Share

BAB 6: Membalas Hinaan

“Ikuti saja perintahku.”

“Memangnya kau siapa hingga berani mengaturku?” tanya Floryn dengan dagu terangkat menunjukan keangkuhan.

Floryn sudah tidak peduli dengan kesopanan, Emier tidak layak mendapatkannya!

“Jika kau masih memiliki rasa malu, setidaknya tunjukan sedikit rasa penyesalanmu dengan pergi dan menyingkir dari pandangan keluarga baruku. Kehadiranmu yang menunjukan diri didepan kami hanya membuka luka lama dan membuat kami malu.”

Pupil mata Floryn bergetar menahan tangisan, kepalan tangannya kian menguat meremas permukaan pakaiannya. “Mengapa aku harus malu? Aku tidak memiliki kesalahan apapun.”

“Setelah dipenjara lima tahun, kau masih tidak mau mengakui kesalahanmu, siapa akan percaya?”

“Yang jelas bukan polisi bodoh sepertimu,” jawab Floryn balas menghina ucapan Emier yang kini membelalakan mata.

"Kau....!"

Namun, Emier menahan diri. “Cukup! Dengarkan saja perintahku dan pergilah dari kota ini!” Emier mengambil sebuah amplop cokelat dari balik jassnya dan melemparkannya ke meja. “Angkat kakimu dari kota ini atau kau akan menyesal.”

Floryn tertunduk merasakan perih dan sakit kian kuat memenuhi dada, beberapa kali dia mengatur napasnya agar bisa memiliki keberanian berbicara dan tidak menunjukan air matanya atas penghinaan Emier.

“Aku tidak mau pergi ke mana pun sebelum melihat keluargamu hancur berantakan dan sekarat dalam penderitaan,” bisik Floryn dengan suara bergetar.

Brak!

“Jaga ucapanmu!” Emier menatap tajam Floryn dengan penuh perhitungan. “Bagaimana bisa kau bersikap tidak tahu malu setelah semua kejahatan yang kau lakukan selama ini? Ambil uang itu dan pergilah! Jangan menunjukan diri dihadapan keluargaku lagi!”

“Aku tidak mau.”

“Apa kau mau dikucilkan oleh seluruh orang di ibukota?” ancam Emier.

Floryn memberanikan diri untuk melihat wajah Emier, bola matanya bergerak melihat seragam yang dipakainya. “Apa layak, pria bajingan sepertimu mendapatkan kehormatan pangkat itu? Kau tidak layak menjadi seorang polisi.”

“Atas dasar apa monster sepertimu berbicara sombong padaku?”

“Kau tidak mampu membuka kasus keluargamu sendiri, bagaimana dengan kasus orang lain?” tanya Floryn seraya beranjak dari tempat duduknya “Manusia yang kau panggil monster ini memiliki gen darimu, jika aku monster, maka kau monster juga.”

Floryn mengambil amplop uang dimeja dan melangkah pergi keluar restorant, sementara Emier masih duduk dalam ketegangan tampak terkejut dengan setiap jawaban berani Floryn yang tidak segan-segan menghinanya.

“Setidaknya dia akan pergi dan berhenti mengotori pandanganku,” bisik Emier sedikit lega karena Floryn mengambil uangnya.

Ketika berada di luar restorant, Floryn membuka amplop itu dan melihat segepok uang dalam jumlah besar.

Dia menahan senyum.

Sebuah ide terlintas di kepalanya.

Floryn merangkak menaiki mobil Emier dan berdiri diatasnya sehingga menjadi perhatian banyak orang, termasuk Emier yang langsung dibuat berdiri dan melihat dibalik jendela.

“Turunlah! Apa yang sedang Anda lakukan?” teriak Andy mencoba menarik kaki Floryn.

Namun, gadis itu bertahan.

Secara mendadak, dia mengeluarkan uang itu dari dalam amplop, lalu melemparkannya di udara hingga uang-uang itu berhamburan di jalan. Para pejalan kaki dan kendaraan berhenti sejenak begitu melihat hujan uang.

“Ambilah jika kalian mau” kata Floryn berhasil memancing kerumunan keramaian orang.

Floryn menengok ke belakang, melihat keberadaan Emier yang tampak sangat marah atas aksi tidak terduganya.

Floryn mengambil uang itu bukan karena setuju untuk pergi meninggalkan ibu kota.

Dia hanya ingin melegakan hatinya dengan membalas perlakuan Emier yang telah mempermalukannya.

Di tengah-tengah keramaian yang terjadi, Floryn melompat turun dari atas mobil dan meninggalkan jejak debu di atas mobil itu......

"Aku akan segera membalasmu dan keluargamu, Eimer," lirih Floryn penuh tekad.

Mulai hari ini, hubungan ayah dan anak antara keduanya benar-benar terputus!

Di sisi lain, Rachel sedang menghembuskan asap rokok di pinggiran jembatan.

***

Meski Eimer bilang tak akan menerima Floryn, tetapi hati Rachel tetap gelisah.

Bagaimana jika Floryn menemuinya di tempat bekerja?

Jari Rachel terlihat gemetar memegang sebatang rokok yang menyala,

Dia terus memandang jam yang terpasang di pergelangan tangan.

Rachel tengah menunggu seseorang untuk mencari tahu keberadaan Floryn dan seperti apa keadaannya sekarang.

Tak lama, sebuah taksi berhenti dari kejauhan.

Seorang pria keluar dari taksi itu dan berjalan kearah Rachel. “Ada apa memanggilku ke sini?” tanya Dany.

Dia adalah paman Rachel, seorang pria yang selalu menerima pekerjaan kotor ditengah statusnya sebagai pengangguran.

Beberapa kali, Rachel pernah membayar Dany untuk memberi pelajaran kepada teman kerjanya.

Jadi, Rachel sangat yakin jika kali ini Dany juga bisa diandalkan sesuai dengan apa yang dia harapkan.

“Aku butuh Paman,” jawab Rachel.

Sudut bibir Dany terangkat membentuk seringai jahat. “Apa bayarannya sebanding?”

Rachel merongoh sejumlah uang dari tasnya dan memberikannya kepada Dany. “Cari tahu keberadaan seseorang, beritahu aku juga keadaannya sekarang seperti apa.”

Tanpa ragu Dany menerima uang itu dengan senyuman puasnya. “Siapa orang yang harus aku cari?”

“Floryn, pagi tadi dia sudah bebas dari penjara, cari dia karena aku ingin memberinya pelajaran.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status