Happy Reading.
Kota A. Tepatnya di perusahaan Wesley."Anda salah sasaran, Tuan. Nona Zayla murni tidak bersalah dalam kecelakaan itu. Di dalam rekaman CCTV terlihat jelas bahwa nona Zayla sempat menolak saat diajak pergi oleh tuan dan nyonya besar. Bukan nona Zayla yang mengajak mereka, Tuan. Bahkan saat dalam perjalanan ke mall, mobil yang tumpangi oleh kedua orang tua anda sudah berputar arah dan hendak kembali ke rumah,""Namun, ada sebuah mobil yang menabrak mobil tuan besar dari arah samping, hingga menyebabkan mobil itu oleng dan menabrak pembatas jalan. Semuanya dibuat seolah-olah kecelakaan itu murni kecelakaan biasa, karena sang pelaku termasuk orang yang sangat cerdik. Sayangnya, dia juga termasuk orang yang bodoh karena melupakan jejak yang tertinggal,"Zack mengungkapkan kebenaran mengenai kecelakaan beberapa minggu yang lalu. Bukan tanpa alasan juga Zack berusaha mati-matian mengumpulkan bukti tersebut, tapi ia ada seseorang yHappy Reading. "Mama, Papa, kalian jangan pergi. Bawa aku bersama kalian," isak Zayla seraya berjalan menyusul kedua orang tuanya yang mulai menjauh. "Enggak, Sayang. Kamu enggak bisa ikut kami pergi. Kembalilah, akan ada banyak orang yang mencintai kamu setelah ini," Cassini menatap sendu putri tercintanya itu. Begitu juga dengan Dario, ia sampai tak bisa berkata-kata dari saking sedihnya melihat keadaan sang putri. "Bohong. Enggak ada yang cinta dan sayang sama aku kecuali Mama dan Papa. Bahkan kak Ion pun sangat membenciku," lirih Zayla merasa tak kuat melangkahkan kakinya lagi. Ia pun terduduk di atas rerumputan kecil sambil menangis tersedu-sedu. Cassini dan Dario pun ikut menangis, baru kali ini mereka melihat Zayla dalam keadaan kacau dan tangisnya membuat hati mereka bagaikan diiris sebilah pisau. "Kamu gadis kuat, Nak. Bangkitlah, sambut kebahagiaan mu dengan keluarga yang baru. Maafkan kami karena tidak bisa menemani mu dan enggak ad
Happy Reading. "Mama mohon, cari tahu latar belakang Saya, Nak. Meskipun rasanya sangat mustahil, tapi mama yakin kalau dia adalah Sheila," Rina meminta Ansel supaya menjalankan perintahnya. "Sheila sudah meninggal, Ma. Please, jangan aneh-aneh. Aku tahu kalau mama sangat sulit melupakan atau bahkan mengikhlaskan Sheila pergi, tapi itu semua sudah takdir dan kehendak Tuhan, kita jangan lagi berpikir yang berada di luar nalar," sanggah Ansel menolak permintaan sang mama. Ia tidak mau mamanya semakin terpuruk dengan kejadian di masa lalu. "Kali ini saja, Nak. Mama mohon," Rina sampai menangis di hadapan Ansel agar putranya mau patuh dengan keinginannya. Ansel menatap sang papa yang berdiri di belakang mamanya seolah meminta pendapat kepadanya. Bagas yang paham akan tatapan sang putra, ia pun menganggukkan kepala tanda setuju dengan permintaan istrinya. "Hm, baiklah, akan aku selidiki semuanya. Tapi, jika hasilnya tidak sesuai dengan ke
Happy Reading. Serly membekap mulutnya seakan tak percaya dengan apa yang Zayla katakan. Ia berharap semuanya hanya mimpi. "Enggak mungkin, Zay. Arion--" Serly menggantung ucapannya karena tak sanggup meneruskan kalimat itu. Sosok Arion yang super protektif dan sangat menyayangi Zayla, bisa melakukan hal sekeji itu hanya karena sebuah dendam, bahkan dendam itu sangatlah salah. Serly memeluk sahabatnya untuk menyalurkan kekuatan, karena ia yakin saat ini mental dan psikis Zayla sedang tidak baik-baik saja. Rasanya ia tak percaya dengan fakta itu, namun, melihat kejujuran di mata Zayla, Serly tak bisa lagi mengelaknya. Lagi pula hal sebesar itu mana mungkin dijadikan lelucon oleh gadis sesuai Zayla, yeah meskipun Serly juga masih belum dewasa. Ralat! Zayla sudah bukan gadis lagi. "Lalu keputusan mu sekarang bagaimana? Apa kamu akan kembali lagi ke rumah Arion?" Serly harus tahu keputusan Zayla saat ini agar ia bisa memberikan solusi kedepannya, walaupun r
Happy Reading. Hari ini Zayla sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Namun, ia tidak tahu harus pulang kemana, sebab sekarang ia sudah tidak mempunyai tempat untuk pulang. Biaya rumah sakit pun Ansel yang membayarnya karena Zayla memang tidak punya banyak uang, ia hanya membawa sisa dari tabungannya kemarin. "Kenapa kamu terlihat sedih, apa kamu enggak senang bisa keluar dari rumah sakit?" Serly melihat kesedihan di wajah sahabatnya setelah dokter mengatakan bahwa dirinya diperbolehkan pulang. "Aku enggak tahu harus pulang ke mana, Ser," suara Zayla terdengar sangat lirih, tatapannya pun begitu sendu. "Tinggal lah di rumah tante, bukankah tante sudah mengatakan bahwa kita ini adalah keluarga," Rina mengelus puncak kelapa Zayla dengan perasaan hangat. Zayla mendongakkan kepala seraya menatap wanita baya tersebut, yang masih terlihat cantik diusianya sekarang. "Aku enggak bisa, Tante. Karena aku mau belajar mandiri, bukan maksud
Happy Reading. Arion menghentikan anak buahnya untuk mencari keberadaan Zayla, ia bertekad akan mencarinya sendiri dan meminta maaf kepadanya. Pria tampan itu merasa tak tenang karena terus memikirkan keadaan sang adik angkat. Ia terus terbayang akan penyatuan mereka waktu itu, bagaimana jika Zayla sampai hamil? Sungguh Arion tak dapat membayangkan semua itu. Di satu sisi, Arion berharap Zayla memang hamil anaknya supaya ia bisa mengikat adik angkatnya itu agar tak lagi pergi darinya. Namun, di sisi lain Arion juga takut keinginannya jadi kenyataan, sebab dunia belum tahu kalau Zayla hanyalah adik angkat, bukan adik kandung. Tentu hal tersebut akan membawa bumerang bagi mereka berdua. Belum lagi jika Zayla tidak mau hamil anaknya karena merasa takut dan terbebani, pasti akan sangat sakit dengan kenyataan itu. "Ah, kenapa semuanya menjadi sangat rumit." kepala Arion rasanya akan pecah memikirkan apa yang sedang menimpanya. Besok, Arion akan per
Happy Reading. Zayla merasakan ada yang aneh di lingkungan kampus. Semua orang yang selalu menatap dingin dan juga meremehkannya, kini mereka terlihat sangat ramah kepada Zayla. Ia benar-benar bingung apa yang sebenarnya terjadi pada teman-teman kampusnya itu. Cuma Rula yang tetap menatap sinis kepadanya tanpa tahu salahnya dimana. "Apa kabar, Zay? Aku dengar, beberapa hari ini kamu lagi sakit ya," ucap Sela tersenyum ramah. Ia tak ingin bernasib sama dengan Alovia dan Wina yang dikeluarkan secara tidak hormat dari Fakultas Gremora. "Cuma pusing aja kok," baru kali ini Zayla berbicara bergitu santai kepada teman kelasnya itu. bukan cuma yang menyapa dan menanyakan kabar Zayla, tapi mahasiswa lain pun ikut bersimpati kepadanya. 'Sebenarnya ada apa ini, kenapa mereka berubah drastis.' Batin Zayla bertanya-tanya. "Zayla, bisa ikut ke ruangan saya sebentar," suara pak Bima mengalihkan fokus para mahasiswa di dalam kelas tersebut.
Happy Reading. Setelah mendapatkan onor darah yang cocok, Zayla langsung ditangani oleh tim medis yang profesional. Wanita cantik itu terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit, banyak serangkaian alat yang menancap di tubuh Zayla sebagai penopang hidupnya. Begitu juga dengan oksigen yang terpasang di bagian mulutnya, sementara Zayla masih setia memejamkan mata. Para tim medis sudah keluar dari ruangan operasi setelah luka di bagian kepala Zayla selesai di jahit. Keadaan wanita malang itu masih belum stabil, entah kapan Zayla akan membuka matanya kembali. "Bagaimana keadaan adik saya, Dok?" sosok pria yang sejak tadi menunggu Zayla di depan ruang operasi, kini langsung berdiri saat melihat dokter beserta tim medis lainnya sudah keluar dari ruangan tersebut. "Kami sudah berusaha keras dalam menangani adik Anda Tuan. Keadaannya belum stabil, sepertinya pasien akan mengalami koma," papar dokter spesialis tersebut memasang wajah sedihnya.
Happy Reading. "Dokter, pasien di ruang ICU mengalami kejang-kejang." Ucap seorang perawatan yang kebetulan sedang mengecek keadaan Zayla. Dokter Rama yang menangani Zayla di ruang operasi pun gegas masuk ke ruang ICU. Wajahnya terlihat sangat serius, ia juga merasa prihatin dengan keadaan Zayla yang sepertinya enggan untuk membuka mata. Ansel beserta kedua orang tuanya tetap setia menunggu Zayla di depan ruang ICU. Mereka bertiga sangat sedih atas apa yang menimpa Zayla. Tiada hentinya mereka terus merapalkan doa demi keselamatan Zayla supaya lekas bangun dari komanya. Namun, harapan mereka semakin menipis tatkala dokter Rama mengatakan bahwa Zayla sepertinya memang tidak mempunyai keinginan untuk segera bangun dari komanya. "Bagaimana perkembangan putri kami, Dok?" dengan cepat Rena menghampiri dokter Rama untuk menanyakan kondisi sang putri tercinta. "Tidak ada kemajuan sama sekali. Sepertinya nona Zayla sengaja tidak mau bangun d