Share

Bab 306: Rasanya Hambar

Penulis: Rizki Adinda
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-08 16:41:38

Kirana menunduk, matanya menyapu menu di tangannya tanpa benar-benar membacanya. Suara dentingan gelas dan percakapan pelan dari meja lain mengalun samar, mengisi ruangan kafe yang didekorasi dengan lampu kuning hangat dan aroma kayu manis yang samar.

Ia akhirnya menunjuk satu minuman dan menyerahkan kembali menu kepada pelayan dengan senyum tipis yang nyaris tak terlihat.

“Silakan pesan apa saja yang kamu mau, Pak Pradana. Nggak usah sungkan. Aku masih sanggup traktir secangkir kopi,” katanya datar, nyaris tanpa intonasi.

Raka menggeser pandangannya, rahangnya mengeras. Ia masih menyimpan bara kecil dalam dadanya, sisa dari percakapan sebelumnya yang menyebut bahwa mereka bukan pasangan.

Kalimat itu bergema terus di kepalanya, seperti debur ombak yang menolak surut.

Tanpa memandang Kirana, ia hanya menyahut pendek, “Sama seperti dia saja.”

Pelayan muda itu mengangguk sopan lalu melangkah pergi, tapi dari sud

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Dyah Wiryastini
Cerita nya alur nya lambattttt bangetttt
goodnovel comment avatar
Yuli Ani
Thor satukan mereka cerita mereka sadarkan Kirana jangan egois
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 339: Kamar untuk Dua Dunia

    Cahaya yang semula mengisi mata Zelina, seperti kilau hangat dari sore yang indah, meredup seketika saat sosok itu muncul di ambang pintu.Bibirnya bergerak membentuk senyum, tetapi hanya sekilas, lebih mirip bayangan senyum yang dipaksakan."Ellie," gumamnya dengan nada yang nyaris tak terdengar.Langkah-langkah kecil Elina terdengar lembut di karpet kamar hotel, memeluk boneka kelinci lusuh di pelukannya.Sementara itu, Zelina berdiri terpaku di ambang pintu, tubuhnya sedikit condong ke depan, seolah mencoba menyatu kembali dalam dunia yang terasa asing baginya.Rambutnya yang sempat tertata rapi kini berantakan, sedikit kusut oleh angin taman bunga yang tadi membelainya selama ia berjalan sendiri, menyusuri jalan setapak menuju hotel.Udara kamar beraroma pendingin ruangan dan parfum anak-anak, tapi ada ketegangan yang menggantung di antara ketiga orang di sana, seperti benang halus yang siap putus kapan saja.Raka duduk di tepi ra

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 338: Menanti Bu Alesha

    Langkah Kirana nyaris tanpa suara saat ia menarik Aidan dan Bayu menjauh dari taman bunga yang mulai dingin tertiup angin malam.Jemarinya mencengkeram erat tangan dua bocah itu, seakan khawatir mereka akan tergelincir dari genggamannya seperti pasir.Tak ada satu kata pun ia lontarkan, hanya kilatan di matanya yang lebih lantang dari amarah. Wajah Raka mengeras, rahangnya mengatup kaku saat melihat punggung mereka menjauh.Tunangan? Pihak ketiga? Ucapan Kirana tadi terus menggema di kepalanya, menusuk lebih dalam ketimbang tatapan sinis siapa pun.Wanita itu memang tahu cara menusuk tepat di luka.Elina berdiri di tengah jalan setapak, tak bergerak. Cahaya lampu taman memantul samar di wajahnya yang basah oleh air mata, tapi ia tak menangis keras.Isaknya justru datang dalam diam, membuatnya terlihat lebih rapuh, seperti daun yang jatuh tak bersuara.Di sampingnya, Zelina mematung, pandangannya kosong, tak tahu harus memeluk

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 337: Jangan Bikin Saya Canggung

    Sejenak, sorot mata Zelina berkabut oleh kecewa. Namun, seperti daun yang tersapu angin dan kembali ke tempatnya, ia buru-buru menarik senyum dan menyembunyikan perasaannya di balik anggukan tipis.Seolah berkata, “Tidak apa-apa,” meski jelas-jelas jiwanya tak sedang baik-baik saja.Begitu lonceng makan siang berbunyi, Raka dengan santai meraih tangan Elina, menggandengnya ke arah kantin sekolah yang penuh suara piring beradu dan tawa para orang tua.Aroma nasi hangat dan sup kaldu menguar di udara. Zelina menyusul di belakang, langkahnya sedikit ragu namun tetap berusaha tenang.Hari itu pertama kalinya ia ikut antre makan bersama para orang tua murid. Suasana ramai, penuh bisik-bisik dan sorotan mata yang tak henti menilai.Entah karena lengah atau terdorong, Zelina tiba-tiba saja terlempar ke barisan paling belakang.Ia panik, matanya sibuk mencari sosok Raka. Namun ketika hendak bergerak mendekat, beberapa ibu-ibu mencegat la

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 336: Wajah yang Tak Diundang

    Kirana menoleh, pandangannya segera tertumbuk pada wajah Elina yang tampak tegang, hampir kaku seperti dahan muda yang tertiup angin dingin.Mata anak itu tidak menatap siapa-siapa, tapi sorotnya tajam, waspada, seolah mencium bahaya yang dulu pernah datang dalam wujud perempuan yang kini berdiri tak jauh darinya: Zelina.Kirana menghela napas pelan. Ingin rasanya ia menarik Elina ke belakang punggungnya, menjauhkan anak itu dari segala kemungkinan luka.Tapi ia sadar, kenyataan tidak sesederhana itu. Hubungannya dengan keluarga ini... nyaris tak punya nama.Ia menunduk, membiarkan kebimbangannya larut sejenak dalam desir angin yang membawa aroma tanah basah.Lalu, dengan suara tenang yang disisipi keikhlasan, ia berkata, "Kalau begitu, saya ikut saja, Pak Pradana."Raka hanya mengangguk. Gerak tubuhnya kembali pada cangkul di tangan, mengayunkannya dengan ritme yang mantap, menutup lubang tanam seolah tak terjadi apa-apa.Tapi bayang

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 335: Api di Bawah Senyum

    “Tidak apa-apa. Saya hanya ingin meluruskan saja,” ucap Kirana, berusaha menambatkan senyum tipis di wajahnya.Tapi senyum itu terasa seperti kaca yang retak, nyaris patah. Matanya menunduk sesaat, menyembunyikan riak kecil di dalam dirinya.Panitia yang berdiri di hadapannya hanya mengangguk buru-buru, canggung. Gerak-geriknya seperti seseorang yang ingin menghilang begitu saja dari percakapan yang tak nyaman itu.Dari samping, Raka menatap Kirana. Sorot matanya suram, menyimpan sesuatu yang tak diucapkan.Seperti mendung yang menggantung, tapi belum juga turun hujan.Mereka baru saja menyelesaikan penanaman bibit pohon kedua. Tanah yang basah dan aroma rumput yang tercabik memenuhi udara.Kirana berdiri, menepuk-nepuk tanah dari telapak tangannya, lalu mengulurkan bibit ketiga kepada Raka.Namun sebelum bibit itu berpindah tangan, sebuah keributan kecil mencuri perhatian mereka.“Bu Pratama? Ngapain Ibu di s

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 334: Seperti Keluarga

    Kirana langsung merasa gerah. Dadanya sesak oleh tatapan yang mendadak tertuju padanya, seolah cahaya matahari pagi yang tadi terasa hangat berubah jadi spotlight menyengat.Ia berdiri kaku di samping Elina, merasa seperti sedang dipajang di tengah panggung.Tentu aja enggak! pikirnya jengkel. Semua orang jadi ngelihatin cuma gara-gara dia berdiri di sebelahku! Aku enggak mau ribet kayak semalam lagi...Dari sudut matanya, Kirana melihat wajah Elina mulai meredup. Sorot ceria yang tadi menghiasi mata bulatnya meredup pelan, tergantikan bayangan kecewa yang membuat pipinya tampak makin pucat.Gadis kecil itu menggigit bibir, lalu melirik ke arah Kirana dengan suara nyaris berbisik.“Bu Alesha…”Ada jeda. Ringan, tapi menggantung. Kirana sempat tak menjawab, tapi detak hatinya melembut. Ia menarik napas, menunduk menatap Elina yang kini menunduk canggung, lalu mengangguk perlahan.&l

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status