Share

Bab 5. Perbuatan Camaro

Camaro berjalan mendekati Azura.

“Mau apa kau? Aku pukul nih!” Ancam Azura sambil mengangkat sebuah batu besar.

“Aku minta maaf.” Kata Camaro sambil mengulurkan sayap kanannya.

“Cih, tidak mau!” Tolak Azura sambil memalingkan wajah.

“Hah.”

Camaro menghela napas berat.

“Azura, maafkanlah Camaro! Kau harus mendengarkan alasannya dulu. Aku yakin Camaro tidak berniat jahat kepadamu,” bujuk Camari.

Azura melirik Camaro dengan sinis.

“Ayo dong Azura, berdamai ya! Aku mohon!” Camari membujuk Azura dengan lembut.

“Hah, baiklah. Kali ini aku akan memaafkanmu.” Ucap Azura sambil membalas uluran sayap Camaro.

Camaro pun tersenyum tipis.

“Tapi kau harus jelaskan apa tujuanmu melakukan itu!” Seru Azura sambil melepaskan sayap Camaro.

“Baik, aku akan menjelaskannya kepadamu.” Ujar Camaro sambil duduk di depan Azura.

Meskipun Azura sudah memaafkan Camaro, tetapi matanya masih sinis menatap Camaro.

“Aku pernah mendengar bahwa ketika manusia merasa terdesak, maka ia akan mengeluarkan seluruh kemampuannya. Saat aku melihat kau berlatih dengan Camari, aku merasa senang kau cepat menguasai pengontrolan mana dan power. Maka dari itu, aku mengalihkan pandangan harimau, untuk menyerangmu,” jelas Camaro.

“Tapi itu membahayakan nyawaku tahu!” teriak Azura.

“Tidak kok. Meskipun aku dan Camari terbang menjauh, tetapi kami tetap mengawasimu. Ketika ada hal buruk terjadi, pastilah kami akan membantu,” ucap Camaro.

“Camari, jadi kau juga pura-pura takut dengan harimau?” tanya Azura.

Camari menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Awalnya aku memang tidak tahu kok. Saat itu, aku memang benaran takut dengan harimau.”

“Camari baru tahu ketika ia terbang menghampiriku,” sahut Camaro.

“Hah.”

Azura menghela napasnya.

‘Dasar dua burung ini. Ternyata keduanya memang sama-sama menyebalkan,’ umpat Azura di dalam hati.

“Ada lagi yang ingin kau tanyakan?” tanya Camaro.

“Tidak ada,” jawab Azura dengan ketus.

“Azura, apakah kau masih marah?” tanya Camari dengan lembut.

Geruguk!

Belum sempat Azura menjawab pertanyaan Camari, tiba-tiba perutnya berbunyi.

‘Sial, aku lapar,’ keluh Azura di dalam hati.

“Haha, kau berlagak marah, tetapi kau lapar,” ledek Camaro.

“Memangnya salah kalau aku lapar?” teriak Azura.

“Hei kalian, sudahlah. Jangan bertengkar terus.” Ucap Camari sambil berusaha melerai.

Azura dan Camaro pun terdiam.

‘Mengapa aku harus bertemu burung jantan super menyebalkan itu sih?’ tanya Azura di dalam hati.

“Apakah kau ada makanan?” tanya Camari kepada Azura.

“Aku ada mi,” ucap Azura.

“Di mana mi milikmu? Bukankah kau meninggalkannya?” tanya Camaro.

Azura seketika mematung.

‘Ah sial! Aku meninggalkan mi instanku saat lari dari harimau itu,’ kata Azura di dalam hati.

Plak!

Azura menepuk dahinya dengan penuh putus asa.

‘Bodoh,’ umpat Azura di dalam hati.

“Hei Azura….” Lirih Camari sambil berjalan mendekat kepada Azura.

“Ada apa?” tanya Azura.

“Camaro bisa mengajarkanmu sihir untuk memancing ikan,” ucap Camari.

Azura pun menoleh ke arah Camaro.

“Cih, siapa juga yang akan mengajarkan dia,” tolak Camaro.

‘Dasar burung menyebalkan,’ gerutu Azura di dalam hati.

“Camaro, jangan seperti itu,” bujuk Camari.

“Ya ya, baiklah. Aku akan mengajarkanmu sihir menangkap ikan. Ikuti aku!” seru Camaro.

Sejenak, Azura menatap Camari.

“Ikuti saja!” Seru Camari sambil tersenyum tipis.

Azura berjalan mengikuti Camaro dari belakang.

“Kau mau kemana?” tanya Azura.

“Sudah ikuti saja! Sebentar lagi sampai!” sahut Camaro.

***

Mata Azura bergetar melihat air terjun yang mengalir indah.

“Indah sekali,” gumam Azura.

“Hoho, tentu saja. Hutan ini adalah tempat tinggalku, makanya indah,” ucap Camaro dengan sombong.

‘Aku rasa berada di dunia ini tidak begitu buruk,’ kata Azura di dalam hati.

“Hei Azura, berhentilah melamun!” Seru Camaro sambil menepuk pundak Azura.

“Iya iya, cerewet sekali,” sahut Azura.

“Sekarang kau ikuti aku!” seru Camaro.

Azura hanya menganggukkan kepala.

“Sudah siap belum?” Tanya Camaro sambil mengulurkan kedua sayapnya ke arah air.

“Sudah.” Jawab Azura sambil memeragakan gerakan Camaro.

“Wahai Dewa penyelamat alam semesta, berikanlah kami sedikit kekuatanmu. Searchiezes opz fishec, fishing fast,” teriak Camaro dan Azura secara serempak.

Syu!

Cahaya putih dengan cepat mengarah ke dalam air.

Wush! Wush!

Puluhan ikan menggelepar terangkat ke permukaan.

“Wah, kalian hebat!” puji Camari.

“Hoho, biasalah,” ucap Camaro dengan sombong.

Tanpa berkata apa pun, Azura langsung mengumpulkan kayu bakar dan membuat api dengan menggesekkan kedua batu.

“Kau mau membakar ikan-ikan ini?” tanya Camari.

“Iya,” jawab Azura.

“Azura bodoh! Mengapa kau repot-repot membuat api dengan cara seperti itu!” teriak Camaro.

Azura seketika terdiam.

‘Oh iya, di dunia ini bisa menggunakan sihir, kan,’ kata Azura di dalam hati.

“Wahai Dewa penyelamat alam semesta, berikanlah kami sedikit kekuatanmu. Elemenzeus fire ball.” Kata Camaro sambil mengarahkan kedua sayap ke tumpukan kayu bakar.

Syu! Wush!

Dengan cepat api menyala membakar tumpukan kayu bakar.

“Hei Camaro, mengapa kau melakukan itu?” tanya Camari.

“Biar cepat,” jawab Camaro.

“Seharusnya kau biarkan Azura yang melakukannya. Biar dia sekalian berlatih,” sahut Camari.

“Eh iya juga ya,” gumam Camaro.

Azura tersenyum tipis. “Sudah tidak usah dipikirkan. Sekarang mari kita bakar ikan-ikan ini!”

“Yeay makan ikan.” Kata Camaro sambil bergoyang gembira.

‘Dasar burung-burung ini. Setelah menyebalkan, dia menghiburku juga,’ kata Azura di dalam hati.

Azura, Camaro dan Camari membakar ikan yang baru saja ditangkap. Mereka menikmati suasana itu sambil berbincang satu sama lain.

“Hei Camari…, bolehkah aku bertanya?” tanya Azura.

“Silahkan.” Jawab Camari sambil membalikkan ikan yang dibakar.

“Mengapa iblis menyerang dunia ini?” Azura bertanya dengan penuh penasaran.

Camari terdiam sejenak.

“Iblis itu makhluk yang serakah. Mereka tidak pernah puas dengan wilayah yang telah dianugerahkan. Maka dari itu, dia menyerang dunia ini untuk memperluas wilayahnya,” sanggah Camaro.

“Iya, benar apa yang dikatakan Camaro. Iblis tidak pernah puas dan mereka tidak segan-segan menyerang makhluk lain asal tujuannya tercapai,” timpal Camari.

‘Ternyata cerita yang aku baca di komik ada juga di kehidupan nyata,’ kata Azura di dalam hati.

“Azura, apakah kau menyesal telah datang ke dunia ini?” tanya Camari.

“Menyesal tidak menyesal sih,” jawab Azura.

“Aku tidak mengerti maksudmu.” Kata Camari sambil memiringkan kepalanya.

“Ya dibilang menyesal, bukan menyesal, tetapi kaget. Aku tiba-tiba datang ke dunia yang tidak aku kenal. Akan tetapi, aku juga senang dapat bertemu denganmu dan burung jantan menyebalkan itu,” jelas Azura.

“Aku tidak menyebalkan. Ya memang kau saja yang tidak sabar,” sahut Camaro.

Azura seketika menunjukkan ekspresi datar.

‘Tuh kan benar. Camaro memang menyebalkan,’ kata Azura di dalam hati.

“Azura, aku harap kau akan lebih kuat lagi agar dapat mengalahkan raja iblis dan pasukannya,” ucap Camari.

Azura pun tersenyum tipis. “Tenang saja, aku pasti akan lebih kuat.”

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Wind Weed
Lanjur Thor, Kapan keluar hutannya?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status