“Kudengar kau yang menyelamatkanku dan membawaku ke rumah sakit.” Grace bertanya dengan serius setelah Shane membawa Caleb masuk ke dalam ruangan di mana ia dirawat. Di sana hanya ada Lindsay yang berjaga, sebab Robin harus bekerja. Shane juga hanya memiliki waktu sebentar untuk menjenguk adiknya, sebab hari ini ada pertemuan penting yang harus ia hadiri. “Benar. Aku senang karena kau sudah siuman. Aku membawakan buah untukmu.” Caleb menaruh keranjang buah itu ke atas meja. “Kenapa?” Grace menatap dengan serius. “Kenapa kau menyelamatkanku? Mengapa kau tidak mengabaikanku seperti biasanya?”Caleb menghela napas dengan kasar. Ia menatap Grace lamat-lamat.“Mungkin hubungan kita sedikit tidak baik, tapi aku tidak bisa diam begitu saja ketika aku melihat seseorang membutuhkan bantuan. Aku membantumu bukan karena itu kau, tapi karena kau membutuhkan bantuanku.” Pria berhidung mancung itu menjelaskan. Grace tampaknya menerima jawaban itu, ia tidak lagi mempermasalahkan. Ia bersyuku
Jackson terdiam mendengar kalimat yang diucap oleh Grace. Ia meremas jemarinya dengan sangat kuat, berusaha untuk menetralisir perasaan. Ia merasa begitu tertekan. Benarkah selama ini ia terlalu pilih kasih dan berat sebelah sehingga selalu merugikan Grace? Ia tidak pernah memikirkan itu selama ini, sebab yang ada dalam pikirannya hanya Claire. “Bu-bukan seperti itu, Grace. Kau salah paham tentangku.” Jackson berusaha menjelaskan dengan gugup. Ia sendiri tidak mengerti mengapa akhir-akhir ini hatinya selalu tertaut pada Grace. Ia tidak bisa memahami mengapa perasaan Grace menjadi sangat penting baginya saat ini. “Sudahlah, aku tidak butuh penjelasanmu.” Grace berucap dengan tegas. Ia kembali merebahkan tubuhnya dengan lembut, sebab kepalanya yang terasa pusing. “Aku akan menuntut setiap kerugian dan rasa sakit yang Grace terima.” Shane menegaskan seolah ia tengah memberikan ancaman. Jackson benar-benar merasa begitu tertekan. Selama ini tidak ada yang pernah berhasil membuatn
Semua orang terkejut ketika menyaksikan Caleb melayangkan pukulan ke wajah Jackson, tidak ada yang menduga hal itu akan terjadi. Bahkan Jackson sendiri dibuat sangat syok. Selama ini ia tidak pernah memiliki hubungan yang buruk dengan Caleb. Mereka tidak pernah bertengkar setelah belasan tahun berteman, tapi kini ia malah mendapatkan pukulan darinya. Shane yang telah mengepalkan tangan dan hendak memukul, mengurungkan niatnya. Ia tetap berdiam diri di tempatnya berdiri, menyaksikan drama apa yang akan terjadi selanjutnya. “Kau memukulku?” Jackson bertanya tidak menyangka. Ia mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Ia tertawa kecil, tidak percaya bahwa teman baiknya baru saja memukulnya. Ia menatap Caleb dengan sorot penuh tanya. “Kau pantas mendapatkannya. Aku merasa kecewa sebagai temanmu. Kau tidak melakukan apa pun ketika Grace terluka dengan sangat parah, kau hanya peduli pada Claire yang dia bahkan tidak terluka sama sekali. Aku tahu kau membenci Grace, tapi tidak seharusnya
Claire melepas pelukannya dengan sangat kesal.“Kau marah padaku hanya karena wanita itu? Apa kau sudah tidak mencintaiku? Jika kau memang tidak lagi menginginkanku, aku bisa pergi dari hidupmu.” Claire berucap dengan kesal. Ia beranjak menuju ranjang. Ia pungut semua pakainnya, lalu ia kenakan dengan emosi yang tertahan. Wajahnya cemberut, setelah ia berpakaian dengan rapi, ia beranjak pergi. Ia bahkan tidak menatap Jackson sama sekali. Claire sangat yakin Jackson akan berlutut meminta maaf kepadanya beberapa saat lagi. Ia sudah tahu seperti apa watak lelaki itu. Jackson tidak bisa marah padanya untuk waktu yang lama. Jika ia merasa ia telah menyakiti hati Claire, ia akan langsung memohon maaf padanya. Lalu memanjakannya dengan banyak barang mewah. Tidak sampai satu hari, Jackson akan mengemis perhatiannya kembali. Claire sangat percaya diri akan hal itu. Jackson menatap punggung Claire yang menjauh darinya. Biasanya ia akan langsung berlari mengejar, membujuknya untuk memaafkan
“Mengapa kau terkejut ketika melihatku? Bukankah kau paling mencintaiku?” Claire bertanya dengan nada tidak suka. Ia menatap dengan sorot entah. Tubuh polosnya terlihat begitu seksi. Jackson menelan ludah dengan susah payah, wajahnya memerah, ia mulai merasa panas, padahal pendingin ruangan tengah menyala. Claire kembali mendekat. Gerakannya lambat, tapi begitu pasti. Tatapannya tertuju pada Jackson dengan penuh nafsu, ia bahkan tidak berkedip sama sekali.“Claire, apa kau sudah gila?!” Jackson tidak percaya. Bagaimana mungkin Claire yang ia anggap polos dan baik tiba-tiba naik ke atas ranjangnya dengan kondisi tubuh polos tanpa pakaian? Jackson menyingkap selimutnya. Ia menatap bagian selangkangannya, untungnya ia masih mengenakan celana dalam. Itu artinya ia dan Claire belum sempat berhubungan badan. Jackson merasa lega, sebab ia tidak melakukan hal terlarang. Biar bagaimana pun, ia masih berstatus suami Grace hingga sekarang. Ia tidak ingin merusak nama baiknya dengan menidu
Jackson pulang dengan perasaan yang tidak bisa digambarkan, ia merasa sangat sakit, tapi sakitnya tidak bisa dijelaskan. Dari raut wajahnya, menunjukkan ada banyak hal yang tengah ia pikirkan. Ia melajukan mobilnya menuju bar. Di sana, ia memesan beberapa botol wine dan menenggaknya. Ia berusaha untuk mengenyahkan perasaan asing yang menusuk dadanya. Ia merasa sangat asing dengan perasaan itu, sehingga ia tidak tahu bagaimana cara menanggapinya. Bukankah ia tidak menyukai Grace? Mengapa ucapan Grace yang mengatakan bahwa ia tidak lagi mencintainya mampu menusuk hatinya? Mengapa rasanya sangat menyakitkan? Jackson masih belum bisa menemukan jawaban itu hingga sekarang. Ia terus menenggak, terus menenggak hingga akhirnya ia mabuk. Sudah lama sekali sejak terakhir kali ia mabuk. Ia sangat kuat dalam meminum alkohol, tapi kali ini ia terlalu banyak minum hingga mengosongkan beberapa botol. Caleb yang baru mendatangi Bar, menatap ke segala arah untuk mencari keberadaan Jackson setela