Mencari orang lain?
Sebenarnya Azzar sama sekali tidak keberatan dengan hal tersebut jika ia mengunakan otak seorang pelayan setianya saat ini. Hanya saja, gadis yang akan ditinggalkan tuannya itu Amanda. Di lubuk hati Azzar yang paling dalam, ada semacam ketidak setujuan di sana. Ia tidak terima jika Amanda ditinggalkan begitu saja tanpa diselamatkan.
“Apa tidak ada sesuatu yang bisa kulakukan untuk Sarah?” gumam Azzar sendirian.
Ia berdiri di samping mobil menanti William yang sedang menemui ibunya di dalam. Andai saja ia tahu di mana Wyatt menyekap Amanda. Tanpa sepengetahuan William, Azzar tentu bisa menyelamatkan Amanda dan memastikan gadis itu di tempat yang aman.
Ketika Azzar menoleh kembali ke arah rumah majikannya yang besar. Azzar menemukan William berjalan dengan gaya yang elegan menuju mobil. Seorang pelayan berhenti bekerja merapikan tanaman dan memberi salah pada pemilik asli rumah besar yang mereka datangi ini.
&
“Terima kasih, Tuan.” Azzar mencengkeram setir mobil erat-erat karena senang.Ia sama sekali tidak menyangka kalau William memberikannya kesempatan sendirian saat dibutuhkan. Bukan berarti pria yang menjadi tuannya tersebut tidak tahu apa yang akan Azzar lakukan. Hanya saja sama seperti perasaan yang dirasakan pada Esme, William tidak peduli.Azzar tahu kalau tidak akan mudah masuk ke rumah yang dihuni Esme. Wyatt telah menganti semua pekerja di sana dengan orang yang royal padanya. Jadi, ia harus benar-benar memikirkan alasan yang bagus untuk bisa masuk ke dalam rumah.“Sepertinya Tuan William meninggalkan sesuatu yang penting di dalam kamar Nyonya.”Azzar benar-benar tidak menyangka akan bertemu dengan Wyatt langsung. Jantungnya berdegup cepat dan sekuat tenaga ia berekspresi sedatar mungkin. Tidak boleh ada sedikit pun kesalahan yang membuat usahanya untuk masuk jadi sia-sia.“Apa yang tertinggal?” tanya Wyatt
Amanda tidak memiliki stamina yang lemah. Bahkan staminanya lebih baik dari orang kebanyakan. Mungkin karena terbiasa hidup keras, ia jadi jarang sakit dan bisa melakukan hal berat. Hanya saja rupanya jiwa Amanda tidak sesaat itu. Buktinya dengan goncangan kecil dari Alex ia menjadi sakit. Karena itu ketika jiwanya yang masih lemah menyadari kalau Azzar akan dalam bahaya, seluruh tubuh Amanda gemetar.Sebenarnya Amanda benci harus bergantung pada seseorang. Bergantung pada orang lain hanya akan melemahkan diri saja. Amanda tahu itu sejak lama. Akan tetapi, ia menyadari bahwa bergantung pada seseorang terasa sangat nyaman. Ia menyadari itu ketika bertemu dengan Prisilla dan Alex. Kali ini ia bergantung pada Azzar.Alam bawah sadar Amanda menilai Azzar sebagai orangtua yang akan memperlakukan Amanda dengan sangat baik. Ia jadi berharap kalau bisa selalu berada di dekat Azzar.“Sedikit lagi!” Amanda berkata pada dirinya sendiri.Matanya sudah men
Bagaimana Amanda bisa lupa perasaan takut yang dirasakan pada pagi sehabis malam ia tidak sadarkan diri di Bali? Ia pasti sudah gila karena terlena dengan perlakuan baik yang diterima. Ia lupa kalau William masih lelaki yang sama. Lelaki yang duduk menunggunya bangun dari tempat tidur dengan keadaan hanya memakai pakaian tidur tipis saja.Seluruh tubuh Amanda gemetar mengingatnya.Saat ia berhenti berjalan dan menoleh. Ia tidak lagi melihat mobil William di belakang atau pria itu sendiri. Namun, gemetaran yang tidak ada hubungannya dengan kedinginan yang dirasakan Amanda belum juga berhenti.“Tidak apa-apa, aku tidak akan bertemu lagi dengannya.” Amanda berkata hal seperti itu untuk menenangkan diri.Amanda menyadari kalau kakinya tidak beralas dan kerikil yang tersebar di jalan telah melukainya. Ia masih memakai pakaian tidur dengan desain yang tidak akan disukainya saat sadar. Mata-mata ingin tahu memandangnya dari sekitar. Dari tempat-tempa
Semua yang diucapkan di dalam kemarahan, belum tentu adalah kebenaran.Kadang-kadang William merasa kalau Azzar memperlakukannya seperti putranya sendiri yang angkuh dan kerasa kepala. Ini terjadi lagi hari ini ketika mereka berjalan keluar dari rumah besarnya. Ia mungkin saja sudah mengatakan soal satu kamar lagi yang harus dipersiapkan di dalam rumah tersebut. Namun, ia tidak mengatakan apa-apa soal Amanda sampai mereka di kantor.“Kenapa kamu mengatakan itu?” tanyanya pada Azzar setelah mendengar perkataan lelaki tua tersebut.“Karena saya tahu Tuan sedang marah.”Di dalam lift, William menoleh ke arah dinding lift. Bayangannya menatap balik dari sana. Ia memfokuskan pandangan dan memperhatikan dengan saksama mimik wajah di dalam pantulan. Tidak ada sedikit pun raut kemarahan. Mimiknya masih tetap datar seperti biasa.“Aku tidak marah,” ujarnya pada Azzar.“Anda membutuhkan Nona Amanda, k
“Kenapa aku juga diseret kemari, sih?” Prisilla jelas-jelas menyuarakan protes pada Amanda sambil berbisik.Amanda sendiri berpura-pura tidak mendengar protes tersebut. Tatapannya terkunci pada William yang belum juga bicara padahal sudah cukup lama dirinya duduk.“Harusnya Anda mengatakan sesuatu, kan, Tuan William?” Amanda memaksakan diri untuk berbicara. Walau tubuhnya masih mengingat rasa takut yang sudah diakibatkan William padanya tadi pagi.“Prisilla kamu bisa keluar.”Prisilla tampak lega bisa menghindar dari masalah yang tidak akan bisa diatasinya sekarang. Ia tidak akan bisa tidak ikut campur saat nanti kenyataan menghadapkan padanya fakta bahwa tunangan sahabatnya salah. Bagaimana pun Prisilla akan membela Amanda sekuat tenaga. Ia berdiri dan akan pergi. Akan tetapi, Amanda menarik tangannya dan membuat Prisilla duduk kembali.“Amanda … biarkan aku pergi,” rengek Prisilla.Ama
Pasti sudah terjadi sesuatu?Begitu otak William menilai ketika pagi kemudian ibunya datang ke rumahnya. Wanita yang mengunakan kursi roda dan disambut dengan canggung oleh Amanda itu terlihat sangat cantik. Ia mengenakan dress berwarna biru dengan bunga-bunga kuning di tepinya. Jika saja kecelakaan tidak merengut kemampuannya untuk berjalan, William tidak tahu siapa saja yang akan terpikat dengan kecantikan ibunya yang alami.“Ini kedua kalinya aku mengunjungimu kemari, kan, Will?” tanya Esme pada putranya yang semata wayang.William tidak suka mendengar ibunya memanggil dengan nama kecil. Tidak lagi setelah wanita tersebut menikah kembali dan dinilai telah mengkhianati alamrahum ayahnya.“Yang pertama Ibu kemari untuk membawaku pulang ke rumah. Padahal ini adalah tempat paling aman untukku?”Esme terlihat tidak senang dengan apa yang didengar. William sendiri hampir-hampir tidak peduli dengan ekspresi yang ditunju
Pernikahan William tidak akan bisa dihentikan. Ia tidak berasumsi begitu saja. Ia kenal pria yang sudah dipercaya sebagai calon suaminya di masa depan. Ia kenal setiap kekeras kepalaan pria tersebut hingga tahu apa yang akan selanjutnya terjadi.“Tidak bisa seperti ini,” kata Lily.Ia berada di kamarnya yang bernuansa biru dan merah jambu. Beberapa boneka yang harganya mahal dan menjadi barang koleksi memandang sambil tersenyum dari dalam kotak mereka.Akhirnya karena tak dapat juga menemukan solusi dari masalah yang sedang dihadapi, Lily menjatuhkan diri di atas ranjang yang empuk. Ia mengeluh keras-keras. Tapi, ia sendirian di dalam kamarnya. Jadi tidak aka nada orang yang datang dan mengatakan padanya bahwa semuanya baik-baik saja.Lily memilih keluar dari sangkar bernuansa biru dan merah jambunya. Beberapa pelayan di rumah berhenti dan menyapanya ketika berpapasan. Suasana hati Lily sedang tidak baik sehingga tidak menyahut satu pun sapaan
Barang-barang milik Amanda sudah dikirim mengunakan truk ke rumah besar William. Amanda benar-benar tidak mengerti bagaimana bisa barang-barangnya yang sedikit itu menjadi satu truk penuh.“Sudah siap?’ tanya Azzar.Amanda memandang lelaki tua itu sebentar sebelum menoleh pada Prisilla. Ia tidak tahu apakah benar membawa serta Prisilla bersamanya akan baik-baik saja. Namun, ia tidak mau berada seorang diri di rumah besar dengan keberadaan Wyatt yang bisa ditemuinya di setiap tempat.“Ya,” jawan Amanda. Ia berdiri dari sofa yang langsung ditutupi kain seprai oleh pelayan yang sedang bertugas mempersiapkan rumah untuk ditinggal.Prisilla juga berdiri dari sisinya dan berjalan di belakang Amanda ketika ia menuju pintu depan. Mobil sudah yang disopiri Azzar sudah menunggu di jalanan.“Sebenarnya aku tidak mau tinggal di sana,” ungkap Amanda pada Prisilla. Ia menunggu sampai langkah sahabatnya itu sejajar dengannya.