Share

Bab 3

Author: Kael_99
Saat itu juga, Chelsea mulai sedikit percaya pada kemampuan medis Bradford. Sikapnya pun langsung berubah dan dia berkata dengan hormat, "Dokter Clayden, maafkan kelancanganku tadi. Tolong periksa Keenan."

Bradford mengangguk, lalu membuka tas ransel yang dibawanya. Dari dalam, dia mengeluarkan sebuah kotak kayu cendana berwarna ungu. Begitu dibuka, di dalamnya berbaris rapi jarum-jarum perak berbagai ukuran.

Dia berjalan ke sisi ranjang, lalu membuka baju Keenan dengan cekatan. Kemudian, jemarinya bergerak lincah menancapkan jarum ke tubuh Keenan dengan kecepatan luar biasa.

Sambil melakukan akupunktur, Bradford masih sempat menjelaskan pada Chelsea dan Kimmy, "Tubuh manusia memiliki tiga jiwa dan tujuh roh. Bila jiwa utama hilang, orang akan jatuh koma. Dalam pandangan kedokteran barat, kondisi Keenan dianggap sebagai mati otak, tetapi sesungguhnya ini karena jiwa utamanya lepas."

"Menurutku, dua hari lalu dia pasti pernah mengalami sebuah kejutan besar. Karena jiwanya lemah, dia bisa lenyap kalau berada di luar tubuh terlalu lama. Sekarang, aku bisa memanggil jiwanya kembali dengan akupunktur."

Hanya dalam beberapa menit, Bradford sudah menancapkan 36 jarum di tubuh Keenan. Gerakannya begitu cepat dan terampil, menunjukkan kemampuannya yang luar biasa. Andai saja ada tabib tua berpengalaman hadir, pasti akan terperanjat melihat tekniknya. Tanpa latihan keras puluhan tahun, mustahil seseorang bisa mencapai tingkat itu.

Jika ada yang mengenali metode jarum tersebut, matanya pasti akan terbelalak tak percaya. Pasalnya, teknik yang digunakan Bradford adalah "Teknik 36 Jarum Yin Yang". Ini adalah sebuah metode akupunktur kuno yang sudah lama hilang. Konon, teknik ini bahkan mampu membangkitkan orang mati dan menyembuhkan luka parah.

Meski Chelsea dan Kimmy tidak mengerti ilmu pengobatan tradisional, mereka tetap bisa melihat betapa luar biasanya keterampilan Bradford. Rasa percaya di hati mereka pun semakin kuat.

Namun, Teknik 36 Jarum Yin Yang ini bukan teknik biasa. Setelah menyelesaikan semua tusukan, dahi Bradford berkeringat deras dan napasnya agak terengah-engah.

"Sudah. Paling lama sepuluh menit lagi, jiwa pasien akan kembali dan dia akan sadar. Sampai aku kembali nanti, jangan ada yang menyentuh jarum-jarum itu."

Setelah itu, Bradford menarik tangannya dan berkata pada Kimmy, "Antarkan aku ke toilet sebentar."

Kimmy segera membawa Bradford keluar kamar menuju toilet untuk mencuci muka dan mengelap keringatnya. Namun tepat saat Bradford meninggalkan ruangan, Wallace bersama tim medisnya kembali dari ruang kerja tempat mereka berdiskusi.

"Nyonya Chelsea, kami sudah menentukan rencana medis. Sebentar lagi kami akan segera memberi penanganan pada Pak Keenan ...."

Belum sempat Wallace menyelesaikan ucapannya, matanya langsung membelalak melihat tubuh Keenan dipenuhi jarum perak!

Wajah Wallace langsung berubah tegang. Dia melangkah cepat mendekati ranjang. "Apa-apaan ini?!"

Chelsea buru-buru menjelaskan, "Tadi Dokter Clayden yang melakukan akupunktur. Dia bilang Keenan pingsan karena kehilangan satu jiwanya, dan dia bisa memanggilkannya kembali lewat jarum ini ...."

"Apa?! Dokter Clayden apaan! Nyonya Chelsea, kenapa kamu bisa percaya sama omongan penipu begini? Apanya yang jiwa keluar dari tubuh? Omong kosong begini saja kamu bisa percaya?"

Wallace membentak, "Kalau akupunktur bisa menyembuhkan penyakit Pak Keenan, lalu untuk apa masih ada pakar seperti kami?"

Chelsea mengernyit. "Tapi tadi aku lihat sendiri, keterampilannya memang luar biasa. Aku rasa dia memang punya kemampuan."

"Astaga, Nyonya Chelsea, kamu benar-benar ceroboh! Penipu memang paling pintar memainkan trik dan membuat keluarga pasien percaya, lalu menciptakan cerita palsu penuh takhayul. Jarum-jarum ini bukan cuma nggak akan menyembuhkan Pak Keenan, malah bisa memperparah kondisinya!"

Perkataan Wallace membuat Chelsea jadi ketakutan. "Kalau begitu ... bagaimana sekarang?"

"Aku akan segera mencabutnya!"

Tanpa banyak bicara, Wallace langsung mengulurkan tangan untuk menarik salah satu jarum.

Namun baru saja satu jarum tercabut, Keenan yang tadinya koma tanpa gerakan, tiba-tiba tubuhnya bergetar hebat dan mulutnya sampai berbusa!

Situasi ini benar-benar tak terduga. Bukan hanya Chelsea yang terkejut ketakutan, bahkan Wallace sendiri pun terperanjat!

"Apa yang terjadi?!" teriak Chelsea ketakutan. Dia menekan tubuh Keenan dan menoleh pada Wallace.

"Aku ... aku juga nggak tahu .... Oh iya! Pasti jarum-jarum dari penipu itu yang memperburuk kondisi Pak Keenan!"

Begitu ucapannya dilontarkan, tiba-tiba tubuh Keenan tak lagi bergerak. Alat monitor jantung di samping ranjang berbunyi dengan cepat. Tampak jelas, detak jantung Keenan berhenti!

"Celaka! Pak Keenan nggak ada detak jantung!"

"Pak Keenan sudah meninggal!"

Beberapa dokter langsung menjerit panik.

Wallace juga kehilangan akal, sehingga wajahnya pucat ketakutan. "Ini gara-gara penipu itu! Dialah yang membunuh Pak Keenan!"

"Omong kosong! Tadi Keenan masih baik-baik saja. Justru karena kamu cabut jarumnya, dia jadi begini! Dokter Clayden jelas-jelas sudah bilang padaku, jangan ada yang menyentuh jarumnya sebelum dia kembali!"

Chelsea yang dilanda duka, menatap tajam Wallace lalu menampar keras wajahnya! Mana mungkin dia tidak tahu bahwa Wallace hanya sedang berusaha melemparkan kesalahan?

Wallace memegangi pipinya dengan ekspresi terkejut dan marah, tetapi dia tidak berani membalas. Siapa yang berani menyinggung keluarga besar seperti Keluarga Taulany ini?

Kegaduhan itu membuat Bradford dan Kimmy segera berlari masuk. Begitu melihat keadaannya, Bradford membentak dengan marah, "Siapa yang cabut jarumnya?!"

"Dia!" Chelsea langsung menunjuk ke arah Wallace.

Wallace jelas tidak mau menanggung tuduhan membunuh Keenan. Dengan suara berat, dia berkata, "Ya, aku yang cabut. Lalu kenapa? Yang menyebabkan Pak Keenan mati tetaplah anak muda ini!"

"Semua orang di Kota Herburt tahu keahlianku. Keenan adalah pasienku. Bocah ini berani sembarangan menusuk jarum tanpa seizinku, itu yang membuat Pak Keenan mati. Aku nggak mau disalahkan!"

"Pasien sudah dalam kondisi gawat, kamu sebagai dokter bukannya berusaha menyelamatkan, malah sibuk mencari kambing hitam. Heh, memalukan!"

Bradford menatap Wallace, lalu tertawa dingin.

Wallace berteriak marah, "Pasien sudah nggak ada detak jantung, mana mungkin bisa diselamatkan? Dia memang sudah mati otak, sekarang ditambah lagi nggak ada detak jantung. Sekalipun dilakukan resusitasi jantung paru, apa gunanya? Anak muda, kamu nggak tahu apa-apa, jangan sok pintar di sini!"

"Kalau nggak mampu, minggir saja!"

Bradford malas membuang-buang waktu dengan berdebat. Dia langsung mendorong Wallace ke samping, lalu kembali ke sisi ranjang. Jarum yang tadi dicabut Wallace segera dia tusukkan lagi. Kemudian dengan kedua jarinya yang dirapatkan, dia mengetuk beberapa titik di tubuh Keenan!

"Hidup kembali!" Terakhir, Bradford menekan tepat di jantung Keenan sambil berseru tegas.

Detik berikutnya, sebuah pemandangan yang mengejutkan semua orang pun terjadi! Detak jantung Keenan muncul lagi di monitor, napasnya juga berangsur-angsur kembali.

"Detak jantungnya kembali!"

"Ya Tuhan!"

"Ilmu apaan itu barusan?!"

Chelsea, Kimmy, dan bahkan para dokter yang dibawa Wallace, semuanya membelalak tak percaya. Suara teriakan takjub memenuhi ruangan.

Sementara itu Wallace sendiri langsung tampak pucat dan bergumam dengan bibir gemetaran, "Ini ... ini ... bagaimana mungkin?"

Bradford menoleh padanya dan bertanya, "Kamu mau bilang apa lagi?"

Wallace berusaha menenangkan keterkejutannya, lalu menyeringai sinis. "Meski kamu bisa mengembalikan detak jantung Pak Keenan, apa gunanya? Dia sudah mati otak. Tadi kami masih punya peluang menanganinya, tapi karena ulahmu, dia nggak akan pernah sadar lagi seumur hidup. Kamu tetaplah biang keladi yang membunuhnya!"

Bradford hanya mendengus pelan. Tepat di saat itu, matanya menangkap pemandangan tak kasat mata. Seberkas cahaya jiwa telah melayang masuk ke dalam ruangan itu perlahan-lahan. Cahaya itu adalah jiwa utama Keenan. Hanya Bradford yang bisa melihatnya.

Bradford mengulurkan tangan dan menyentuh kening Keenan, lalu berkata dengan perlahan, "Kembalilah."

Sesaat kemudian, jari Keenan bergerak. Matanya pun perlahan terbuka.

"Keenan!"

"Ayah!"

Chelsea dan Kimmy bersorak penuh sukacita, mata mereka berkaca-kaca karena gembira.

Para dokter lain juga merasa hal itu benar-benar di luar nalar. Mereka semua terbelalak menatap Bradford seolah-olah sedang melihat sosok dewa.

Setelah terkejut sejenak, Wallace buru-buru kembali sadar. Dia langsung maju ke sisi ranjang dan berkata dengan tebal muka, "Lihatlah, di bawah perawatanku, Pak Keenan akhirnya sadar. Ini benar-benar kabar yang luar biasa!"

Saat itu, dia hanya terus memikirkan harus bagaimana mengklaim jasa ini adalah miliknya. Sebab, Keluarga Taulany sebelumnya telah berjanji, siapa pun yang bisa menyelamatkan Keenan akan menerima bayaran honor dokter sebesar 16 miliar!

"Dasar tua bangka nggak tahu malu! Minggir!"

Kimmy yang sedari tadi sudah muak dengan Wallace, langsung murka saat melihat Wallace berani mengaku-ngaku dirinya yang berjasa. Dengan penuh emosi, dia menampar keras wajah Wallaca. Cara tamparan dan kekuatan tangannya, nyaris sama persis seperti tamparan ibunya tadi.

Para dokter yang ikut bersama Wallace hanya bisa mengernyit malu. Wajah mereka merah padam menahan rasa terhina. Siapa yang menyangka, Wallace yang biasanya terlihat berwibawa dan dihormati, ternyata bisa setidak tahu malu itu?

Wallace yang merasa malu sekaligus marah, akhirnya tak sanggup bertahan lebih lama. Dia mendengus dingin, lalu berbalik pergi. Dokter-dokter lainnya pun saling memandang sejenak, kemudian ikut pergi dengan wajah tertunduk.

Saat itu, Keenan akhirnya benar-benar siuman. Bradford lalu mencabut 36 jarum yang dipasangnya satu per satu. Sementara itu, Chelsea dan Kimmy bergantian menceritakan secara singkat apa yang terjadi selama dua hari terakhir saat Keenan tak sadarkan diri dengan mata memerah.

Keenan kemudian menoleh ke arah Bradford untuk mengucapkan terima kasih. "Dokter Clayden, kali ini benar-benar sudah merepotkanmu. Kamu adalah penyelamat hidupku. Nanti aku pasti akan memberimu bayaran yang sangat besar sebagai tanda terima kasih."

Meski merasa bersyukur, Keenan tetap mempertahankan wibawa seorang penguasa. Seolah baginya, selama dia memberikan sejumlah uang yang besar pada Bradford, itu sudah cukup untuk mewakili rasa terima kasihnya.

Namun, Bradford hanya menggeleng pelan. Dia membereskan jarum-jarumnya tanpa banyak bicara, lalu memasukkannya kembali ke dalam kotak kayu cendana dan menyimpannya ke ransel.

Di sampingnya, Kimmy buru-buru menjelaskan, "Ayah, Dokter Clayden nggak pernah menerima bayaran atas pengobatan. Itu pesan khusus dari Pak Marva padaku."

"Nggak menerima bayaran? Kenapa begitu?"

Keenan tertegun.

Sebagai seorang pebisnis, apalagi seorang konglomerat dengan aset triliunan, dia terbiasa menyelesaikan semua urusan dengan uang. Baginya, kalau masalah bisa diselesaikan dengan uang, maka itu bukan masalah.

Namun jika Bradford tidak menerima bayaran, berarti dia harus menanggung utang budi pada Bradford. Sedangkan utang budi ... justru adalah yang paling sulit untuk dilunasi. Keenan jelas tidak ingin berutang pada orang lain.

Kimmy pun menjelaskan, "Dokter Clayden punya aturan sendiri dalam menolong orang. Itu yang disampaikan Pak Marva padaku."

"Apa aturannya? Katakan," tanya Keenan seraya mengernyit.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 100

    Sherine tertawa keras, pura-pura berlapang dada sambil melambaikan tangan. Kalau dulu, dia memang tak akan merasa sayang hanya karena sebuah mobil. Namun sekarang, setelah baru saja ditipu lebih dari 100 miliar, dia menjadi agak cemas soal keuangan.Meskipun mobil ini bisa diperbaiki lewat klaim asuransi, tetap saja hanya akan menjadi mobil bekas reparasi. Tentu sudah tak layak dipakai lagi.Bradford melihat ekspresi Sherine yang tampak tenang di luar tetapi sebenarnya perih di dalam hati. Dia tidak banyak berbicara, hanya berpamitan dan keluar. Dalam hati, dia sudah berencana, setelah urusan perceraian selesai dan keadaan agak longgar, dia akan membeli mobil baru untuk Sherine.Hari ini dia dan Elaine sudah janjian untuk bertemu di pengadilan negeri yang letaknya tak jauh dari Vila Golden Bay. Jalan kaki kurang dari setengah jam sudah sampai. Bradford lebih dulu tiba, sementara Elaine belum kelihatan. Dia pun sabar menunggu.Sampai jarum jam menunjukkan pukul 9.30 pagi, Elaine baru mu

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 99

    Dalam sekejap, waktu sudah menunjukkan pukul 8.30 pagi. Saat ini, Elaine masih berada di kantor polisi bersama Jauhar dan Ferona. Mereka bertiga tidak tidur semalaman. Mata mereka pun merah karena cemas.Mereka sudah mencoba berbagai cara, menggerakkan semua koneksi, mencari semalaman, tetap saja belum menemukan jejak Ellie.Dengan bibir pecah-pecah dan hati penuh kekhawatiran, Elaine berkata, "Paman, satu malam sudah lewat, apa yang harus kita lakukan? Jangan-jangan Ellie dalam bahaya ...."Jauhar menenangkan dengan suara rendah, "Jangan panik, jangan pikir yang aneh-aneh. Orang-orang yang menculik Ellie pasti punya tujuan, mungkin sebentar lagi akan telepon kamu dan minta tebusan. Sekarang aku sudah pasang penyadap dan pelacak ke ponselmu dan ibumu. Selama ada yang menelepon kalian, aku pasti bisa lacak lokasi mereka!"Saat berikutnya, ponsel Ferona berdering.Melihat layar, Ferona langsung berseru dengan kaget, "Nomor nggak dikenal!"Jauhar dan Elaine seketika waspada. Jauhar berkat

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 98

    Tas dan ponsel Ellie sudah tidak ada, sepertinya sudah dibuang oleh anak buah Aaron tadi. Bradford mengeluarkan ponselnya sendiri dan merasa heran. Sudah selama ini, tetapi tidak ada seorang pun yang meneleponnya."Sepertinya Elaine dan yang lain belum tahu kalau Ellie diculik. Kalau mereka tahu, pasti sudah menghubungiku."Memikirkan itu, Bradford pun memutuskan untuk tidak memberi tahu siapa pun. Dia menyimpan kembali ponselnya.Sekarang sudah lewat pukul 4 dini hari. Dia berniat menunggu sampai pagi, lalu membiarkan Ellie pulang sendiri, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa, supaya keluarganya juga tidak perlu ikut khawatir.Namun, begitu mengingat hal-hal yang dilakukan Ellie padanya saat setengah sadar karena pengaruh obat, Bradford merasa agak canggung. Dia sendiri tidak tahu bagaimana harus bersikap setelah gadis itu bangun nanti.Akhirnya, dia menuliskan secarik catatan, meminta Ellie mengurus pengembalian kartu kamar, lalu memakai uang deposit untuk naik taksi pulang setel

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 97

    Resepsionis itu akhirnya tersadar dan buru-buru berkata, "Oh, baik, kartu identitasnya.""Nggak bawa!" bentak Bradford."Nggak bawa ya nggak bawa, ngapain galak begitu?"Resepsionis itu menciutkan lehernya, lalu mengeluarkan satu kartu kamar. Dengan kesal, dia memberi Bradford kamar paling mahal, tema pasangan romantis dengan ranjang bundar besar. "Biaya kamar 1,3 juta, tambah deposit jadi 2 juta."Bradford membayar, mengambil kartu kamar, lalu langsung pergi."Sekilas lihat saja sudah kelihatan kalian bukan orang baik-baik, terburu-buru amat. Euw!" Resepsionis itu mencibir ke arah punggung mereka berdua. Namun, begitu teringat bagaimana Ellie menggigit-gigit tubuh Bradford dengan liar, hatinya malah menjadi gusar.....Brak! Begitu tiba di kamar, Bradford langsung menendang pintu, menancapkan kartu kamar untuk menyalakan listrik, lalu menutup pintu dengan tumit.Lampu merah muda kamar tema pasangan romantis menyala, memenuhi ruangan dengan suasana ambigu. Terutama ranjang bundar besar

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 96

    "Ellie, jangan seperti ini."Bibir merah Ellie tiba-tiba menempel di bibir Bradford. Lidahnya yang lembut menjulur keluar, berusaha membuka paksa bibir Bradford dan menjelajahi mulutnya.Bradford terkejut, buru-buru mendorong Ellie. Jantungnya berdebar kencang. Bagaimanapun, itu adalah adik iparnya. Empat tahun lalu, Ellie masih duduk di kelas tiga SMA. Dia melihat gadis ini tumbuh besar.Di hatinya, dia selalu menganggap Ellie sebagai adik kandung. Karena itu, saat ini perasaan bersalah pun tak terhindarkan."Kak ... aku sangat tersiksa .... Aku sudah nggak tahan lagi." Tatapan Ellie menyala penuh hasrat, tubuh mungilnya terus bergesekan di tubuh Bradford, seakan-akan ingin melebur ke dalam tubuhnya.Pada saat yang sama, jemarinya pun tak terkendali meraba tubuh Bradford, merasakan betapa kekar dan kerasnya otot-otot pria itu. Sentuhan itu membuat pikirannya semakin kabur."Ellie, kamu sekarang di bawah pengaruh obat. Wajar kalau merasa begitu. Bertahanlah, tetap sadar, aku akan menol

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 95

    Setelah berkata begitu, Elaine mengeluarkan ponselnya dan menelepon Tasya, menyuruhnya mengabari seluruh Alliance Group agar mengerahkan koneksi untuk menemukan keberadaan Ellie. Kemudian, dia segera menuju ruang rapat, menemui Jauhar, dan berdiskusi dengannya.Di pabrik terbengkalai, Aaron, Arden, dan sekelompok bawahan menunggu. Mereka tahu kemampuan bela diri Bradford luar biasa sehingga menyandera Ellie.Selain itu, Aaron punya kekuasaan besar di Kota Herburt, jadi tidak takut Bradford menelepon polisi.Saat ini, Aaron bahkan sudah mendapat kabar bahwa Jauhar sudah mencari keberadaan Ellie. Dia bahkan tahu betul setiap pergerakan Jauhar dan anak buahnya.Crown Group telah lama berdiri di Kota Herburt. Sebagai raksasa bisnis, jaringan dan pengaruhnya begitu kuat sehingga Aaron yakin dia bisa menyingkirkan Bradford malam ini tanpa konsekuensi.Arden adalah seorang playboy. Kecantikan Ellie memang luar biasa dan sangat cocok dengan seleranya. Hanya saja, sebelum kemari, Arden sudah di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status