Share

06

Sudah dua minggu Kemal merasakan mual, muntah, dan menginginkan sesuatu yang tidak masuk akal.

Selama dua minggu juga dia tidak diperbolehkan datang ke kantor. Liza khawatir jika Kemal akan membuat kesepakatan salah seperti tempo hari.

Dokter sudah memeriksa kesehatan Kemal dan hasilnya dia baik-baik saja. Dokter hanya bisa memberinya obat pereda mual serta vitamin agar dia tidak terlalu lemah.

Sudah hampir tiga bulan pencarian, namun orang suruhan Kemal belum menemukan keberadaan Shanum.

Kemal tidak putus asa, dia terus melakukan pencarian. Dia percaya jika Shanum secepatnya akan dia temukan.

Drtt, ponsel Kemal berdering. Salah satu orang suruhannya melakukan panggilan video padanya.

"Hallo!" Sapa Kemal.

"Saya sekarang sedang ada di stasiun kereta api, Pak. Mengantarkan adik saya yang mau pulang kampung. Saya izin untuk libur kerja," tutur orang itu.

Kemal tidak fokus pada orang suruhannya yang sedang bicara dengannya, dia lebih fokus pada gadis yang sedang berdiri di belakang suruhannya tersebut.

"Di belakangmu adalah gadis satu miliarku!" Seru Kemal membuat orang suruhannya menoleh ke belakang.

"Yang mana pak? Katakan! Kebetulan saya membawa beberapa orang teman," ujar orang suruhan Kemal.

"Baju biru dan membawa boneka. Cepat!" Titah Kemal lalu mematikan ponselnya. Kemal berlari ke luar dari kamarnya dan langsung pergi ke stasiun menggunakan mobilnya.

Mobil melaju dengan kecepatan penuh, Kemal tidak peduli pada pengendara lain yang berteriak memakinya.

Sesampainya di stasiun, Kemal langsung menghubungi orang suruhannya.

"Kamu di mana?" Tanya Kemal pada orang suruhan yang tadi melakukan panggilan video dengannya.

"Di hotel yang ada di dekat stasiun," jawab orang itu.

Kemal yang belum sempat turun dari mobil pun kembali mengemudikan mobilnya. Dia menuju hotel terdekat dari stasiun.

Salah satu orang suruhan Kemal sudah menunggu di depan hotel.

"Di mana dia?" Tanya Kemal.

"Di kamar pak, kami terpaksa membiusnya agar tidak menimbulkan keributan." Jawab orang suruhan.

"Pindahkan ke kamar hotel milikku! Aku tunggu di sana," ujar Kemal dan orang suruhannya pun mengangguk patuh.

Kemal meluncur ke hotel miliknya. Di tengah perjalanan, dia menghubungi Arfan.

"Belikan aku satu rumah yang besar dan mewah, SEKARANG!" Tekan Kemal.

"Untuk apa? Bukannya kamu sudah punya rumah?" Tanya Arfan.

"Jangan banyak tanya, lakukan saja. Satu hal, jangan terlalu kecil!" Ujar Kemal lalu memutuskan panggilannya.

Kemal pun sudah sampai di hotel, dia meminta kunci kamarnya pada resepsionis. Dia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Shanum si perawan satu miliar yang sudah mencuri hatinya.

Ya, Kemal mulai mencintai Shanum tanpa mengenal gadis itu. Dia mencintai Shanum hanya karena kejadian panas mereka di malam itu.

Teet, bel di kamar hotelnya berbunyi. Kemal cepat-cepat membuka pintu kamarnya.

"Tidurkan dia di kasur!" Titah Kemal pada orang yang membawa Shanum. Gadis itu belum sadarkan diri dari pengaruh bius.

"Pergilah! Aku sudah mentransfer uang kalian," ujar Kemal dan orang suruhan itu pun pergi dengan wajah gembira.

Kemal mendekati kasurnya, mengamati wajah Shanum. Dia menurunkan pandangannya ke arah perut Shanum yang terlihat mulai membesar.

"Hai sayang! Ini papa. Apa kamu baik-baik saja di dalam?" Tanya Kemal sambil mengusap perut Shanum dengan lembut.

Mhhh ... Shanum menggeliat lalu membukanya dengan perlahan.

Bersamaan dengan itu, Kemal sedikit menjaga jarak agar Shanum tidak shok. Kemal memilih duduk di sofa kecil yang ada tepat di samping tempat tidur.

"Kamar? Aku di mana? Kenapa aku bisa di sini?" Shanum bertanya-tanya.

"Bayiku!" Shanum refleks memegang perutnya kemudian terdengar helaan nafas lega dari arahnya.

"Mama kira terjadi sesuatu padamu nak," ujar Shanum sambil mengelus perutnya.

Kemal beranjak dari duduknya lalu menghampiri Shanum, "Sudah bangun? Enak tidurnya?" Tanya Kemal dan itu sontak membuat Shanum terkejut.

"Siapa kamu? Kenapa kamu menculikku? Apa salahku? Aku tidak mengenalmu," cecar Shanum, wajahnya terlihat sangat ketakutan.

Kemal merangkak naik ke kasurnya, membuat Shanum semakin ketakutan. Dia tidak bisa berlari karna Kemal mengunci pergerakannya.

"Jangan mendekat! Aku mohon!" Pinta Shanum.

"Kalau aku menolak bagaimana? Aku merindukanmu, aku ingin memelukmu." Ujar Kemal.

"Aku tidak mengenalmu, kita tidak saling kenal. Bagaimana bisa kau merindukan aku? Pergi atau aku akan membunuhmu!" Ancam Shanum, entah mendapat asupan nyali dari mana hingga dia punya keberanian seperti itu.

"Membunuhku katamu?" Tanya Kemal.

Kemal membuka bajunya dan menujukan sesuatu pada Shanum.

"Lihat ini, ini, dan ini. Berkali-kali orang mencoba membunuhku tapi tidak bisa. Bagaimana kamu akan membunuhku sedangkan kamu tidak punya senjata?" Pertanyaan Kemal membuat Shanum terdiam.

"Tolong jangan sakiti aku, Tuan. Aku sedang hamil," tutur Shanum, dia pasrah karena tidak tahu harus berbuat apa.

"Aku tahu kamu sedang hamil," cetus Kemal lalu mencondongkan kepalanya ke perut Shanum. Dia mencium perut itu dengan waktu yang cukup lama.

"Apa tuan pernah kehilangan istri dan calon anak?" Suara Shanum sudah mulai melunak.

"Ya," jawab Kemal.

"Lalu apa hubungannya denganku?" Tanya Shanum.

"Aku akan menikahimu," jawab Kemal.

"Tuan sudah gila! Saya tidak mungkin menikah dengan tuan!" Tolak Shanum.

Kemal turun dari kasur, "Aku tidak butuh persetujuan darimu. Mau tidak mau, suka atau tidak, kita akan tetap menikah." Tegas Malik.

Shanum beringsut dari kasur lalu turun dan betdiri di depan Kemal. "Tuan pikir Tuan siapa hah? Memaksakan kehendak pada orang lain. Saya sudah menikah dan mau punya anak. Saya mencintai suami saya," tutur Shanum.

Kemal memutar tubuhnya menghadap ke arah Shanum, "Suami? Maksudmu ayah dari bayi yang kamu kandung?" Tanya Kemal.

"Tentu saja suami saya adalah ayah dari anak ini," jawab Shanum.

Kemal tidak berkata apa-apa lagi, dia ke luar dari kamar itu dan mengunci pintunya.

"Hei pria gila, keluarkan aku dari sini!" Teriak Shanum sambil menggedor pintu kamar hotelnya.

"Oh Tuhan, apa lagi ini? Bagaimana aku ke luar dari tempat ini?" Shanum mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru kamar. Penglihatannya tertuju pada telepon yang ada di atas meja.

"Aku telpon pihak hotelnya saja, aku yakin ini adalah kamar hotel." Gumam Shanum.

Dia mengangkat gagang telpon dan memencet tombol yang menghubungkannya dengan resepsionis. Namun, hingga beberapa kali dia menghubungi nomor itu, tidak ada jawaban.

Shanum putus asa, lompat dari balkon tidak mungkin. Bisa-bisa saat mendarat di bawah dia sudah jadi ayam geprek berbalut saos.

"Uh aku lapar!" Ujar Shanum sambil memegangi perutnya.

Shanum melihat isi kulkas yang ada di sana, hanya ada beberapa kaleng minuman. Shanum mencoba menelilingi tempat itu dan ternyata di dalam kamar hotel itu ada sebuah dapur berukuran kecil.

"Wow! Pasti kamar hotel ini sangat mahal. Eh salah, aku rasa ini bukan hotel melainkan sebuah apartemen," celoteh Shanum.

Dia memeriksa semua yang ada di dapur itu, namun dia tidak menemukan apa-apa.

"Sedang apa di situ?"

Shanum berbalik dan terkejut saat melihat orang yang sedang berdiri di hadapannya.

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Warsito Suyatmi
kasihan dengan shanum
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status