Share

Neni panik

Author: Pulungan
last update Last Updated: 2024-05-15 13:15:29

"O iya Kak Reza ya, apa kabar ya dia? Udah lama gak ketemu sebulan lebih, mungkin dia udah bahagia kali, dia juga gak bakalan pernah nyariin perempuan kayak aku sih, buat apa? Susah ya berhubungan sama orang kaya," ujar Naya membuat Silvi merasa tidak enak.

"Nay … maaf, aku gak sengaja," pinta Silvi memelas membuat Naya menoleh detik kemudian ia tertawa melihat ekspresi Silvi yang begitu lucu.

"Hahah apasih? Aku mah gak apa-apa, toh sadar juga aku bukan siapa-siapanya walaupun di hari kami berpisah, sempat ada omongan pisah baik-baik, tapi taulah itu cuma basa-basi biar gak terlalu sedih," lanjut Naya membuat Silvi langsung serba salah, harusnya temannya tersebut berbahagia sekarang bukannya malah bersedih.

"Nay maaf …," lagi-lagi Silvi memelas membuat Naya langsung menggeleng-gelengkan kepalanya agar tidak berlarut-larut.

"Udah-udah ayok kesana," ajak Naya membuat Silvi mau tidak mau mengangguk, sebenarnya ia masih tidak enak dengan Naya.

'Gini nih kalo mulut mau bercanda terus, ah bikin bete deh,' umpat Silvi dalam hati.

Sampai di ruangan tersebut, Naya dan Silvi langsung beramah-tamah dengan para senior dan benar saja mereka di ajari oleh para senior di bagian pengemasan tersebut.

"Seperti ini, bisa?" tanya Bayu senior yang mengajari Naya, Naya langsung mangut-mangut. Ntah kenapa sejak Silvi mengungkit masalah Reza, ia terus kepikiran laki-laki ini.

'Duh fokus Nay, fokus. Ini hari pertama kamu bekerja di bagian pengemasan jangan sampai membuat kecewa,' ucap Naya dalam hati sambil sesekali menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Bayu membuat Naya langsung tersadar lalu mengangguk.

"Iya Kak, aku baik-baik aja cuma sedikit pusing hehe," jawab Naya cengengesan membuat Bayu terkekeh, karena engap Bayu membuka maskernya membuat Naya langsung melongo.

'Buset, itu yang ngajarin si Naya ganteng banget,' gumam Silvi salam hati sambil terus memperhatikan Bayu.

'Aelah, harusnya tadi aku yang disana masa Naya mulu sih dapat yang ganteng-ganteng,' kesal Silvi.

Sedangkan Naya, ia sesekali menoleh ke samping melihat Bayu yang begitu serius mengajarinya.

"Kamu gak engap?" tanya Bayu membuat Naya langsung mengalihkan pandangannya.

"Hah? Eh iya sih," jawab Naya gugup.

"Buka aja maskernya gak apa, toh kita semua di sini udah steril kok insyaallah," lanjut Bayu karena ia juga ingin sekali melihat wajah Naya, karena sekilas memakai masker Naya terlihat cantik.

Perlahan Naya membuka maskernya membuat Bayu yang hendak mengajarinya langsung mematung seketika.

'Ya ampun, cantiknya natural banget,' gumam Bayu dalam hati. Sedangkan Naya sesekali menunduk karena salah tingkah.

"Bayu," ucap Bayu memperkenalkan dirinya.

"Naya Kak,"

"Oh nama yang indah kayak orangnya," lanjut Bayu membuat Naya tersipu.

"Makasih Kak,"

***

Disisi lain, Neni dan Nova sudah sampai di pabrik, tanpa membuang waktu keduanya langsung turun dari mobil. Tidak lupa mereka memakai jilbab dan masker terlebih dahulu.

"Kamu yakin ini pabriknya?" tanya Neni.

"Yakin Tante, gadis kampung itu disana," tunjuk Nova membuat Neni langsung mengangguk lalu mereka berjalan menuju bagian produksi.

Begitu masuk ke dalam, Neni langsung bingung karena karyawannya sangat banyak.

"Ini gimana rame banget?" tanya Neni sambil berbisik.

"Kita keliling aja Tante, aku juga kemaren melihat Naya saat keliling," ajak Nova yang dibalas anggukan oleh Neni lalu mereka mulai berkeliling-keliling.

Hampir 5 menit mereka melihat satu per satu karyawan, tapi hasilnya nihil mereka tidak menemukan Naya.

"Mana sih Nov, ini gak ada gadis itu," bisik Neni membuat Nova juga bingung.

"Aku juga kurang paham ini Tante, padahal kemaren aku melihatnya,"

"Ada yang bisa di bantu?" tanya seseorang dari belakang mereka membuat keduanya langsung kaget begitu mereka berbalik.

"Eh Pak, bapak siapanya ya disini?" tanya Nova membuat Wawan menautkan alisnya.

"Saya pimpinan yang dipercayai pak Alex disini," jawab Wawan membuat Nova dan Neni langsung mangut-mangut.

"Kalian ada keperluan apa datang kesini?" tanya Wawan lagi membuat keduanya langsung gelagapan.

"Eh ka–kami, mau beli barang disini jadi sebelum beli kami berniat melihat-lihat dulu," ucap Neni tiba-tiba membuat Nova sedikit kaget.

"O iya, mau beli berapa banyak?" tanya Wawan membuat Neni kembali bingung.

"Em, dua kotak dulu mungkin Pak,"

"Oh oke, tunggu sebentar,"

"Robi tolong ambilkan barang dua kotak di gudang penyimpanan," suruh Wawan pada salah satu karyawannya yang dibalas anggukan oleh Robi.

Tidak berselang lama, Robi kembali datang ke dalam ruangan tersebut lalu memberikannya kepada Nova dan Neni.

"Silahkan menyelesaikan pembayaran disana," tunjuk Wawan membuat keduanya mau tidak mau harus kesana.

Sepanjang membayar barang mereka tersebut, mata Nova dan Indah tidak hentinya celingak-celinguk mencari Naya, namun hasilnya tetap nihil.

Setelah selesai mereka langsung keluar dari ruangan tersebut dengan perasaan kesal karena tidak bertemu dengan Naya.

"Va, kamu gak salah pabrik kan?" tanya Neni membuat Nova langsung bingung.

"Nggak Tante, kemaren sih melihat gadis kampung itu di dalam,"

"Lah ini buktinya gak ada jangankan melihatnya, kita yang tekor malah karena membeli beginian sampe dua kardus begini," kesal Neni membuat Nova serba salah.

"Iya sih, eh tapi Tante ada denger obrolan karyawan katanya ada dua karyawan yang dipindahin?" tanya Nova membuat Neni berusaha mengingat-ingatnya.

Tidak berapa lama, ia kembali menoleh ke samping tersenyum lalu mengangguk.

" Jangan-jangan itu Naya?" tebak Neni membuat Nova langsung mengangguk.

"Tapi di pindahinnya kemana ya tadi?" tanya Neni membuat Nova berpikir-pikir lagi.

"Em kemana ya? Coba ingat-ingat dulu tadi aku sempat dengar tapi kurang jelas," ucap Nova sambil mengetuk-ngetukkan jarinya ke sisi mobil.

"O iya Tante ingat!" ucap Neni tiba-tiba membuat Nova kaget.

"Dimana?"

"Udah ikut aja, sekarang kita masukin ini dulu ke dalam mobil," ucap Neni yang dibalas anggukan oleh Nova lalu mereka memasukkan barang mereka tersebut ke dalam mobil. Nova memilih diam lalu mengikuti Neni.

"Tante tau gak tempatnya?" tanya Nova kurang percaya.

"Kalo gak salah tadi bagian distribusi, ayo kita kesana," ucap Neni sambil berjalan membuat Nova mangut-mangut.

'Distribusi? Emang iya?' ucap Nova dalam hati karena ia oun masih bingung.

"Tapi Tan, kita dimarahin gak nih?" tanya Nova lagi membuat Neni langsung kesal.

"Kamu gimana sih, tadi yang semangat pengen ketemu Naya kamu juga 'kan, kok malah bertanya seperti ini, kalo ada yamg larang kita, ntar kita bilang aja kalo kita mau ketemu yang namanya Naya," jawab Neni membuat Nova mangut-mangut.

"Iya sih Tante,"

"Setidaknya Tante melihat Naya disini itu udah cuku dulu, sebagai bukti kalo Reza emang bener mengunjungi gadis itu? Sebenarnya Tante udah punya rencana mau mendesak Reza segera menceraikan Naya," ucap Neni membuat Nova langsung tersenyum girang.

"Serius Tan?"

"Iya, Tante gak mau semakin lama nanti Reza semakin gak sanggup buat ceraiin Naya mwnding di percepat," lanjut Neni membuat Nova rasanya ingin jingkrak-jingkrak mendengar itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ending

    "Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Bunuh Diri

    Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ngidam

    Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y

  • Penyesalan Mertua Jahat    Tidak Bisa Kabur Lagi

    [Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova

    "Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Hamil

    Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status