Share

Bab 4

Author: Kael_99
Kimmy melirik ke arah Bradford. Melihat dia tidak mencegah, barulah Kimmy berkata, "Aturannya adalah, Dokter Clayden menolong orang tanpa menerima bayaran. Sebagai gantinya, kalau suatu saat dia membutuhkan bantuan, kita wajib menolongnya. Itu pesan Pak Marva."

"Pak Marva bilang, begitu Dokter Clayden turun tangan, berarti keluarga kita berutang nyawa padanya. Kalau suatu hari Dokter Clayden punya permintaan, kita harus membantu sepenuh hati. Kalau nggak ...."

Keenan langsung bertanya, "Kalau nggak, bagaimana?"

Kimmy memaksakan senyum tipis dan mencoba terdengar santai, "Kalau nggak, Pak Marva akan membuat keluarga kita bangkrut dalam sehari."

"Apa! Marva benar-benar bilang begitu?!" Keenan terkejut sampai langsung bangkit dari ranjang dan menatap putrinya dengan wajah pucat.

Kimmy mengangguk mantap.

Keenan lalu menoleh penuh rasa ragu dan takut pada Bradford. Tanpa sadar, sikapnya pun berubah. Sebagai sahabat lama Marva, Keenan sangat paham betapa besar dan menakutkannya pengaruh orang itu. Jika Marva bisa begitu menghormati Bradford, jelas menunjukkan betapa luar biasanya pria muda ini.

Dalam sekejap, Keenan menyingkirkan semua kesombongan. Dia berjalan mendekat dengan penuh hormat, lalu berkata sambil tersenyum ramah, "Dokter Clayden, tenanglah. Aku pasti akan mematuhi aturanmu. Nanti kalau ada yang perlu, cukup beri tahu aku saja. Sekalipun harus mempertaruhkan nyawa, aku tetap nggak akan mundur."

Bradford menanggapinya dengan datar, "Kalian berdua nggak perlu tegang. Memang benar aku punya aturan itu. Tapi jujur saja, selama ini aku jarang meminta bantuan siapa pun."

Usai bicara, dia menyampirkan ranselnya di bahu, lalu berkata pada Kimmy, "Antarkan aku sebentar."

Melihat dia hendak pergi, Keenan sekeluarga serentak menahannya dan memohon agar dia mau tinggal untuk makan bersama.

Mereka adalah orang-orang bisnis yang terbiasa bergaul, sehingga sangat memahami sopan santun. Bradford sudah menyelamatkan nyawa Keenan, tidak menerima bayaran saja sudah membuat mereka merasa sungkan. Kalau Bradford bahkan menolak jamuan makan dari mereka dan pergi begitu saja, Marva pasti tidak akan mengampuni mereka.

Terlebih lagi, dengan kemampuan medis sehebat itu ditambah penghormatan tinggi dari Marva, Keluarga Taulany tentu harus mencari cara menjalin hubungan baik dengan Bradford.

Melihat mereka sungguh-sungguh menahannya, Bradford pun berpikir sejenak. Dia sadar bahwa dirinya kini sudah bercerai dan bahkan tidak punya rumah untuk kembali. Untuk sesaat, dia memang tidak tahu harus ke mana. Jadi, dia pun mengangguk setuju.

Bradford berkata, "Biar Kimmy saja yang menemaniku makan. Pak Keenan baru saja pulih, tubuhmu masih sangat lemah. Dua hari ini sebaiknya jangan keluar rumah, cukup istirahat di sini."

"Bagus juga kalau begitu. Biar Kimmy yang mewakili keluarga menemanimu. Anak muda biasanya lebih mudah nyambung bicaranya," ujar Keenan sambil tersenyum tipis. Dia juga merasa tubuhnya masih lemah, tidak cocok untuk berkeliaran. Setelah itu, dia pun berpesan pada putrinya agar benar-benar menjaga dan menemani Bradford dengan baik.

Kimmy tentu langsung menyanggupi. Setelah berpamitan pada kedua orang tuanya, dia mempersilakan Bradford naik mobil, lalu berkata pada sopir, "Pergi ke Restoran Hardara."

"Kita mau makan di Restoran Hardara?" Bradford sempat terkejut.

Restoran Hardara adalah restoran setengah privat paling mewah di Kota Herburt dalam dua tahun terakhir. Konon, tanpa kartu keanggotaan, orang biasanya tidak akan bisa masuk. Bahkan kartu keanggotaan paling dasar, yaitu kartu perak saja memerlukan biaya pendaftaran 200 juta.

Karena bisnis Elaine berkembang pesat dalam dua tahun terakhir, dia pun membuat kartu di sana. Kadang-kadang, dia mengundang klien makan di tempat itu. Namun, Bradford sendiri belum pernah masuk ke sana sekali pun.

"Restorannya memang nyaman. Kalau Dokter Clayden nggak berkenan, kita bisa ganti tempat lain," kata Kimmy dengan hati-hati karena takut pilihan itu tidak sesuai selera.

"Nggak perlu, kita ke sana saja." Bradford menggeleng, menunjukkan bahwa dia tidak keberatan.

Setelah jeda sejenak, dia berkata lagi, "Mulai sekarang, kamu nggak perlu lagi memanggilku Dokter Clayden. Cukup panggil aku Clayden, atau Pak Clayden."

"Kalau begitu, aku panggil Pak Clayden saja."

Meskipun Bradford terlihat tidak jauh lebih tua darinya, Kimmy tetap tidak berani sembarangan menyebut namanya begitu saja. Tentu saja, yang tidak dia ketahui adalah nama Clayden sebenarnya bukan nama asli Bradford, melainkan alias yang diberikan gurunya di masa lalu.

Tak lama kemudian, Bentley hitam itu pun tiba di Restoran Hardara.

Sebelum mereka sempat turun dari mobil, tampak seorang pria muda berpakaian mewah bergegas mendekat dengan wajah penuh kejutan. "Kimmy, kebetulan sekali!"

Pria itu menghampiri mobil mereka. Awalnya dia menyapa Kimmy dengan senyum lebar. Namun begitu matanya menangkap Bradford yang duduk di samping Kimmy, senyumnya lenyap seketika dan ekspresinya berubah dingin.

Dia mengetuk keras kaca mobil, lalu menunjuk ke arah Bradford sambil memaki, "Dasar sampah! Siapa kamu? Apa hakmu duduk di samping Kimmy? Cepat turun dari mobil!"

Kimmy langsung marah. Dia turun dari mobil dan membentak, "Arden, tolong tunjukkan sedikit rasa hormat! Pak Clayden ini adalah tamu undanganku!"

"Tamu? Hah! Lihat saja pakaiannya, harganya bahkan nggak sampai 2 juta! Kamu bercanda, 'kan?" Arden menatap Bradford dari atas ke bawah dengan penuh rasa meremehkan.

Dia beranggapan bahwa dengan status Kimmy sekarang, tamu yang dia bawa pasti orang-orang kaya raya atau pejabat besar. Bagaimana mungkin pria sederhana seperti Bradford bisa masuk hitungan?

Sambil berkata demikian, dia pun langsung mengulurkan tangan hendak menarik Bradford keluar dari mobil!

Kimmy sontak kaget dan marah melihat ulahnya.

Arden ini memang salah satu playboy papan atas di Kota Herburt. Kakeknya adalah pendiri Crown Group, perusahaan yang menempati posisi lima besar di kota itu, sejajar dengan Galaxy Group milik Keluarga Taulany.

Yang lebih penting, ayah Arden yang bernama Aaron, adalah teman lama Keenan sejak kuliah. Saat Kimmy dan Arden masih kecil, kedua orang tua mereka bahkan pernah bercanda soal menjodohkan mereka berdua.

Meskipun setelah itu tidak pernah ada yang benar-benar menyinggung soal perjodohan, Arden selalu menyimpannya dalam hati. Dia terus mengejar Kimmy dan menganggap Kimmy sebagai tunangannya.

Karena itulah, begitu melihat Bradford duduk di mobil bersama Kimmy, dia langsung bereaksi berlebihan dan tanpa ragu bertindak kasar.

"Arden, kamu gila? Jangan sentuh Pak Clayden!"

Kimmy memang segera berteriak untuk menghentikan, tetapi tangan Arden sudah lebih dulu mencengkeram pakaian Bradford. "Dasar sampah, cepat turun dari mobil!"

Wajah Arden yang biasanya cukup tampan, kini penuh amarah dan memerah karena emosi. Dia menarik sekuat tenaga, tetapi Bradford sama sekali tidak bergerak.

"Lepaskan," perintah Bradford sambil menatap dingin ke arahnya.

"Berengsek! Berani-beraninya menatapku begitu. Akan kupukul kamu sampai babak belur hari ini!"

Sejak kecil, Arden hidup dengan bergelimang harta dan terbiasa dihormati semua orang. Bahkan para senior di keluarganya pun jarang memarahinya.

Kini dia sedang terbakar amarah dan sangat yakin bahwa Bradford hanyalah orang biasa yang hidup miskin. Jadi, mana mungkin dia bisa menerima sikap Bradford seperti ini terhadapnya?

Tanpa berpikir panjang, dia mengayunkan tinju ke wajah Bradford!

Bradford mendengus pelan, lalu langsung menangkap tangan Arden. Dengan sekali cengkeraman kuat, terdengar bunyi derakan. Pergelangan tangan Arden remuk!

Kemudian dengan sekali dorongan dari Bradford, Arden langsung terhuyung ke belakang dan menjerit kesakitan, lalu jatuh tersungkur di tanah.

Bradford membuka pintu mobil dan turun dengan tenang. Dia melirik Kimmy sekilas, lalu bertanya dengan nada tidak senang, "Dari mana kamu kenal orang gila seperti ini?"

Kimmy masih melongo dan terpukau dengan kehebatan Bradford. Namun, sikap dingin Bradford membuat jantungnya berdebar cemas. Dia buru-buru menjelaskan, "Pak Clayden, maafkan aku ... aku benar-benar nggak menyangka hal ini akan terjadi."

"Aku nggak bermaksud menyalahkanmu. Cuma ingin mengingatkan, sebaiknya jangan punya hubungan sama orang seperti itu."

Setelah mengucapkan kata itu dengan tenang, Bradford lalu berjalan menuju pintu utama Restoran Hardara tanpa menoleh pada Arden sama sekali.

Kimmy melirik Arden sekilas dan mendengus kesal, lalu bergegas menyusul Bradford.

Arden yang pergelangan tangannya patah, sempat berpikir Kimmy akan menanyakan kondisinya. Tak disangka, Kimmy tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dia hanya bisa melihat Kimmy pergi begitu saja.

"Dasar jalang! Kita tumbuh dewasa sama-sama sejak kecil, tapi kamu tega mengabaikanku! Si sampah itu juga sama saja! Berani-beraninya dia mematahkan tanganku. Aku akan menuntut nyawanya!"

Wajah Arden tampak penuh kebencian. Sambil meringis menahan sakit, dia mengeluarkan ponselnya dengan tangan yang masih utuh.

"Pak Clayden, silakan lewat sini."

Kimmy segera menyusul langkah Bradford, lalu mempersilakannya masuk ke dalam restoran bergaya tradisional dengan penuh hormat. Di dalamnya terdapat paviliun, jembatan kecil, aliran sungai, dan rumpun bambu yang menambah nuansa khas.

Namun baru saja mereka melangkah masuk, seseorang langsung mengenali Bradford di sudut restoran.

"Ibu, lihat! Itu Kakak Ipar! Dia lagi sama seorang wanita asing!"

Seorang gadis muda yang berwajah mirip Elaine dan berusia sekitar 20-an, menunjuk ke arah Bradford sambil berkata pada wanita paruh baya di sampingnya. Wanita itu menoleh dan ikut terperanjat. Wajahnya lalu memerah karena marah.

"Bradford, dasar bajingan! Berani-beraninya kamu selingkuh?!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 100

    Sherine tertawa keras, pura-pura berlapang dada sambil melambaikan tangan. Kalau dulu, dia memang tak akan merasa sayang hanya karena sebuah mobil. Namun sekarang, setelah baru saja ditipu lebih dari 100 miliar, dia menjadi agak cemas soal keuangan.Meskipun mobil ini bisa diperbaiki lewat klaim asuransi, tetap saja hanya akan menjadi mobil bekas reparasi. Tentu sudah tak layak dipakai lagi.Bradford melihat ekspresi Sherine yang tampak tenang di luar tetapi sebenarnya perih di dalam hati. Dia tidak banyak berbicara, hanya berpamitan dan keluar. Dalam hati, dia sudah berencana, setelah urusan perceraian selesai dan keadaan agak longgar, dia akan membeli mobil baru untuk Sherine.Hari ini dia dan Elaine sudah janjian untuk bertemu di pengadilan negeri yang letaknya tak jauh dari Vila Golden Bay. Jalan kaki kurang dari setengah jam sudah sampai. Bradford lebih dulu tiba, sementara Elaine belum kelihatan. Dia pun sabar menunggu.Sampai jarum jam menunjukkan pukul 9.30 pagi, Elaine baru mu

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 99

    Dalam sekejap, waktu sudah menunjukkan pukul 8.30 pagi. Saat ini, Elaine masih berada di kantor polisi bersama Jauhar dan Ferona. Mereka bertiga tidak tidur semalaman. Mata mereka pun merah karena cemas.Mereka sudah mencoba berbagai cara, menggerakkan semua koneksi, mencari semalaman, tetap saja belum menemukan jejak Ellie.Dengan bibir pecah-pecah dan hati penuh kekhawatiran, Elaine berkata, "Paman, satu malam sudah lewat, apa yang harus kita lakukan? Jangan-jangan Ellie dalam bahaya ...."Jauhar menenangkan dengan suara rendah, "Jangan panik, jangan pikir yang aneh-aneh. Orang-orang yang menculik Ellie pasti punya tujuan, mungkin sebentar lagi akan telepon kamu dan minta tebusan. Sekarang aku sudah pasang penyadap dan pelacak ke ponselmu dan ibumu. Selama ada yang menelepon kalian, aku pasti bisa lacak lokasi mereka!"Saat berikutnya, ponsel Ferona berdering.Melihat layar, Ferona langsung berseru dengan kaget, "Nomor nggak dikenal!"Jauhar dan Elaine seketika waspada. Jauhar berkat

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 98

    Tas dan ponsel Ellie sudah tidak ada, sepertinya sudah dibuang oleh anak buah Aaron tadi. Bradford mengeluarkan ponselnya sendiri dan merasa heran. Sudah selama ini, tetapi tidak ada seorang pun yang meneleponnya."Sepertinya Elaine dan yang lain belum tahu kalau Ellie diculik. Kalau mereka tahu, pasti sudah menghubungiku."Memikirkan itu, Bradford pun memutuskan untuk tidak memberi tahu siapa pun. Dia menyimpan kembali ponselnya.Sekarang sudah lewat pukul 4 dini hari. Dia berniat menunggu sampai pagi, lalu membiarkan Ellie pulang sendiri, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa, supaya keluarganya juga tidak perlu ikut khawatir.Namun, begitu mengingat hal-hal yang dilakukan Ellie padanya saat setengah sadar karena pengaruh obat, Bradford merasa agak canggung. Dia sendiri tidak tahu bagaimana harus bersikap setelah gadis itu bangun nanti.Akhirnya, dia menuliskan secarik catatan, meminta Ellie mengurus pengembalian kartu kamar, lalu memakai uang deposit untuk naik taksi pulang setel

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 97

    Resepsionis itu akhirnya tersadar dan buru-buru berkata, "Oh, baik, kartu identitasnya.""Nggak bawa!" bentak Bradford."Nggak bawa ya nggak bawa, ngapain galak begitu?"Resepsionis itu menciutkan lehernya, lalu mengeluarkan satu kartu kamar. Dengan kesal, dia memberi Bradford kamar paling mahal, tema pasangan romantis dengan ranjang bundar besar. "Biaya kamar 1,3 juta, tambah deposit jadi 2 juta."Bradford membayar, mengambil kartu kamar, lalu langsung pergi."Sekilas lihat saja sudah kelihatan kalian bukan orang baik-baik, terburu-buru amat. Euw!" Resepsionis itu mencibir ke arah punggung mereka berdua. Namun, begitu teringat bagaimana Ellie menggigit-gigit tubuh Bradford dengan liar, hatinya malah menjadi gusar.....Brak! Begitu tiba di kamar, Bradford langsung menendang pintu, menancapkan kartu kamar untuk menyalakan listrik, lalu menutup pintu dengan tumit.Lampu merah muda kamar tema pasangan romantis menyala, memenuhi ruangan dengan suasana ambigu. Terutama ranjang bundar besar

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 96

    "Ellie, jangan seperti ini."Bibir merah Ellie tiba-tiba menempel di bibir Bradford. Lidahnya yang lembut menjulur keluar, berusaha membuka paksa bibir Bradford dan menjelajahi mulutnya.Bradford terkejut, buru-buru mendorong Ellie. Jantungnya berdebar kencang. Bagaimanapun, itu adalah adik iparnya. Empat tahun lalu, Ellie masih duduk di kelas tiga SMA. Dia melihat gadis ini tumbuh besar.Di hatinya, dia selalu menganggap Ellie sebagai adik kandung. Karena itu, saat ini perasaan bersalah pun tak terhindarkan."Kak ... aku sangat tersiksa .... Aku sudah nggak tahan lagi." Tatapan Ellie menyala penuh hasrat, tubuh mungilnya terus bergesekan di tubuh Bradford, seakan-akan ingin melebur ke dalam tubuhnya.Pada saat yang sama, jemarinya pun tak terkendali meraba tubuh Bradford, merasakan betapa kekar dan kerasnya otot-otot pria itu. Sentuhan itu membuat pikirannya semakin kabur."Ellie, kamu sekarang di bawah pengaruh obat. Wajar kalau merasa begitu. Bertahanlah, tetap sadar, aku akan menol

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 95

    Setelah berkata begitu, Elaine mengeluarkan ponselnya dan menelepon Tasya, menyuruhnya mengabari seluruh Alliance Group agar mengerahkan koneksi untuk menemukan keberadaan Ellie. Kemudian, dia segera menuju ruang rapat, menemui Jauhar, dan berdiskusi dengannya.Di pabrik terbengkalai, Aaron, Arden, dan sekelompok bawahan menunggu. Mereka tahu kemampuan bela diri Bradford luar biasa sehingga menyandera Ellie.Selain itu, Aaron punya kekuasaan besar di Kota Herburt, jadi tidak takut Bradford menelepon polisi.Saat ini, Aaron bahkan sudah mendapat kabar bahwa Jauhar sudah mencari keberadaan Ellie. Dia bahkan tahu betul setiap pergerakan Jauhar dan anak buahnya.Crown Group telah lama berdiri di Kota Herburt. Sebagai raksasa bisnis, jaringan dan pengaruhnya begitu kuat sehingga Aaron yakin dia bisa menyingkirkan Bradford malam ini tanpa konsekuensi.Arden adalah seorang playboy. Kecantikan Ellie memang luar biasa dan sangat cocok dengan seleranya. Hanya saja, sebelum kemari, Arden sudah di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status