Happy Reading.
"Zayla! Bangun!" Arion mengguncang tubuh Zayla, berharap gadis cantik itu terbangun.Keringat dingin membasahi wajah cantik Zayla. Ia terlihat gelisah dan terus memanggil nama mama dan papanya. Sampai akhirnya Zayla benar-benar membuka matanya dengan nafas yang tersengal-sengal.Nafas Zayla memburu. Ia cukup merasa lega begitu melihat ada sang kakak di hadapannya. "Kak!" Gadis cantik itu langsung menghambur ke pelukan hangat Arion. Sedangkan yang dipeluk sama sekali tidak memberikan respon apapun."Lepas! Jangan cengeng. Mana main sebut mama dan papa lagi," Arion melepaskan pelukan Zayla dengan kasar. Tujuannya kesana adalah, untuk meminta disiapkan air hangat seperti tadi malam.Namun Zayla justru masih tertidur. Lebih parahnya lagi adiknya itu malah mengigau, sangat menjengkelkan menurut Arion."Aku bermimpi ketemu sama mama dan papa, Kak. Kami ketemu di sebuah taman. Tapi, disaat aku ingin ikut bersamanya, mereka justru menangis dalam pelukanku, dan berkata, " Maafkan kami Nak. Gara-gara kami hidup kamu menderita." Entah apa maksud dari ucapan mereka, aku enggak ngerti, Kak," tutur Zayla panjang lebar.Gadis cantik itu sama sekali tidak menghiraukan sikap acuh kakaknya. Ia masih ingat dengan jelas bagaimana pertemuannya dengan kedua orang tuanya dia alam mimpi yang terasa begitu nyata."Halah, jangan ngarang deh kamu. Mana ada kamu menderita. Justru kamu hidup mewah di sini. Karena aku masih berbaik hati menampung kamu di rumah besar ini," sanggah Arion dengan cepat. Ia tidak mau termakan dengan mimpi palsu adiknya itu."Satu lagi. Yang seharusnya minta maaf itu kamu, bukan mama dan papa. Mereka berdua meninggal gara-gara kamu, gadis sial*n!" Geram Arion tanpa segan mengumpat gadis polos di depannya.Kedua mata Zayla mengembun. Ia tak menyangka kakak yang sang ia sayangi justru mengatakan kalimat pedas yang sangat menusuk hati. Air mata yang Zayla tahan dari tadi, kini telah tumpah."Aku enggak bohong, Kak. Aku benar-benar bermimpi ketemu sama mama dan papa. Aku juga mengakui kesalahan ku yang sudah membuat orang tua kita meninggal. Makanya aku ingin menebus kesalahan aku dengan cara mengabdi sama Kaka," suara Zayla bergetar, tatkala mengatakan keinginannya."Semua itu tidak akan cukup! Kamu harus hidup menderita di dunia ini. Kau dengar baik-baik! Sampai kapanpun aku gak akan pernah memaafkan kesalahan kamu, gadis sial*n! Bahkan menjadi pembantu di rumah ini saja tidak akan cukup menebus semua kesalahan kamu terhadap keluargaku!" Desis Arion dengan rahang mengeras. bahkan ia mencengkam dagu Zayla sampai gadis itu kesakitan."Aaaakkh! Sakit Kak," seru Zayla meneteskan air mata. Kakak yang dia puja-puja kebaikannya, kini telah menjelma menjadi sosok monster mengerikan. Jadi, perubahan sikap Arion adalah, karena ia mengalahkan Zayla atas kematian kedua orang tuanya."Cepat siapkan air hangat. Aku mau mandi," titah Arion menghempaskan cengkeramannya secara kasar.Zayla hanya bisa menangis dalam diam. Ia tak mampu untuk melawan setiap. ucapan dan perlakuan kakaknya itu. Dengan langkah cepat, Zayla pergi ke kamar Arion untuk menyiapkan air hangat sesuai dengan perintah kakaknya.Selagi menunggu sang kakak selesai mandi, Zayla memilih untuk menyibukkan diri di dapur. Ia akan memasak menu kesukaan kakaknya. Udang krispi dan cumi asam manis. Entah kenapa Arion malah menyukai masakan sederhana itu, padahal mereka tinggal di kota Amerika. Zayla pikir kakaknya tersebut akan menyukai makanan mahal di kota itu. Namun, ternyata dugaannya salah.Lagipula Zayla juga menyukai menu yang sama dengan Arion, jadi mereka bisa berbagi nanti. Walaupun sebenarnya Arion tidak akan sudi berbagai dengan Zayla.Arion terlihat sudah rapi dengan setelan jas kerjanya. Ia menuruni anak tangga satu persatu dan menuju ke meja makan. Arion tertegun saat melihat menu di atas meja makan. Menu yang mengingatkannya pada sang mama. Sebab hampir setiap hari mamanya itu selalu memasakkan menu favoritnya dan juga Zayla.Hati Arion seperti diremas, tatkala bayangan sang mama tersenyum hangat kepadanya di meja makan saat makan bersama keluarga. Belum lagi sang papa ketika berdebat karena merasa cemburu saat istri tercintanya memberikan perhatian lebih kepada Arion.Cairan bening mengalir di kedua pipi Arion. Ia merasa tak sanggup lagi berada lebih lama di meja makan itu yang hanya akan mengingatkannya pada kenangan indah bersama keluarga besar Wesley."Kakak menangis?" Suara lembut Zayla berhasil menyadarkan Arion dan langsung menghapus air matanya dengan kasar.Lagi-lagi Arion pergi meninggalkan meja makan tanpa menyentuh sedikitpun masakan Zayla yang ia buat dengan sepenuh hati. "Kak Ion enggak mau sarapan dulu? Aku masak menu kesukaan kita, Kak," cetus Zayla seraya mengikuti langkah kaki sang kakak yang hampir sampai di pintu utama."Jangan pernah memasaknya lagi untukku. Atau aku akan melenyapkan mu saat itu juga. Mengerti!" Desis Arion menatap marah."Tapi kenapa Kak? Bukankah K--""Apa kau tuli, huh! Sekali lagi kau membangkang maka aku akan benar-benar melenyapkan mu dari muka bumi ini!" Sentak Arion mencengkeram pergelangan tangan Zayla dengan kasar."I-iya Kak," Zayla hanya bisa patuh. Ia merasa Arion semakin tidak waras. Bagaimana mungkin kakaknya itu berkata akan melenyapkannya hanya karena memasak menu kesukaan mereka berdua.Selepas kepergian Arion, Zayla kembali ke meja makan dengan berlinangkan air mata. Mana mungkin ia membuang masakannya itu. Lebih baik Zayla menyantapnya sendiri karena ia juga merindukan masakan mamanya yang selama ini selalu memanjakannya dengan kasih sayang yang tiada batas. Sama seperti papanya yang juga berlomba ingin memberikan yang terbaik untuk Zayla."Ma, Pa. Aku merindukan kalian. Kakak sangat membenciku. Aku harus bagaimana Ma, Pa." Ratap Zayla seraya menyendokkan nasi ke dalam mulutnya. Sedangkan air mata masih terus mengalir membasahi pipi yang sangat mulus itu.Sedangkan di dalam mobil, Arion sangat frustasi. Ia memukul-mukul stir mobilnya dengan keras untuk melampiaskan kekesalan hatinya. Ia marah karena merasa tak berdaya saat mengingat kedua orang tuanya yang sangat ia cintai."Kenapa kalian pergi begitu cepat. Bukankah kalian berjanji akan menemaniku saat menikah nanti. Bahkan kalian juga berjanji akan memberikan hadiah spesial untukku. Tapi, mana buktinya. Kalian justru pergi meninggalkan aku bersama dengan anak pungut itu. Seharusnya dia yang mati, bukan kalian!" Teriak Arion menarik rambutnya kasar. Ia sangat rapuh dan butuh pelukan dari kedua orang tuanya."Mungkin pergi dari kota ini adalah jalan satu-satunya agar aku bisa melupakan kenangan indah bersama kalian, Ma, Pa. Aku akan mencoba untuk berdamai dengan keadaan." Arion berkata penuh tekad. Walaupun dalam hati ia bersumpah tidak akan pernah memaafkan adik angkatnya itu.Happy Reading. 2 tahun kemudian. "Mama Biel mau cucu," teriak bocah berusia 2 tahun setengah sambil merengek manja minta dibuatin susu. Logatnya masih belepotan dan dibuat buat cadel, padahal Gabriel sudah bisa mengucapkan huruf R, hanya saja bocah itu kadang manja dan berbicara seperti itu. "Iya, sayang. tunggu sebentar. Mama lagi ganti popok adik kamu," balas Zayla dari dalam kamar. Yeah, dia sudah punya anak lagi berjenis kelamin perempuan. "Mana biar aku yang ganti pokok si cantik, kamu temui Gabriel sebelum anak itu berulah," Arion mengambil alih pekerjaan sang istri yang belum selesai mengganti popok sang putri. "Makasih, Dear," satu kecupan mendarat sempurna di pipi Arion dari sang istri tercinta. Arion tersenyum lembut kepada bayi mungil nan cantik versi dirinya perempuan. Kedua anaknya mewarisi wajah Arion semua, Zayla hanya mengandung dan melahirkannya tanpa ada satupun anak-anaknya yang mirip dengannya. Gisella Arieta Wesley, nama yang cantik secantik wajah bayi mung
Happy Reading. Randy menatap sang adik yang baru pulang dari cafe depan setelah makan siang bersama dengan Johan. Wajah ibu hamil itu tidak menunjukkan ekspresi apa pun, seolah sudah mati rasa akan cinta. Ah, bukankah Laudya memang tidak pernah jatuh cinta selama ini? Kepada Rafly pun ia tidak merasakannya dan cuma sebatas partner ranjang saja. "Gimana?" cetus Randy bertanya kepada sang adik, ia sangat penasaran proses Johan mendekati adiknya tersebut. "Gimana apanya?" Laudya justru bertanya balik karena tak mengerti dengan maksud dari ucapan sang Kakak. "Acara makan siang tadi," Randy tidak langsung to the point, tangannya meletakkan lap meja yang sedari tadi ia genggam sehabis membersihkan tempat di sana karena sebentar lagi toko kue akan segera tutup. "Lancar," jawab Laudya sekenanya, ia tidak berpikir kalau pertanyaan sang Kakak mengarahkan pada hal lain bukan pada acara makan siang saja. Randy menghela nafas kasar karena sang adik tak kunjung mengerti maksud perkataannya, s
Happy Reading. Kota D. Laudya dan Randy sukses memulai hidup baru hanya berdua di sana. Kehamilan Laudya sudah berusia 3 bulan, dia sangat sehat dan bisa bekerja dari rumah dengan membuka usaha usaha kecil-kecilan, yaitu toko kue aneka rasa. Sisa uang pemberian dari Rafly masih sangat banyak, tetapi tidak Laudya pakai semuanya karena dipersiapkan untuk biaya persalinannya nanti. Sekarang tabungannya mulai menipis setelah membuka toko kue dengan biaya pembelian tanah yang cukup mahal. Meskipun mereka tinggal jauh dari kota besar, tetap saja apa-apa serba mahal. Itupun menghabiskan hampir semua tabungan yang Laudya punya. Sebagian kecil ia sisakan untuk calon anaknya nanti. Laudya memang berbakat di bidang pembuatan kue sesuai dengan kemampuannya selama ini. Sebelumnya dia juga bekerja di pabrik kue pie dan kek, sekarang dia tidak akan kesulitan jika membuka toko kue kecil-kecilan karena sudah berpengalaman di bidang tersebut. Akan tetapi, Laudya sedikit bimbang karena semakin bert
Happy Reading. Waktu berlalu sangat cepat, tak terasa sudah dua bulan dari kematian Juanda. Semua orang sudah kembali pada aktivitasnya masing-masing, begitu juga dengan Zayla yang kembali memasuki kuliah di fakultas yang sama dengan Serly. Kehadirannya di sana disambut hangat oleh teman-temannya di kampus. Mengenai Gabriel sudah ada Ririn yang menjaganya selama Zayla beraktivitas di kampus. "Aku seneng banget bisa menikmati suasana kampus walaupun di kampus yang berbeda. Tapi, di sini aku mendapatkan kenyamanan yang sangat luar biasa yang enggak aku dapatkan di kampus sebelumnya," ucap Zayla sambil menikmati suasana taman di belakang kampus. "Aku ikut bahagia, Zay. Ini adalah impianku dari dulu bisa satu kampus sama kamu," Serly tersenyum senang kepada sahabat sekaligus adik iparnya itu. "Uh, sayang banyak sama Kakak iparku yang cantik ini," pelukan hangat Zayla berikan kepada Serly, mereka berdua sama-sama bahagia akan hal itu. Takdir berpihak kepadanya sehingga tetap menyatukan
Happy Reading. Rula menangis histeris saat mengetahui bahwa Papanya sudah meninggal dalam keadaan mengenaskan. Sungguh hatinya sangat sakit, walaupun ia tahu orang seperti apa sang Papa, tetap saja tidak ada seorang anak yang membenci Papanya sendiri. Roger mendekati sang istri yang duduk di samping makam mertuanya. Padahal dia belum sempat bertatap muka dengan Juanda bahkan di hari pernikahannya sekalipun dia tidak bisa menghubunginya. Roger menyerahkan semuanya ke wali hakim saat melaksanakan acara pernikahan kala itu bersama Rula. "Jangan menangis, kasian anak kita," ucap Roger memperingatkan sang istri akan calon anaknya. "Kamu enggak tahu rasanya kehilangan orang yang paling kamu cintai di dunia ini. Papa adalah cinta pertamaku, bagaimana mungkin aku baik-baik saja setelah kepergiannya, apa kamu waras berkata seperti itu, huh!" akibat terlalu sedih, Rula marah-marah kepada suaminya sendiri dan salah mengartikan ucapan Roger barusan. 'Sabar Roger, hormon ibu hamil memang naik
Happy Reading. Jika kemarin adalah hari bahagia bagi Ansel dan Serly, sekarang adalah hari terbahagia bagi Zayla dan Arion. Sesuai yang telah direncanakan, mereka berdua melangsungkan acara resepsi pernikahan di sebuah hotel bintang 5 milik keluarganya sendiri di tengah-tengah kota. Tamu yang hadir melebihi banyaknya tamu Ansel dan Serly 2 minggu yang lalu, sekarang pengantin baru itu turut andil dalam pernikahan Zayla dan Arion. Bahkan mereka lah yang meng-handle semua persiapan acara tersebut. Semua anggota keluarga mengucapkan selamat kepada sang pengantin baru, yeah anggaplah begitu walaupun mereka sudah lama resmi menjadi pasangan suami istri. Sekarang hanyalah pesta perayaannya yang digelar sangat mewah. "Aku enggak nyangka bisa hidup bersamamu," ucap Arion tak melepaskan genggaman tangannya kepada sang istri. "Aneh ya, Kak. Kita dibesarkan sebagai Kakak dan Adik, eh sekarang malah jadi pasangan suami istri," balas Saya terkekeh kecil. "Andaikan Mama sama Papa masih ada, me