Share

Bab 6

Penulis: Kael_99
Bradford menoleh pada lelaki tua berbaju batik itu, sorot matanya sedikit berubah. Dari tubuh lelaki tua itu, dia bisa merasakan aura darah yang sangat pekat.

Sekilas, wajahnya terlihat putih bersih, gemuk, dan tampak welas asih. Namun sebenarnya, tubuhnya dipenuhi hawa pembunuhan. Entah sudah berapa nyawa yang melayang di tangan orang ini.

Meski sedikit terkejut, Bradford tidak terlalu peduli. Sejak kecil dia sudah sering melihat tokoh-tokoh jahat dengan aura lebih menyeramkan dari ini, bahkan pernah mengalahkan beberapa di antaranya.

"Aku melihatnya dari hidangan ini."

Menjawab pertanyaan lelaki tua itu, Bradford menunjuk hidangan Rezeki Langit, yaitu tumisan asparagus dengan bunga bakung segar.

"Dari masakan bisa terlihat?"

Lelaki tua itu menggenggam untaian tasbih kayu di tangannya, lalu membungkuk sedikit sambil meneliti hidangan tersebut. Namun, dia sama sekali tidak menemukan kejanggalan.

Dengan nada bingung, dia bertanya, "Apa yang aneh dari hidangan ini? Kenapa aku nggak bisa melihatnya?"

"Masalah fengsui bukan hal yang bisa dipahami oleh sembarang orang."

Bradford menggunakan sendoknya untuk mengangkat sedikit hidangan itu, lalu berkata datar, "Ada masalah dengan aura pada masakan ini. Dan kelihatannya, masalah itu terbawa langsung dari dapur. Karena itu aku bertanya, apakah di dapur kalian memang ada sesuatu yang aneh terjadi."

Lelaki tua itu terperanjat, penilaiannya terhadap Bradford jadi lebih tinggi.

Orang ini tidak lain adalah pemilik sesungguhnya dari Restoran Hardara, dijuluki dengan Kakek Hardara, alias Robby Sulaiman.

Sebagai salah satu penguasa dunia mafia yang paling disegani di wilayah selatan, Robby memang sudah lama percaya tentang fengsui dan sejenisnya. Saat membuka Restoran Hardara dua tahun lalu, dia bahkan mengundang ahli fengsui ternama untuk merancang tata letak seluruh bangunan.

Istilah "aura" ini memang sering digunakan oleh para ahli fengsui.

Konon katanya, segala sesuatu yang ada di dunia ini memiliki aura. Pemahaman tentang aura memang cenderung mistis. Jika dijelaskan dengan bahasa ilmu pengetahuan modern, aura bisa diartikan sebagai sejenis energi metafisis yang misterius.

Kini, pemuda di depan mata ini ternyata mampu melihat aura dalam sebuah hidangan, lalu menyimpulkan bahwa ada masalah di dapur. Itu sudah cukup membuktikan bahwa dirinya bukan orang biasa!

"Makanan bisa punya energi apa? Paling juga panas uapnya. Kalau makan ya makan saja, jangan asal bicara!"

Pria paruh baya berkacamata yang berdiri di belakang lelaki tua itu mengerutkan alis. Suaranya penuh ketidakpuasan saat menegur Bradford.

Orang ini tak lain adalah pemilik resmi Restoran Hardara secara hukum, namanya Husein. Dia berasal dari Honka, logat bicaranya masih kental dengan aksen Honka.

Beberapa hari belakangan ini, dapur Restoran Hardara memang sering terjadi hal-hal aneh. Para pekerja dapur jatuh sakit satu per satu sehingga membuatnya sangat pusing. Dia khawatir Robby akan menegurnya karena dianggap gagal mengelola, maka dari itu dia selalu merahasiakan kabar ini dan tidak pernah melaporkannya ke atasan.

Kini setelah mendengar Bradford berbicara terus terang, hatinya semakin tidak senang. Dia sama sekali tidak ingin pemuda ini melanjutkan pembicaraan.

Bradford hanya melirik sekilas pada Husein. Baru saja dia hendak membuka mulut, Robby sudah terlebih dulu menunjukkan raut tak senang. Dia menoleh dan bertanya dengan suara dingin, "Husein, aku lagi ngomong sama anak muda ini. Apa hakmu untuk ikut menyela?"

"Jangan-jangan, kamu kira aku nggak tahu soal pekerja dapur yang jatuh sakit berturut-turut selama beberapa hari ini?"

Saat melihat sorot mata Robby yang dingin, tubuh Husein langsung bergetar hebat. Sekujur tubuhnya dibasahi keringat dingin. Dia buru-buru menunduk dan berkata, "Tuan Robby, maafkan aku terlalu banyak bicara. Mengenai dapur ... aku memang sudah berniat melaporkannya pada Tuan."

"Tutup mulutmu dulu," tegur Robby.

Husein tidak berani berkata lebih banyak lagi. Dia hanya bisa mengangguk dan mundur ke samping.

Sementara itu, Kimmy yang sedari tadi duduk berhadapan dengan Bradford, hanya bisa melongo kaget. Matanya terbelalak tak percaya menatap Robby.

Baru sekarang dia menyadari, lelaki tua di hadapannya ini adalah sosok legendaris bernama Kakek Haradara itu!

Mengingat berbagai rumor tentang Robby yang beredar di dunia mafia , bahkan Kimmy pun merasa jantungnya berdebar kencang. Dia melirik ke arah Bradford, lalu ragu-ragu sejenak. Akhirnya, diam-diam dia menyentuh kaki Bradford dengan ujung kaki di bawah meja dan menendang pelan untuk memberi isyarat.

Bradford mengangkat alis dan menoleh padanya. "Kenapa?"

"Ng ... nggak apa-apa." Kimmy memaksakan senyum, sambil menggeleng cepat.

Namun diam-diam, dia menutupi setengah wajahnya dengan tangan, lalu memberi kode dengan matanya untuk memperingatkan Bradford agar berhati-hati, jangan sampai menyinggung Robby.

Bradford hanya bisa tertawa tanpa suara.

Bisa membuat putri Keluarga Taulany sampai setegang itu ... jelas Robby ini bukan sosok yang sepele. Namun di mata Bradford, Robby tak jauh berbeda dengan orang biasa.

Saat itu, Robby kembali menoleh pada Bradford. Kali ini wajahnya dihiasi senyum ramah. "Anak muda, sepertinya kamu cukup paham soal fengsui. Bisa nggak kamu bantu aku melihat apa yang sebenarnya terjadi di dapur sana?"

Bradford menelusuri pandangannya ke sekeliling, lalu berkata, "Fengsui di Restoran Hardara ini memang bagus. Jelas ada seseorang yang mengerti soal fengsui yang menata tempat ini."

"Tapi, tetap saja ilmunya cuma sampai setengah, nggak sampai 100 persen sempurna. Dapur adalah tempat yang dipenuhi dengan pembunuhan hewan. Cepat atau lambat, tempat itu akan bermasalah."

"Maksudmu, masalah dapur ini ada hubungannya dengan fengsui bangunan restoran ini?"

Robby sempat tertegun. Pasalnya, orang yang dia undang untuk merancang fengsui restoran ini adalah seorang master dari Honka yang sangat terkenal di sana.

Beberapa hari belakangan, para pekerja dapur memang jatuh sakit satu per satu dengan gejala yang sangat aneh. Dia sendiri menyadari hal ini tidak normal, sehingga sudah memanggil kembali sang master itu untuk datang ke Kota Herburt.

Hari ini, dia berada di restoran juga memang untuk menunggu kedatangan orang itu.

Ironisnya, Husein masih mengira dirinya tidak tahu apa-apa dan berusaha menyembunyikan masalah ini darinya.

Awalnya, Robby berniat membiarkan sang master dari Honka yang datang untuk menangani masalah ini. Tak disangka, pemuda di hadapannya malah tampak begitu paham soal fengsui. Dia sempat merenung sejenak, lalu tersenyum dan bertanya, "Kalau begitu, anak muda, apakah kamu punya cara untuk menyelesaikan masalah ini?"

"Ada, tentu saja ada. Tapi hari ini aku datang untuk makan, bukan untuk bekerja. Aku nggak tertarik menangani urusan ini."

Bradford berkata datar, lalu melirik sekilas pada Robby. "Lagi pula kalau tebakanku benar, kamu sudah memanggil seseorang untuk mengatasi masalah ini. Aku nggak mau merusak ladang orang lain mencari nafkah."

Senyum di wajah Robby seketika lenyap, matanya membelalak penuh keterkejutan. Dia masih bisa terima jika Bradford bisa melihat masalah fengsui dari aura dalam makanan. Namun, bagaimana mungkin pemuda ini bisa langsung menebak bahwa dia telah memanggil seorang master dari Honka?

Kemampuan seperti meramal masa depan ini benar-benar membuatnya terkesima.

"Kamu ... kenapa kamu bisa tahu aku sudah memanggil orang?"

Bradford menjawab dengan tenang, "Ada hal-hal yang sebaiknya dipahami tanpa harus diucapkan. Lagian, kamu juga nggak akan mengerti kalaupun kuceritakan."

Ucapannya terdengar arogan, bahkan agak meremehkan.

Seketika, wajah Husein yang berdiri di belakang Robby bersama dua pria lainnya, berubah masam. Mereka menatap Bradford dengan sorot mata yang tidak bersahabat.

Salah satunya, pria berbadan tegap dengan pelipis yang menonjol tinggi, berbicara dengan suara serak, "Anak muda, sebaiknya sopan sedikit kalau bicara! Tuan Robby sudah bersikap ramah padamu, bukan berarti kamu bisa melampaui batas seenaknya!"

Bradford menoleh padanya dan menatap penuh penilaian, lalu berkata perlahan, "Darah dan tenagamu kuat, pelipismu menonjol, sendi-sendi jarimu penuh kapalan. Jelas kamu seorang ahli bela diri eksternal, sekelas master tingkat dua."

Ahli bela diri terbagi menjadi dua, yaitu eksternal dan internal. Aliran eksternal lebih menekankan pada kekuatan otot, latihan fisik, serta serangan yang keras dan cepat. Sementara aliran internal menekankan prinsip "mengalahkan yang keras dengan yang lembut", penggunaan niat dan konsentrasi batin, serta pengeluaran tenaga secara menyeluruh.

Pria itu mendengus sinis. "Kalau kamu tahu aku punya kekuatan sebesar itu, seharusnya kamu tahu diri dan rendah hati sedikit waktu bicara sama Tuan Robby!"

Namun, Bradford malah mendengus dingin. "Seorang master tingkat dua rendahan yang bahkan belum bisa melatih tenaga dalam saja berani-beraninya menggonggong seperti anjing saat tuannya sedang berbicara?"

Selama Robby berbicara padanya dengan sopan, Bradford masih bersedia menanggapi dengan tenang.

Namun jika ada orang lain yang berkata kasar dan bersikap sombong, dia sama sekali tidak akan segan-segan terhadapnya.

"Berani-beraninya kamu memanggilku anjing? Cari mati, ya!"

Pada dasarnya, ahli bela diri memang berdarah panas dan sering kali berwatak keras. Saat dimaki oleh Bradford, pria ini tentu tidak bisa menerimanya. Dia mengentakkan kakinya dengan keras, lalu meluncurkan pukulan cepat dan penuh tenaga lurus ke wajah Bradford!

Melihat pengawalnya bertindak tanpa perintah, wajah Robby pun mengernyit marah. "Orion, beraninya kamu!"

Namun, tinju Orion sudah telanjur meluncur dan tidak mungkin lagi ditarik kembali.

Kimmy pun berteriak kaget dan wajahnya pucat ketakutan. "Berhenti!"

Melihat pukulan Orion yang sekuat itu, jelas sekali dia adalah seorang ahli bela diri yang berpengalaman. Jika tinju itu benar-benar menghantam wajah Clayden, bukankah bisa membuatnya gegar otak?

Namun, Bradford sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Ekspresinya tetap tenang.

Dalam sekejap, dia hanya mengangkat tangan. Sendok di tangannya diarahkan ke atas, lalu menusuk lengan Orion. Hanya dengan sebuah sendok, Bradford mampu menghentikan tinju Orion.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 100

    Sherine tertawa keras, pura-pura berlapang dada sambil melambaikan tangan. Kalau dulu, dia memang tak akan merasa sayang hanya karena sebuah mobil. Namun sekarang, setelah baru saja ditipu lebih dari 100 miliar, dia menjadi agak cemas soal keuangan.Meskipun mobil ini bisa diperbaiki lewat klaim asuransi, tetap saja hanya akan menjadi mobil bekas reparasi. Tentu sudah tak layak dipakai lagi.Bradford melihat ekspresi Sherine yang tampak tenang di luar tetapi sebenarnya perih di dalam hati. Dia tidak banyak berbicara, hanya berpamitan dan keluar. Dalam hati, dia sudah berencana, setelah urusan perceraian selesai dan keadaan agak longgar, dia akan membeli mobil baru untuk Sherine.Hari ini dia dan Elaine sudah janjian untuk bertemu di pengadilan negeri yang letaknya tak jauh dari Vila Golden Bay. Jalan kaki kurang dari setengah jam sudah sampai. Bradford lebih dulu tiba, sementara Elaine belum kelihatan. Dia pun sabar menunggu.Sampai jarum jam menunjukkan pukul 9.30 pagi, Elaine baru mu

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 99

    Dalam sekejap, waktu sudah menunjukkan pukul 8.30 pagi. Saat ini, Elaine masih berada di kantor polisi bersama Jauhar dan Ferona. Mereka bertiga tidak tidur semalaman. Mata mereka pun merah karena cemas.Mereka sudah mencoba berbagai cara, menggerakkan semua koneksi, mencari semalaman, tetap saja belum menemukan jejak Ellie.Dengan bibir pecah-pecah dan hati penuh kekhawatiran, Elaine berkata, "Paman, satu malam sudah lewat, apa yang harus kita lakukan? Jangan-jangan Ellie dalam bahaya ...."Jauhar menenangkan dengan suara rendah, "Jangan panik, jangan pikir yang aneh-aneh. Orang-orang yang menculik Ellie pasti punya tujuan, mungkin sebentar lagi akan telepon kamu dan minta tebusan. Sekarang aku sudah pasang penyadap dan pelacak ke ponselmu dan ibumu. Selama ada yang menelepon kalian, aku pasti bisa lacak lokasi mereka!"Saat berikutnya, ponsel Ferona berdering.Melihat layar, Ferona langsung berseru dengan kaget, "Nomor nggak dikenal!"Jauhar dan Elaine seketika waspada. Jauhar berkat

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 98

    Tas dan ponsel Ellie sudah tidak ada, sepertinya sudah dibuang oleh anak buah Aaron tadi. Bradford mengeluarkan ponselnya sendiri dan merasa heran. Sudah selama ini, tetapi tidak ada seorang pun yang meneleponnya."Sepertinya Elaine dan yang lain belum tahu kalau Ellie diculik. Kalau mereka tahu, pasti sudah menghubungiku."Memikirkan itu, Bradford pun memutuskan untuk tidak memberi tahu siapa pun. Dia menyimpan kembali ponselnya.Sekarang sudah lewat pukul 4 dini hari. Dia berniat menunggu sampai pagi, lalu membiarkan Ellie pulang sendiri, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa, supaya keluarganya juga tidak perlu ikut khawatir.Namun, begitu mengingat hal-hal yang dilakukan Ellie padanya saat setengah sadar karena pengaruh obat, Bradford merasa agak canggung. Dia sendiri tidak tahu bagaimana harus bersikap setelah gadis itu bangun nanti.Akhirnya, dia menuliskan secarik catatan, meminta Ellie mengurus pengembalian kartu kamar, lalu memakai uang deposit untuk naik taksi pulang setel

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 97

    Resepsionis itu akhirnya tersadar dan buru-buru berkata, "Oh, baik, kartu identitasnya.""Nggak bawa!" bentak Bradford."Nggak bawa ya nggak bawa, ngapain galak begitu?"Resepsionis itu menciutkan lehernya, lalu mengeluarkan satu kartu kamar. Dengan kesal, dia memberi Bradford kamar paling mahal, tema pasangan romantis dengan ranjang bundar besar. "Biaya kamar 1,3 juta, tambah deposit jadi 2 juta."Bradford membayar, mengambil kartu kamar, lalu langsung pergi."Sekilas lihat saja sudah kelihatan kalian bukan orang baik-baik, terburu-buru amat. Euw!" Resepsionis itu mencibir ke arah punggung mereka berdua. Namun, begitu teringat bagaimana Ellie menggigit-gigit tubuh Bradford dengan liar, hatinya malah menjadi gusar.....Brak! Begitu tiba di kamar, Bradford langsung menendang pintu, menancapkan kartu kamar untuk menyalakan listrik, lalu menutup pintu dengan tumit.Lampu merah muda kamar tema pasangan romantis menyala, memenuhi ruangan dengan suasana ambigu. Terutama ranjang bundar besar

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 96

    "Ellie, jangan seperti ini."Bibir merah Ellie tiba-tiba menempel di bibir Bradford. Lidahnya yang lembut menjulur keluar, berusaha membuka paksa bibir Bradford dan menjelajahi mulutnya.Bradford terkejut, buru-buru mendorong Ellie. Jantungnya berdebar kencang. Bagaimanapun, itu adalah adik iparnya. Empat tahun lalu, Ellie masih duduk di kelas tiga SMA. Dia melihat gadis ini tumbuh besar.Di hatinya, dia selalu menganggap Ellie sebagai adik kandung. Karena itu, saat ini perasaan bersalah pun tak terhindarkan."Kak ... aku sangat tersiksa .... Aku sudah nggak tahan lagi." Tatapan Ellie menyala penuh hasrat, tubuh mungilnya terus bergesekan di tubuh Bradford, seakan-akan ingin melebur ke dalam tubuhnya.Pada saat yang sama, jemarinya pun tak terkendali meraba tubuh Bradford, merasakan betapa kekar dan kerasnya otot-otot pria itu. Sentuhan itu membuat pikirannya semakin kabur."Ellie, kamu sekarang di bawah pengaruh obat. Wajar kalau merasa begitu. Bertahanlah, tetap sadar, aku akan menol

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 95

    Setelah berkata begitu, Elaine mengeluarkan ponselnya dan menelepon Tasya, menyuruhnya mengabari seluruh Alliance Group agar mengerahkan koneksi untuk menemukan keberadaan Ellie. Kemudian, dia segera menuju ruang rapat, menemui Jauhar, dan berdiskusi dengannya.Di pabrik terbengkalai, Aaron, Arden, dan sekelompok bawahan menunggu. Mereka tahu kemampuan bela diri Bradford luar biasa sehingga menyandera Ellie.Selain itu, Aaron punya kekuasaan besar di Kota Herburt, jadi tidak takut Bradford menelepon polisi.Saat ini, Aaron bahkan sudah mendapat kabar bahwa Jauhar sudah mencari keberadaan Ellie. Dia bahkan tahu betul setiap pergerakan Jauhar dan anak buahnya.Crown Group telah lama berdiri di Kota Herburt. Sebagai raksasa bisnis, jaringan dan pengaruhnya begitu kuat sehingga Aaron yakin dia bisa menyingkirkan Bradford malam ini tanpa konsekuensi.Arden adalah seorang playboy. Kecantikan Ellie memang luar biasa dan sangat cocok dengan seleranya. Hanya saja, sebelum kemari, Arden sudah di

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status