Share

Merusuh di Airport

“Tadi aku sudah bilang untuk tidak menangis, ‘kan?”

Baik Panji maupun Randi, keduanya sama-sama menenangkan tangis pasangan masing-masing. Entah chemistry jenis apa yang sudah dibangun dua saudara sepersepupuan itu, tampaknya tidak seorang pun berhasil menerjemahkannya.

“Hei, masih ada ponsel. Kalian bisa teleponan sampai puas nanti,” hibur Randi, tetapi tidak diindahkan sama sekali oleh dua wanita yang mengumbar air mata tanpa suara itu.

“Kenapa mendadak, sih, San?” Selma mengelap ingusnya dengan tisu yang baru diserahkan Panji. “Tega, ya, lo!” decaknya.

Sana meraih tangan Selma. “Maaf, Sel. Sebenarnya Kakek sama Papa yang udah siapin ini. Kamu sibuk ngurus pernikahan, makanya aku diam aja, nggak mau bikin kamu drop tiba-tiba,” paparnya.

“Nggak! Gue nggak kasih izin buat kalian pergi!” Selma menarik tangannya dari jangkauan Sana.

“Sel, come on.” Panji menolehkan wajah gadis itu agar menghadapnya. “Kamu nggak bisa egois kaya gini,” nasehatnya.

“Om Panji
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status