Share

Bab 5

Author: Kael_99
Orang yang mengenali Bradford saat itu bukan orang lain. Mereka adalah Ferona, ibu mertua Bradford, dan Ellie, adik iparnya.

Hari itu, Ferona dan Ellie sedang berbelanja pakaian. Kemudian, dengan membawa kartu anggota milik Elaine, mereka mampir ke Restoran Hardara untuk makan. Tak disangka, mereka malah bertemu Bradford di sana.

Ferona dan Ellie sama sekali belum tahu tentang perceraian Elaine dengan Bradford. Begitu melihat Bradford berjalan bersama seorang wanita seksi dan cantik, amarah Ferona langsung meluap. Dia berdiri dan siap melabrak Bradford di tempat!

"Ibu, tunggu dulu!"

Ellie buru-buru menarik tangan Ferona dan menurunkan suaranya. "Kalau mau pergokin dia, harus ada buktinya. Kalau sekarang Ibu langsung ke sana, nanti Kakak Ipar pasti membantah. Gimana kalau dia menyangkal?"

Ferona mendengus kesal. "Lalu menurutmu gimana? Anak itu kelihatannya memang kalem, nggak nyangka ternyata muka tembok juga. Bisa menikah sama kakakmu saja sudah rezekinya, malah nggak tahu diri sampai berani selingkuh. Bikin emosi saja!"

Ellie membujuk, "Jangan emosi dulu. Kita ikuti diam-diam, paling bagus kalau bisa memotret bukti dia bermesraan dengan wanita itu. Setelah itu kita telepon Kakak, biar dia langsung ceraikan saja!"

Ucapan Ellie membuat Ferona sedikit tenang. Dia pun mengangguk. "Kamu benar. Kita lakukan sesuai rencanamu. Aku memang sudah nggak suka sama Bradford sejak dulu. Dia sama sekali nggak pantas untuk kakakmu. Begitu kita dapat bukti perselingkuhannya, biar kakakmu usir dia saja. Satu sen pun jangan sampai dia bawa dari keluarga kita!"

Keduanya pun sepakat, lalu diam-diam mengeluarkan ponsel dan mulai membuntuti Bradford. Mereka terus-menerus mengambil foto secara sembunyi-sembunyi.

Di dalam Restoran Hardara, semua pelayan wanita mengenakan rok ketat yang elegan, penampilan mereka tak kalah dengan pramugari kelas atas.

Dengan dipimpin oleh seorang pelayan yang cantik, Bradford dan Kimmy tiba di sebuah meja yang suasananya sangat indah dan tenang.

"Nona Kimmy, ini adalah meja yang sudah kalian pesan."

Aula utama restoran itu dipenuhi tanaman hijau mewah yang ditata dengan sangat rapi. Tanaman-tanaman itu berfungsi sebagai sekat alami, membuat setiap meja makan seolah-olah menjadi ruang privat. Jarak antar meja juga cukup jauh, sehingga privasi para tamu benar-benar terjaga.

Setelah duduk bersama Bradford, Kimmy menanyakan seleranya lebih dulu, lalu memesan dua paket menu seharga 60 juta.

Di restoran ini tidak ada menu ala carte. Semua sistemnya paket per orang. Paket termurah saja dimulai dari 6 juta.

Menu yang dipesan Kimmy adalah Paket Istimewa dengan harga 60 juta. Namun, itu bukanlah paket yang paling mahal. Paket paling mewah di sini adalah Paket Royal, dengan harga mencapai ratusan juta.

Namun, Paket Royal tidak bisa dipesan hanya dengan kartu anggota biasa. Paket ini hanya boleh dinikmati oleh tamu yang memiliki kartu anggota royal.

Kartu ini pun bukan sesuatu yang bisa dibeli dengan uang, melainkan hanya diberikan langsung oleh pemilik restoran kepada kalangan bangsawan dan tokoh berpengaruh, sebagai sarana menjalin hubungan.

Kabarnya, baru tiga kartu yang pernah dibagikan sejak restoran ini didirikan. Bahkan Kimmy pun tidak memiliki kualifikasi untuk memesan Paket Royal itu.

"Katanya kalau pesan Paket Royal, akan ada pertunjukan tari istana. Para tamu yang memesan juga akan dipersilakan makan di tempat khusus, yaitu paviliun megah di tengah danau itu."

Sambil menunggu hidangan, Kimmy menjelaskan hal-hal menarik tentang Restoran Hardara pada Bradford. Saat membicarakan Paket Royal, dia menunjuk ke arah sebuah danau buatan besar di tengah aula.

Di atas danau itu berdiri sebuah paviliun megah berlapis emas, bernama Paviliun Keraton.

Bradford melirik sekilas ke arah paviliun itu. Elaine juga pernah bercerita kepadanya tentang Paket Royal dan Paviliun Keraton ini. Tahun lalu ketika Elaine menjamu mitra bisnis di sini, kebetulan dia sempat menyaksikan ada tamu yang makan di Paviliun Keraton dan menonton tari istana. Pertunjukannya benar-benar membuat orang terpesona.

Bradford masih teringat, malam itu Elaine pernah berkata padanya, suatu saat ketika dia bisa mendapat kiriman kartu anggota royal dari pemilik Restoran Hardara, lalu makan di Paviliun Keraton, barulah dia dianggap benar-benar menjadi tokoh besar di Kota Herburt.

Bradford menyesap secangkir teh hijau yang harum, lalu bertanya santai, "Sepertinya pemilik di balik Restoran Hardara ini bukan orang biasa, ya?"

"Memang bukan orang biasa."

Kimmy mengangguk. "Aku nggak tahu Pak Clayden pernah dengar atau belum tentang sosok Kakek Hardara?"

Bradford mengangkat alis sedikit, lalu menggeleng. "Belum pernah."

Kimmy pun mencondongkan tubuh ke depan. Separuh tubuhnya bertumpu di meja, membuat lekuk tubuhnya makin terlihat jelas dan menggoda.

Dengan suara pelan, dia melanjutkan, "Pemilik sebenarnya dari Restoran Hardara adalah Kakek Hardara itu. Jarang ada yang tahu soal ini, aku pun baru belakangan ini dengar langsung dari ayahku."

"Banyak orang mengira restoran ini milik seorang pengusaha asal Honka. Padahal, orang itu hanyalah boneka yang dipasang Kakek Hardara untuk tampil di depan umum."

"Oh." Bradford hanya mengangguk datar. Wajahnya tetap tenang, meski pandangannya refleks melirik ke arah tubuh Kimmy beberapa kali.

Tak bisa dipungkiri, lekuk tubuh Kimmy memang begitu menonjol dan jauh lebih berisi dibanding Elaine yang tampak lebih mungil.

Merasakan tatapan Bradford, wajah Kimmy langsung memerah. Dia buru-buru duduk tegak, lalu berusaha menutupi rasa malunya.

Namun, adegan itu justru tertangkap jelas oleh Ellie yang sedang mengintai dari sudut ruangan. Dia menemukan sudut paling sempurna untuk memotret dan berhasil menangkap momen itu dengan kamera ponselnya.

"Cewek genit! Bisik-bisik sama kakak iparku sedekat itu, jelas sekali mau goda orang. Malah sok malu-malu lagi, dasar cewek murahan!" Ellie mendengus kesal sambil terus mengambil foto diam-diam.

Dengan wajah yang punya kemiripan dengan Elaine, Ellie sendiri sebenarnya juga seorang gadis cantik.

Selain itu, karena usianya baru sekitar awal 20-an dan bahkan belum lulus kuliah, Ellie memiliki kecantikan yang segar dan polos, berbeda jauh dengan pesona dewasa yang dimiliki Kimmy maupun Elaine yang sudah lama terjun di dunia bisnis.

Di sampingnya, Ferona mendesak dengan penuh amarah, "Kamu harus motret baik-baik, ambil sebanyak mungkin! Hari ini kita harus punya cukup bukti, biar kakakmu bisa segera ceraikan dia!"

Saat itu, beberapa pelayan cantik datang dengan membawa piring-piring mewah. Mereka menghampiri meja Bradford dan Kimmy untuk menyajikan hidangan.

"Nama hidangan ini, Naga dan Foniks."

"Nama hidangan ini, Pasangan Abadi Menyatukan Hati."

"Kalau yang ini, Rezeki Langit. Silakan dinikmati."

Tiga hidangan langsung disajikan di depan mereka berdua. Nama-namanya terdengar megah, tampilannya juga indah dan mewah. Namun porsinya tidak banyak, setiap hidangan hanya cukup untuk satu-dua suap saja. Yang ditonjolkan adalah kesan eksklusif dan elegan.

Lagi pula, satu paket lengkap berisi 88 hidangan. Kalau setiap hidangan mereka cicipi satu suap saja, dijamin sudah cukup kenyang.

Bradford menunduk memperhatikan makanan itu. Ternyata hidangan bernama "Naga dan Foniks" hanyalah sup ayam dengan sayap burung. "Pasangan Abadi Menyatukan Hati" adalah pastel kari dan kacang merah, dan "Rezeki Langit" sebenarnya adalah tumisan asparagus dengan bunga bakung segar.

Selain tiga hidangan itu, mereka juga mendapat sebotol anggur edisi koleksi, yang termasuk dalam paket makan.

Pelayan menuangkan anggur ke gelas masing-masing. Kimmy pun mengangkat gelasnya sambil tersenyum manis. "Pak Clayden, gelas ini untukmu, sebagai ungkapan terima kasihku karena sudah menyelamatkan ayahku."

"Nggak perlu sungkan."

Bradford hanya tersenyum tipis, lalu mengangkat gelasnya. Mereka pun bersulang, kemudian sama-sama menenggak habis anggur itu.

"Ayo makan, coba cicipi seperti apa rasanya."

Setelah meletakkan gelas, Kimmy langsung mempersilakan Bradford mencicipi hidangan yang sudah tersaji.

Bradford baru saja mengambil sepotong lauk, tiba-tiba alisnya berkerut. Dia menoleh pada pelayan di sampingnya dan bertanya, "Apakah dapur restoran kalian mengalami sesuatu yang aneh dalam dua hari ini?"

Kimmy tertegun, tidak mengerti mengapa Bradford tiba-tiba berkata demikian. Namun, dia refleks menaruh kembali makanan yang hampir saja masuk ke mulutnya.

Pelayan yang ditanya pun ikut terkejut. Wajahnya tampak panik dan hanya bisa terbata-bata tanpa memberi jawaban jelas.

Tepat pada saat itu, serombongan orang lewat di dekat meja mereka.

Di barisan paling depan, seorang lelaki tua berpakaian batik dan berwajah serius kebetulan mendengar ucapan Bradford. Matanya langsung berubah tajam dan langkahnya pun terhenti.

Di sampingnya, seorang pria paruh baya mengenakan jas rapi dan kacamata juga ikut mengernyit, lalu membisikkan pelan, "Tuan ...."

Namun, lelaki tua itu mengangkat tangannya, memberi isyarat agar dia diam. Dia lalu melangkah mendekati Bradford dan bertanya dengan suara berat, "Anak muda, kenapa kamu bisa tahu kalau dapur restoran ini memang sedang ada kejadian aneh?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Jual oto Area'TTS'
sukses selalu min
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 142

    Bradford sebenarnya tidak pernah belajar trik klasik Negara Serica, tapi bagi seseorang yang telah menguasai 36 Hukum Langit sepertinya, melakukan sedikit keajaiban di depan umum hanyalah perkara kecil.Pembawa acara yang memang profesional dan cukup memahami seni tradisional Negara Serica, segera mengambil mikrofon dan berkata dengan setengah menjelaskan, "Trik klasik Negara Serica memang luar biasa.""Saya pernah membawakan sebuah acara di mana saya bertemu dengan seorang seniman tua yang menampilkan trik-trik ajaib. Semua pertunjukannya sangat memukau."Bradford tersenyum ringan. "Saya tidak akan menampilkan trik sederhana seperti itu. Saya akan menunjukkan sesuatu yang lebih besar, pertunjukan menghilangkan manusia hidup-hidup."Setelah berkata demikian, dia tersenyum santai memandang ke arah penonton. "Entah siapa di antara teman-teman di sini yang bersedia naik ke atas panggung untuk bekerja sama dengan saya?"Kimmy, Dahlia, dan Sherine langsung mengangkat tangan sambil berseru,

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 141

    Matthew menoleh ke arah Bradford sambil menyeringai dingin, lalu mengangkat tangannya dan berteriak, "Enam belas miliar!"Dahlia menggertakkan gigi dan terus menaikkan tawaran beberapa kali. Namun, berapa pun harga yang dia sebutkan, Matthew akan langsung menyainginya tanpa ragu sedikit pun.Dalam sekejap, seluruh aula hanya dipenuhi dengan suara mereka berdua yang saling bersaing menawar. Tak ada satu pun peserta lain yang berani ikut."Hmph, berani melawanku? Apa kamu pikir bisa menang dariku?" kata Matthew dengan nada congkak dan penuh percaya diri. Benda yang dimilikinya paling banyak adalah uang, jadi dia bersikeras harus mendapatkan relik suci ini. Bahkan kalau barang itu tidak dia inginkan, dia tetap akan menyaingi Dahlia yang duduk di samping Bradford sampai akhir hanya karena Bradford telah memukulnya.Tak lama kemudian, harga relik suci itu melonjak hingga 40 miliar.Bradford menoleh kepada Dahlia dan berkata, "Sudahlah, jangan lawan dia lagi. Sepertinya dia menawar Cuma kare

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 140

    Bradford memang suka membuat masalah. Sebelumnya dia sudah memukul William di luar, lalu memukul Velovita, dan sekarang demi membela Sherine, dia kembali menghajar Matthew. Padahal Matthew bukan orang biasa, mana bisa seenaknya memukul orang seperti itu? Sekalipun Elaine sendiri yang turun tangan, dia tetap takkan bisa meredam amarah Matthew.Di barisan pertama, wakil presdir Dragon Group, Johan, juga menyaksikan semuanya dengan mata kepala sendiri. Dia menatap serius sambil berkata kepada Franklin di sampingnya, "Mantan kakak iparmu itu benar-benar nekat. Bahkan berani memukul Matthew. Kamu sebaiknya menjauh dari orang seperti itu. Dia hanya akan membawa petaka."Franklin buru-buru mengangguk penuh hormat. "Terima kasih atas peringatannya, Pak Johan. Tenang saja, aku dan Bradford sudah nggak ada hubungan apa pun. Dulu nggak ada dan ke depannya pun nggak akan ada."Sementara itu, seorang pria paruh baya yang duduk di samping Johan juga mengerutkan kening. "Apa yang dipikirkan anak muda

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 139

    Karena Sherine adalah bintang besar yang selalu menarik perhatian ke mana pun dia pergi, pertikaiannya dengan Matthew segera menarik sorotan seluruh ruangan. Banyak orang yang menoleh dan menatap mereka berdua dengan penasaran sambil berbisik-bisik."Pak Matthew, lelangnya sebentar lagi akan dimulai. Kalau Bu Sherine bilang dia sedang kurang sehat dan nggak bisa minum, mungkin sebaiknya jangan dipaksa, ya?" ujar pembawa acara dengan senyum canggung dari panggung.Matthew langsung melotot ke arahnya dan membentak, "Kamu urus saja lelangmu! Jangan ikut campur urusan orang lain!"Sang pembawa acara langsung menutup mulut dan tertawa hambar, tidak berani bicara lagi. Semua orang tahu, Matthew adalah salah satu tokoh besar di Kota Herburt yang tak bisa diganggu gugat. Sedangkan Sherine hanyalah artis tamu dari luar kota. Siapa yang berani berpihak padanya?Tak seorang pun berani bicara membela Sherine. Di mata mereka, ini hanya urusan kecil dan tidak ada alasan untuk menyinggung perasaan or

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 138

    "Terima kasih." Sherine mengangguk sopan.Asisten itu segera melanjutkan, "Bos kami, Pak Matthew, sangat mengagumi Anda, Bu Sherine. Dia ingin mengundang Bu Sherine untuk minum segelas bersama."Sherine mengikuti arah tangan asisten itu dan melihat Matthew dari kejauhan. Pria itu sedang tersenyum lebar sambil melambai ke arahnya dengan gaya yang sangat percaya diri.Melihat kepala botaknya yang berkilat, tubuh pendek gemuknya, dan wajah berminyak yang penuh senyum menjijikkan, Sherine refleks mengerutkan alis. Dia menolak dengan sopan, "Maaf sekali, saya sedang kurang sehat, jadi nggak bisa minum alkohol. Tolong sampaikan permintaan maaf saya kepada Pak Matthew."Ekspresi asisten itu langsung berubah. "Bu Sherine, Pak Matthew itu ketua dari Grup Merly, salah satu dari sepuluh konglomerat terbesar di Kota Herburt. Menolak undangan seperti ini ... bukankah terlalu nggak sopan terhadap beliau?""Grup Merly?"Ekspresi Sherine sedikit berubah. Tentu saja dia tahu grup itu ... salah satu per

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 137

    Sherine, Kimmy, dan Dahlia sama-sama menyadari bahwa pandangan Bradford tiba-tiba terhenti pada satu arah. Mereka pun ikut menoleh ke sana.Sherine dan Kimmy saling bertukar senyum ringan ke arah Elaine.Dahlia yang tidak mengenal Elaine tampak penasaran. "Kalian kenal sama wanita itu?" tanyanya pelan.Sherine tersenyum manis, tapi nada suaranya terdengar sedikit menggoda. "Wanita itu namanya Elaine, Presdir dari Alliance Group. Tapi yang paling penting bukan itu, dia adalah mantan istri Bradford."Sherine kemudian menambahkan dengan ekspresi santai, "Ya, Elaine juga tahu tentang aku yang tinggal serumah dengan Bradford."Bradford menghela napas, tidak tahu harus tertawa atau kesal. "Kamu ini sengaja banget ya bikin orang salah paham?"Sherine menatapnya sambil tersenyum licik. "Apa salahnya? Daripada orang lain salah sangka, lebih baik aku jujur terang-terangan saja."Setelah berkata demikian, dia melirik jam tangannya dan berkata cepat, "Ah, acara sebentar lagi mulai. Aku harus ke be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status