Shanum mengusap dadanya, nafasnya saling memburu. Dia sangat terkejut melihat kehadiran Kemal."Aku lapar!" Cetus Shanum.Kemal meraih tangan Shanum lalu mengajaknya ke sofa. Di meja sudah ada bungkusan berisi makanan, ada sebuah paper bag berisi pakaian untuk Shanum.Selain itu di atas meja tersebut ada sekotak susu khusus ibu hamil dan sebuah parsel berisi buah-buahan.Kemal menyuruh Shanum untuk duduk, kemudian dia mengeluarkan makanan dari kantung plastik.Shanum membungkam mulutnya menggunakan telapak tangan saat melihat makanan yang Kemal sodorkan di hadapannya."Bagaimana kamu bisa tahu kalo aku menginginkan nasi padang?" Tanya Shanum.'Karena aku juga menginginkannya,' jawab Kemal dalam hati. Terbersit rasa sedih di dalam hatinya saat mengetahui keadaan Shanum selama ini.Orang suruhan Kemal diam-diam mengambil ponsel milik Shanum dan mencari informasi tentang gadis itu.Dia bertemu dengan bu Dewi dan dari wanita paruh baya itulah orang suruhan Kemal tahu bagaimana perjuangan
Kemal menghampiri Shanum yang berdiri di depan Liza dengan kepala tertunduk.Kemal merangkul pundak Shanum, "Jangan ambil hati, mama sedang ngeprenk kamu." Tutur Kemal."Kemal!" Seru Liza."Aku di sini, tidak perlu berteriak. Aku tidak tuli," ujar Kemal."Lagian mama keterlaluan, Shanum sedang hamil mama prenk.jika terjadi apa-apa pada bayiku gimana?" Cecar Kemal.Liza beranjak dari duduknya lalu menghampiri Shanum."Sudah jam sembilan, pergilah! Kalian harus segera menikah. Kasihan calon cucuku jika saat dia lahir tidak ada ayahnya," tutur Liza lembut sambil menepuk lembut bahu Shanum.Shanum mengangkat kepalanya, "Tapi, anak ini bukan anak putra anda." Tutur Shanum."Aku tidak peduli! Ayo cepat!" Kemal merasa geram pada Shanum. Dia menggendong Shanum ala bridal style ke luar dari kamar.Liza menggelengkan kepala melihat tingkah putranya."Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu nak. Semoga sifat burukmu yang suka gonta-ganti wanita pun hilang." Ucap Liza, dia mengikuti Kemal dan Shanu
Sudah seminggu Kemal dan Shanum menikah, namun mereka belum melakukan hubungan layaknya suami istri. Shanum masih menjaga jarak dan Kemal tidak mau memaksa gadis itu.Melihat Shanum sudah membuka diri dan mau bersikap manis padanya, Kemal sudah merasa senang."Pagi sayang!" Sapa Kemal pada Shanum yang sedang berkutat di dapur, menyiapkan sarapan untuk mereka berdua."Pagi mas," balas Shanum, menoleh sekilas sambil tersenyum lalu kembali serius mengaduk nasi goreng buatannya."Pagi ini mas ada pertemuan di kantor, setelah itu nanti mas langsung pulang. Bersiaplah! Karena mas akan mengajakmu jalan-jalan." Tutur Kemal.Shanum mematikan api kompor, memindahkan nasi goreng ke piring lalu menyuguhkannya ke hadapan Kemal."Silakan!" Ucap Shanum."Terima kasih, sayang." Balas Kemal.Mereka menikmati sarapan pagi ini, selesai sarapan Kemal langsung berpamitan."Boleh aku menciummu?" Tanya Kemal dan Shanum pun mengangguk dalam ragu.Cup, Kemal mencium kening Shanum cukup lama setelah itu dia me
"Siapa dia?" Tanya Kemal saat dalam perjalanan pulang."Dia temanku waktu sekolah dulu," jawab Shanum."Jangan sekali-kali bertemu dengannya! Aku tidak suka!" Cetus Kemal."Iya, lagian tadi kan nggak sengaja." Tutur Shanum.Kemal mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang, "Aku tidak melarangmu berteman. Sama siapa saja boleh, asal jangan sama ulat bulu yang tadi." Pungkas Kemal."Dia manusia mas, bukan ulat bulu. Hati-hati ah kalo ngomong," ujar Shanum sambil tertawa.Kemal tersenyum, dia sangat senang jika melihat senyum dan tawa Shanum. Meskipun Shanum terkadang masih bersikap dingin dan jaga jarak, tapi Kemal tetap bahagia karena Shanum masih mau diajak bercanda.Shanum sudah tertidur di bangkunya, rasa kenyang membuatnya menjadi mengantuk. Sesampainya di rumah Kemal tidak membangunkan Shanum, dia menggendong istrinya hingga ke kamar. Setelah itu barulah dia membawa barang-barang belanjaannya.Selagi Shanum masih tertidur, Kemal mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi seseoran
"Entah kenapa, aku menyukainya." Cetus Arfan.Kemal duduk bersandar di sofa. Dia memikirkan kata yang tepat untuk dia katakan pada sahabatnya."Cari tahu dulu, jangan asal suka. Siapa tahu saja dia sudah punya kekasih," kata Kemal."Karena itulah aku datang kemari, aku ingin bertanya tentang Khansa pada Shanum." Tutur Arfan."Jangan sekarang, nanti dia semakin kebingungan. Aku takut itu nanti akan berakibat buruk pada bayinya," kata Kemal.Kemal pun menjelaskan pada Arfan bahwa Shanum belum tahu siapa dirinya. Kemal juga bercerita tentang pria lain yang Shanum cintai.Kemal menasehati Arfan agar lebih teliti lagi, jangan sampai salah ambil langkah. Mencinta boleh tapi cari tahu dulu tentang status Khansa, siapa tahu saja dia sudah ada pilihan yang lain.Arfan mendesak Kemal untuk memanggil Shanum. Dia harus mengetahui status Khansa lebih awal agar tidak terlanjur jatuh cinta pada gadis itu."Ayo lah Kemal, please!" Arfan menangkupkan kedua tangannya di depan dada, memohon pada Kemal a
Semenjak malam itu, Arfan sedikit jaga jarak dengan Khansa. Dia memikirkan setiap perkataan yang diucapkan oleh Kemal. Perubahan sikap Arfan membuat Khansa bingung, karena setiap bertemu dengannya, Arfan selalu menghindari dirinya."Pak! Tunggu!" Khansa mempercepat langkahnya saat melihat Arfan berada di parkiran.Arfan celingukan lalu mengarahkan jari telunjuk ke arahnya sendiri, "Saya?" Tanyanya."Iya, siapa lagi? Di sinikan cuma ada bapak." Jawab Khansa."Apa ada hal penting yang ingin kamu bicarakan, Khansa?" Nada bicara Arfan yang formal membuat Khansa mengurungkan niatnya. Awalnya dia berfikir jika sudah selesai jam kantor, mereka bisa bersikap lebih santai seperti layaknya teman, bukan antara atasan dan bawahan.Tapi, ternyata Arfan masih bersikap seolah jam kerja masih berlangsung."Tidak ada, permisi!" Khansa membungkukkan sedikit tubuhnya lalu pergi membawa kekecewaan.Arfan menatap nanar kepergian Khansa. Ingin rasanya dia menahan gadis itu, namun jauh di lubuk hatinya me
Ciiiit!!! Malik menginjak rem mobilnya secara mendadak. Untung kondisi jalanan sedang sepi."Kenapa sayang? Ada apa?" Tanya Malik."Mau itu!" Tunjuk Tisha ke arah toko roti."Astaga sayang, mas kira kamu kenapa? Ya sudah, tunggu sini! Biar mas yang turun. Mau kue apa?" Tanya Malik."Roti isi sayur pedas," jawab Tisha."Emang ada?" Tanya Malik."Nggak ada ya?" Mata Tisha berembun dan wajahnya terlihat sangat sedih.Malik menarik pelan kepala Tisha lalu mengecup keningnya, "Tunggu di sini, mas beli kue yang kamu mau." Kata Malik.Malik turun dari mobil lalu masuk ke toko tersebut."Selamat siang! Ada yang bisa saya bantu?" Tanya pelayan setelah menyapa Malik terlebih dahulu."Siang!" Malik membalas sapaan dari pelayan toko."Begini, istri saya sedang hamil. Dia menginginkan roti isi sayur pedas dari toko ini. Apa kalian bisa mewujudkan keinginan istri saya? Berapa pun harganya akan saya bayar!" Cetus Malik."Tunggu sebentar, Tuan. Saya akan tanyakan hal ini pada orang dapur."Pelayan it
Shanum masih tertidur di kasurnya, pergulatan panasnya dengan Kemal membuatnya lelah hingga tertidur.Tidak ada lagi rahasia di antara keduanya, kini tidak ada lagi yang harus ditutup-tutupi. Kemal sudah tidak ada di kamarnya, dia sudah pergi untuk menemui rekan bisnisnya.Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, namun Shanum masih betah berada di bawah selimutnya.Hingga Kemal kembali, Shanum masih berada di kasurnya."Apa aku sudah membuatmu lelah?" Tanya Kemal sambil masuk ke selimut yang sama dengan Shanum."Hemmm!" Hanya deheman saja yang terdengar sebagai jawaban, namun matanya tetap terpejam."Aku membelikan makanan untukmu, makanlah dulu baru setelah itu kamu tidur lagi." Tutur Kemal.Shanum membuka matanya lalu menutupi wajahnya dengan selimut."Jangan menatapku seperti itu, aku malu." Kata Shanum.Kemal membelai rambut Shanum dengan lembut, "Kenapa harus malu?" Tanya Kemal sambil tersenyum.Shanum turun dari kasur tanpa menjawab pertanyaan Kemal. Dia berjalan ke sofa lalu d