Share

RA 126. Berduet

Author: Ziya_Khan21
last update Last Updated: 2025-10-31 22:36:41

Rafael mendesah, tapi menyerah juga. Dengan hati-hati, ia berdiri dengan bantuan tongkat dan Aurora di sisinya. Langkah mereka pelan saat menyusuri jalan setapak kecil keluar dari vila menuju pantai tempat acara berlangsung. Cahaya lampu dan suara tawa semakin mendekat, dan senyum pun mulai muncul di wajah Rafael.

Saat mereka tiba, beberapa rekan menyambut dengan hangat.

Aurora tersenyum malu, tapi Rafael hanya mengangkat tangan santai. “Jangan terlalu semangat, ya. Aku cuma bisa duduk dan menilai penampilan kalian.”

Mereka memilih tempat duduk empuk di pinggir api unggun. Aurora duduk di pasir dengan selimut kecil, sementara Rafael di kursi rotan rendah dengan kakinya diluruskan. Makanan mulai dibagikan sate, jagung bakar, pisang cokelat, dan minuman dingin.

Musik kembali dimainkan. Seorang staf mengambil mikrofon dan menyanyikan lagu lawas penuh semangat, membuat hadirin ikut bernyanyi dan beberapa mulai berdansa dengan riang.

Aurora melirik Rafael. “Yakin nggak mau nyanyi?”

“Bisa-b
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Novi M Q
maksud nya apa lambat ? orang mereka udah jadian, udah sering berbagi peluh juga. ngatain lambat, bisa jadi motivasi rafael cepet menikahi Aurora loh. Dan itu malah bagus, mempersempit kesempatan orang luar mengacau hubungan mereka
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Perangkap Cinta TUAN CEO    RA 131.

    Dalam sekejap, Rafael menarik tubuh Aurora ke dalam dekapannya. Aurora terkejut, nyaris terjatuh ke ranjang kalau saja tidak sempat menumpukan tangan pada dada Rafael yang hangat. Pelukan itu erat dan nyaman, membuat Aurora sejenak kehilangan niatnya untuk memarahinya.“Tidur lagi sebentar,” kata Rafael lirih, dengan suara serak khas bangun tidur yang memabukkan.Aurora memukul dadanya pelan. “Rafael! Jangan manja. Sudah jam sembilan, aku udah siapin sarapan, perutku lapar.”Rafael hanya menggumam pelan, masih menolak melepaskannya. “Sepuluh menit lagi.”Aurora menarik napas panjang, mencoba melepaskan diri, tapi Rafael kembali mengencangkan pelukannya. “Rafael, serius. Kalau kamu nggak bangun sekarang, aku makan semuanya sendiri.”Mendengar ancaman itu, Rafael akhirnya membuka matanya dengan malas. Ia menatap Aurora yang berada dalam pelukannya, lalu tersenyum lebar, seperti anak kecil yang tertangkap basah sedang pura-pura tidur. “Kamu kejam sekali.”“Kejam karena kelaparan,” Aurora

  • Perangkap Cinta TUAN CEO    RA 130. Hari Baru

    Aurora mengangguk pelan. “Aku tahu.”"Aku sendirian di pantai tadi," ucap Aurora akhirnya, suaranya pelan tapi tegas. "Sampai Kevin datang. Kami hanya mengobrol sebentar. Lalu kau meneleponku."Rafael memandang Aurora dalam-dalam, lalu tersenyum kecil. Meski senyumnya lelah, ada ketulusan yang memancar dari sana. Ia berusaha berdiri, dan meski kakinya masih sakit, ia memaksa tubuhnya bergerak, pincang tapi mantap. Dalam beberapa langkah tertatih, Rafael akhirnya sampai di depan Aurora dan memeluknya erat."Aku tahu," bisiknya. "Aku tahu kamu nggak akan melakukan sesuatu yang menyakitiku. Dan... maaf karena sudah membiarkan Valery masuk. Aku ceroboh. Aku terlalu percaya pintu yang tidak tertutup rapat."Aurora menggeleng dalam pelukannya. "Aku yang harusnya minta maaf. Aku nggak seharusnya meninggalkan kamar terlalu lama. Meninggalkanmu sendirian seperti itu.”Rafael melepas pelukan itu sedikit untuk bisa menatap wajahnya. "Aurora, kamu bukan penjaga orang sakit. Kamu pasti bosan, kan?

  • Perangkap Cinta TUAN CEO    RA 129. Valery ke Kamar

    “Tapi kamu tetap jadi orang yang baik. Kamu tetap bisa tertawa, bisa peduli sama orang lain. Itu hebat.”Kevin tersenyum getir. “Aku berusaha. Tapi kadang... aku takut aku akan jadi seperti mereka. Sibuk sendiri. Nggak peka. Dingin.”“Enggak,” jawab Aurora tegas. “Kamu jauh dari itu. Kamu bahkan lebih hangat dari banyak orang yang dibesarkan oleh keluarga penuh cinta.”Angin kembali bertiup, mengibaskan rambut mereka. Cahaya matahari kini sudah menyentuh bahu Aurora, membuat kulitnya berkilau samar. Kevin memperhatikan gadis itu lama, lalu menarik napas pelan.“Kamu selalu tahu harus bicara apa, ya?”Aurora tertawa. “Nggak juga. Tapi aku tahu gimana rasanya pengen didengar.”Diam pun hadir lagi di antara mereka. Tapi kali ini bukan karena canggung, melainkan karena nyaman. Seperti dua orang yang saling berbagi luka dan saling menguatkan, tanpa perlu kata-kata yang rumit.Akhirnya Kevin berkata, “Terima kasih, Aurora.”Aurora tersenyum kecil. “Kamu juga. Terima kasih udah cerita.”Dan

  • Perangkap Cinta TUAN CEO    RA 128. Jalan Pagi

    Aurora mendelik mendengar ucapan Rafael, dia melihat ke sekeliling, memastikan tidak ada siapa-siapa yang memperhatikan mereka. Tapi Rafael tetap menatapnya dengan sabar, satu alis terangkat. Mau tak mau Aurora pun mengalah, menghela napas panjang sebelum perlahan duduk di samping Rafael.Pasirnya dingin. Tapi hangat dari lengan Rafael yang menyentuhnya cukup untuk mengimbangi rasa asing itu.“Kamu selalu suka nyari alasan buat nggak istirahat, ya,” gumam Aurora, memeluk lututnya, menatap lautan yang bergelombang kecil.Rafael tertawa kecil. “Mungkin karena aku capek istirahat. Capek diem. Dunia di luar sana nggak pernah pelan, jadi kenapa aku harus?”Aurora meliriknya, lama. Lalu memutar tubuhnya sedikit, menatap pria itu dari samping.“Kamu tahu, kamu nggak harus selalu jadi yang paling kuat,” bisiknya pelan. “Bahkan pahlawan pun kadang boleh istirahat.”Rafael menoleh, dan senyum yang ia tunjukkan kali ini lebih lembut. Lebih jujur.“Aku nggak pengen jadi pahlawan,” katanya. “Aku c

  • Perangkap Cinta TUAN CEO    RA 127. Menikmati Malam

    Api unggun masih menyala, menggeliat seperti ingin menari bersama nyanyian yang baru saja usai. Aurora dan Kevin masih berdiri di dekat mikrofon, senyum mereka belum pudar saat tepuk tangan membahana. Namun di sudut api, seseorang tiba-tiba berdiri.Rafael.Dengan gerakan tiba-tiba, ia melempar tongkat penyangganya ke pasir. Beberapa orang langsung terdiam. Wajah-wajah yang tadinya santai kini mulai menoleh, memperhatikan gerakan Rafael yang perlahan, tertatih tapi penuh tekad, melangkah ke arah mikrofon yang baru saja ditinggalkan Kevin.“Rafael—” Aurora hampir melangkah maju, tapi terhenti oleh tatapan Rafael yang sekilas memohon, “biarkan.”Satu langkah. Dua langkah. Rafael mengerang pelan, kakinya yang terkilir jelas belum sembuh. Tapi ia terus maju, meski pundaknya sedikit gemetar menahan beban. Semua orang kini terdiam, menyaksikan momen dramatis itu seolah sedang menonton adegan klimaks dari film romantis.Begitu sampai di mikrofon, Rafael menarik napas dalam dan mengangkat waj

  • Perangkap Cinta TUAN CEO    RA 126. Berduet

    Rafael mendesah, tapi menyerah juga. Dengan hati-hati, ia berdiri dengan bantuan tongkat dan Aurora di sisinya. Langkah mereka pelan saat menyusuri jalan setapak kecil keluar dari vila menuju pantai tempat acara berlangsung. Cahaya lampu dan suara tawa semakin mendekat, dan senyum pun mulai muncul di wajah Rafael.Saat mereka tiba, beberapa rekan menyambut dengan hangat.Aurora tersenyum malu, tapi Rafael hanya mengangkat tangan santai. “Jangan terlalu semangat, ya. Aku cuma bisa duduk dan menilai penampilan kalian.”Mereka memilih tempat duduk empuk di pinggir api unggun. Aurora duduk di pasir dengan selimut kecil, sementara Rafael di kursi rotan rendah dengan kakinya diluruskan. Makanan mulai dibagikan sate, jagung bakar, pisang cokelat, dan minuman dingin.Musik kembali dimainkan. Seorang staf mengambil mikrofon dan menyanyikan lagu lawas penuh semangat, membuat hadirin ikut bernyanyi dan beberapa mulai berdansa dengan riang.Aurora melirik Rafael. “Yakin nggak mau nyanyi?”“Bisa-b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status