelaskan apa maksud kalian?” Tanya Nicholas penasaran.

“Dia berjanji akan mengganti rugi tasku yang telah di rusak oleh Ibunya. Dia berjanji akan membawa uang delapan ratus juta malam ini, tapi ternyata anak ini tidak membawakannya sama sekali.” Wanita glamor itu menjelaskan.

“Aku kan sudah bilang, hari ini aku belum bisa. Besok akan aku usahakan,” sahut Aleeta.

“Ya dan besok kamu akan bilang kalau kamu belum bisa menggantinya, dan akan meminta waktu lagi besoknya, dan besoknya lagi. Begitu?! Aku ini bukan Ibu peri yang bisa dengan mudah mengabulkan permintaanmu, anak manis!” Desis wanita glamor tersebut.

Nicholas tersenyum tipis ketika mendengar perdebatan dua wanita beda usia tersebut. Cukup menarik.

“Aku setuju dengan ucapanmu, Nyonya. Setiap orang yang berhutang memang tidak pantas untuk di beri kesempatan. Mereka hanya akan membuat kita rugi,” ujarnya sembari melirik Aleeta.

“Nich—“ Julian hendak mendekat tapi kembali berhenti saat Nicholas memberi tatapan penuh peringatan ke arahnya.

“Nggak itu nggak benar. Aku nggak berhutang padanya. Aku hanya mencoba membantu Ibuku untuk mengganti rugi tas yang sudah di rusak olehnya. Apa salahnya jika aku meminta waktu kalau hari ini aku memang benar-benar belum bisa mendapatkan uang itu?” Aleeta menatap Nicholas.

“Itu bukan urusanku,” desis Nicholas tajam.

Aleeta menggeleng. Ia pikir Nicholas akan menolongnya tapi ternyata ia salah.

“Bagus. Kalau begitu berikan anak ini padaku.” Wanita glamor itu kembali bersuara.

“Jangan. Aku mohon tolong aku.” Nicholas sedikit terkejut saat tiba-tiba Aleeta bersujud begitu saja di hadapan kakinya. “Tolong ... Aku berjanji akan melakukan apapun yang kamu minta jika kamu bersedia untuk menolongku.”

“Apapun?” Tanya Nicholas sembari menaikkan sebelah alisnya.

“Ya, apapun itu. Asalkan kamu bersedia menolongku,” jawab Aleeta yang masih bersujud di hadapan Nicholas.

“Baiklah. Aku akan menolongmu,” ujar Nicholas tanpa pikir panjang. “Tapi itu tidak gratis. Ada syarat yang harus kamu penuhi,” sambungnya seraya bersedekap.

“Iya. Aku akan melakukan syarat apapun yang akan kamu berikan. Asal kamu menolongku.”

Nicholas mengangguk. Ia menganggap itu sebagai bentuk kesepakatan dari Aleeta. Nicholas lalu memanggil Julian. “Berapa uang yang harus di bayar wanita ini tadi?” Tanyanya pada wanita glamor itu.

“Delapan ratus juta.”

“Dia yang akan mengurus uangnya. Dengan begini masalah selesai dan wanita ini akan ikut denganku.” Kata Nicholas kemudian.

“Baiklah. Tidak masalah. Yang terpenting cepat kirim uangnya padaku,” desak wanita glamor itu.

“Urus wanita itu, dan satu lagi ... tolong sampaikan maafku ke rekan bisnis kita kalau hari ini aku nggak bisa datang. Ada sesuatu yang perlu aku urus terlebih dahulu,” ujar Nicholas kepada Julian.

Julian hanya bisa mendesah. Ia tidak bisa melalukan apapun selain menuruti permintaan Nicholas. Setidaknya Aleeta kini sudah selamat, meski Julian tidak yakin apakah nantinya dia benar-benar akan selamat setelah berada di tangan Nicholas? Julian bisa melihat kebencian yang di pancarkan dari kedua mata Nicholas saat menatap wanita itu.

Semoga saja Nicholas tidak melakukan hal aneh, meski Aleeta adalah orang yang di bencinya selama ini.

“Ikut aku.” Nicholas langsung menyeret tangan Aleeta keluar dari dalam klub tersebut.

“K-kita mau kemana?” Tanya Aleeta.

Nicholas tidak menjawab. Ia hanya terus menyeret Aleeta secara kasar, tidak peduli meski wanita itu tersandung dan hampir terjatuh beberapa kali.

Aleeta hanya berharap semoga Nicholas tidak akan membunuhnya malam ini.

***

Aleeta hanya bisa menelan ludah susah payah saat menyadari kalau ternyata Nicholas mengajaknya pergi ke sebuah hotel. Nicholas terus menyeretnya secara kasar, memasuki sebuah kamar yang tadi pria itu pesan di meja resepsionist.

“K-kenapa kita ada di sini?” Aleeta bertanya gugup saat Nicholas melepaskan pergelangan tangannya.

Pergelangan tangan itu tampak merah karena Nicholas tadi benar-benar mencengkeramnya dengan begitu kuat.

“Tutup pintunya.”

Suara dingin tersebut membuat Aleeta yang masih berdiri dengan tatapan kosong terperanjat. Tubuhnya mulai gemetar dan keringat dingin mulai mengalir di punggungnya. Apa yang sebenarnya ingin dilakukan Nicholas?

Aleeta tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti perintah tersebut. Tangan Aleeta perlahan menutup pintu kamar dan ia berdiri kaku di dekat pintu.

Nicholas bersedekap santai, duduk di sofa sembari menuangkan sebotol Whisky ke dalam gelasnya. Tatapan matanya yang tajam tertuju kepada Aleeta yang masih berdiri dengan tubuh kaku.

“Apa kamu ingin tahu syarat apa yang harus kamu lakukan?” Tanya Nicholas sembari menyesap Whisky-nya secara perlahan.

Aleeta segera mengangguk cepat. “Ya, katakan padaku. Syarat apa yang harus aku lakukan?”

Nicholas tersenyum, meletakkan gelasnya ke atas meja lalu menatap Aleeta. “Temani aku malam ini.”

Temani? Aleeta mengerjap bingung. Apa maksud dari ucapan Nicholas?

“M-maksudnya a-aku harus menemanimu seperti apa?” Aleeta bertanya gugup.

Nicholas kembali tersenyum. “Temani aku tidur malam ini. Dan berikan servis sesuai dengan uang yang sudah aku keluarkan untukmu.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Biskuit Coklat

    “Ella, apa masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan hari ini?”Wanita yang tampak sibuk menatap layar komputernya itu langsung mendongak, dan menatap Nicholas yang sedang berdiri di depan pintu ruangannya.“Tidak ada, Tuan. Kebetulan beberapa sudah ada yang saya kerjakan tadi,” jawab Ella yang tersenyum.“Lalu, apa yang sedang kamu kerjakan sekarang?” Tanya Nicholas sembari menunjuk komputer Ella.“Ah, ini saya hanya sedang memeriksa laporan dari beberapa klien saja, Tuan. Besok jika sudah selesai akan saya berikan langsung kepada Anda.”“Jadi sekarang sudah nggak ada pekerjaan lagi, kan?”Ella menggeleng. “Tidak ada, Tuan.”Nicholas langsung mendesah. “Aku kira, hari pertama berangkat bekerja aku akan langsung pulang sampai larut malam.”Ella yang mendengarnya pun terkekeh. “Tenang saja, Tuan. Beberapa ada yang bisa saya handle. Jadi Anda tida

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Kapan Terakhir Kali Datang Bulan?

    Mobil yang di kendarai Lukas akhirnya berhenti di halaman kediaman Javier, setelah pria itu menempuh perjalanan hampir dua puluh menit lamanya. Sebenarnya Lukas bisa saja sampai lebih cepat. Tapi mengingat siapa yang saat ini sedang berada di mobil bersamanya. Membuat Lukas harus mengemudi dengan berhati-hati agar Noah maupun Aleeta tetap nyaman dan juga aman sampai tiba di tujuan.Saat mobil berhenti, Noah dengan tidak sabar ingin segera keluar dan bertemu dengan Javier maupun Karina.“Cepat buka pintunya, Ma. Aku sudah nggak sabar ingin bermain bersama Grandma!” Teriak Noah semangat.“Bermain atau meminta Grandma untuk membuatkanmu biskuit coklat, heuh?” Goda Aleeta sambil membuka pintu.Noah segera melompat turun dengan di bantu Lukas yang sudah lebih dulu keluar mobil.“Aku rasa dua-duanya,” jawab Noah yang tertawa.Bocah itu segera berlari menuju pintu dan memanggil-mangg

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Hanya Kelelahan

    Lukas yang sedang berada di dalam kamar tampak serius menatap tiket pesawat yang ada di genggamannya. Tiket pesawat itu sudah Lukas beli sejak satu Minggu yang lalu. Dan di tiket dengan tujuan London itu tertulis jelas bahwa jam keberangkatannya pada hari besok pukul delapan pagi.Seharusnya, saat ini Lukas sudah harus bersiap-siap supaya besok saat tiba jam keberangkatannya ia tidak perlu repot dan bisa langsung segera berangkat. Tapi, entah kenapa Lukas justru merasa malas sekali ketika ingin mengemas barang-barangnya. Padahal ia sudah menyiapkan dua koper besar di dekat lemarinya sejak tadi.Lukas mendesah pelan. Ia meletakkan kembali tiket pesawat itu ke dalam laci nakas, kemudian berdiri seraya meraih kunci mobilnya.Pria itu berjalan keluar kamar.“Daddy, kamu mau kemana?” Noah bertanya saat melihat Lukas membawa kunci mobilnya.“Daddy ingin ke rumah Grandpa,” jawab Lukas yang tersenyum.

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Kehidupan Baru Aleeta 2

    Waktu begitu cepat berlalu. Hari ini genap satu bulan Aleeta dan Nicholas kembali menjalani hidup sebagai pasangan suami istri. Mereka bahagia? Tentu saja. Mereka benar-benar memanfaatkan kesempatan yang Tuhan berikan pada hidup mereka dengan begitu baik.Dan hari ini juga kebetulan menjadi hari pertama Nicholas kembali bekerja di perusahaan Nordstrom yang sudah bertahun-tahun lamanya pria itu tinggalkan. “Apa sudah nggak ada yang tertinggal?” Aleeta bertanya saat membantu Nicholas menyiapkan barang-barang yang akan suaminya bawa bekerja.“Ada,” jawab Nicholas cepat.“Apa? Biar aku siapkan?”“Hatiku.”Aleeta mengernyit, menatap Nicholas yang tersenyum padanya. “Jangan bercanda, Nicho,” ujarnya menepuk dada Nicholas.Nicholas terkekeh. “Aku nggak bercanda,” sahut Nicholas serius. Pria itu lalu memeluk pinggang Aleeta. “Rasanya aku belum rela pergi bekerja hari ini.

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Kehidupan Baru Aleeta

    “Jadi, bagaimana kabarmu?”Aleeta mengapit ponsel di antara bahu dan telinganya. Ia sedang mengobrol bersama Karina sejak setengah jam yang lalu.“Mama sudah bertanya hal itu sebanyak tiga kali sejak tadi.” Aleeta tertawa.Saat ini Aleeta tengah memasak di dapurnya bersama Mary. Ia ingin mengobati rasa rindunya karena sudah bertahun-tahun lamanya ia tidak pernah menyentuh dapurnya tersebut.“Kamu nggak lupa makan, kan?” Karina kembali bertanya.“Nggak, Ma. Tenang saja. Aku makan dengan banyak di sini. Apalagi …,” Aleeta menoleh pada Mary yang tengah mengupas kentang. “Mary selalu membuatkanku makanan yang enak-enak sekali,” ujarnya yang membuat Mary tersenyum sopan.“Bagaimana dengan Noah? Apa cucu Grandma yang satu itu juga makan dengan banyak?” “Tentu saja. Mama pasti akan terkejut karena mungkin bocah itu akan bertambah semakin berat ketika Mama menggendongnya n

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Kembalinya Keluarga Yang Sempurna

    “Aku senang Mama baik-baik saja.”Aleeta menatap Nicholas dengan tatapan berterima kasih. Berkat Nicholas akhirnya Aleeta bisa kembali melihat keadaan Ibunya yang sudah lama sekali tidak pernah ia temui.“Terima kasih telah menjaga Mama selama ini, Nicho,” imbuh Aleeta.“Hanya itu yang bisa aku lakukan untukmu sebagai salah satu bentuk penyesalanku.” Nicholas menatap Aleeta lekat. “Aku nggak ingin membuatmu khawatir tentang ibumu, jadi hanya itu yang bisa aku lakukan untukmu. Setidaknya, kini dia hidup dengan lebih baik. Nggak pernah lagi datang ke klub untuk minum-minum. Dia juga mulai mempunyai beberapa teman yang baik di lingkungan tempat tinggalnya.”Aleeta tersenyum, memeluk leher Nicholas. “Terima kasih. Aku lega mendengar Mama baik-baik saja. Mungkin, suatu saat nanti aku akan menemuinya dan membawa Noah untuk berkenalan dengan Neneknya. Apakah boleh?” Aleeta menatap Nicholas.“Tentu saja. No

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status