Share

BAB 6: Membalas Hinaan

Author: Asayake
last update Huling Na-update: 2024-03-18 10:56:42

“Ikuti saja perintahku.”

“Memangnya kau siapa hingga berani mengaturku?” tanya Floryn dengan dagu terangkat menunjukan keangkuhan.

Floryn sudah tidak peduli dengan kesopanan, Emier tidak layak mendapatkannya!

“Jika kau masih memiliki rasa malu, setidaknya tunjukan sedikit rasa penyesalanmu dengan pergi dan menyingkir dari pandangan keluarga baruku. Kehadiranmu yang menunjukan diri didepan kami hanya membuka luka lama dan membuat kami malu.”

Pupil mata Floryn bergetar menahan tangisan, kepalan tangannya kian menguat meremas permukaan pakaiannya. “Mengapa aku harus malu? Aku tidak memiliki kesalahan apapun.”

“Setelah dipenjara lima tahun, kau masih tidak mau mengakui kesalahanmu, siapa akan percaya?”

“Yang jelas bukan polisi bodoh sepertimu,” jawab Floryn balas menghina ucapan Emier yang kini membelalakan mata.

"Kau....!"

Namun, Emier menahan diri. “Cukup! Dengarkan saja perintahku dan pergilah dari kota ini!” Emier mengambil sebuah amplop cokelat dari balik jassnya dan melemparkannya ke meja. “Angkat kakimu dari kota ini atau kau akan menyesal.”

Floryn tertunduk merasakan perih dan sakit kian kuat memenuhi dada, beberapa kali dia mengatur napasnya agar bisa memiliki keberanian berbicara dan tidak menunjukan air matanya atas penghinaan Emier.

“Aku tidak mau pergi ke mana pun sebelum melihat keluargamu hancur berantakan dan sekarat dalam penderitaan,” bisik Floryn dengan suara bergetar.

Brak!

“Jaga ucapanmu!” Emier menatap tajam Floryn dengan penuh perhitungan. “Bagaimana bisa kau bersikap tidak tahu malu setelah semua kejahatan yang kau lakukan selama ini? Ambil uang itu dan pergilah! Jangan menunjukan diri dihadapan keluargaku lagi!”

“Aku tidak mau.”

“Apa kau mau dikucilkan oleh seluruh orang di ibukota?” ancam Emier.

Floryn memberanikan diri untuk melihat wajah Emier, bola matanya bergerak melihat seragam yang dipakainya. “Apa layak, pria bajingan sepertimu mendapatkan kehormatan pangkat itu? Kau tidak layak menjadi seorang polisi.”

“Atas dasar apa monster sepertimu berbicara sombong padaku?”

“Kau tidak mampu membuka kasus keluargamu sendiri, bagaimana dengan kasus orang lain?” tanya Floryn seraya beranjak dari tempat duduknya “Manusia yang kau panggil monster ini memiliki gen darimu, jika aku monster, maka kau monster juga.”

Floryn mengambil amplop uang dimeja dan melangkah pergi keluar restorant, sementara Emier masih duduk dalam ketegangan tampak terkejut dengan setiap jawaban berani Floryn yang tidak segan-segan menghinanya.

“Setidaknya dia akan pergi dan berhenti mengotori pandanganku,” bisik Emier sedikit lega karena Floryn mengambil uangnya.

Ketika berada di luar restorant, Floryn membuka amplop itu dan melihat segepok uang dalam jumlah besar.

Dia menahan senyum.

Sebuah ide terlintas di kepalanya.

Floryn merangkak menaiki mobil Emier dan berdiri diatasnya sehingga menjadi perhatian banyak orang, termasuk Emier yang langsung dibuat berdiri dan melihat dibalik jendela.

“Turunlah! Apa yang sedang Anda lakukan?” teriak Andy mencoba menarik kaki Floryn.

Namun, gadis itu bertahan.

Secara mendadak, dia mengeluarkan uang itu dari dalam amplop, lalu melemparkannya di udara hingga uang-uang itu berhamburan di jalan. Para pejalan kaki dan kendaraan berhenti sejenak begitu melihat hujan uang.

“Ambilah jika kalian mau” kata Floryn berhasil memancing kerumunan keramaian orang.

Floryn menengok ke belakang, melihat keberadaan Emier yang tampak sangat marah atas aksi tidak terduganya.

Floryn mengambil uang itu bukan karena setuju untuk pergi meninggalkan ibu kota.

Dia hanya ingin melegakan hatinya dengan membalas perlakuan Emier yang telah mempermalukannya.

Di tengah-tengah keramaian yang terjadi, Floryn melompat turun dari atas mobil dan meninggalkan jejak debu di atas mobil itu......

"Aku akan segera membalasmu dan keluargamu, Eimer," lirih Floryn penuh tekad.

Mulai hari ini, hubungan ayah dan anak antara keduanya benar-benar terputus!

Di sisi lain, Rachel sedang menghembuskan asap rokok di pinggiran jembatan.

***

Meski Eimer bilang tak akan menerima Floryn, tetapi hati Rachel tetap gelisah.

Bagaimana jika Floryn menemuinya di tempat bekerja?

Jari Rachel terlihat gemetar memegang sebatang rokok yang menyala,

Dia terus memandang jam yang terpasang di pergelangan tangan.

Rachel tengah menunggu seseorang untuk mencari tahu keberadaan Floryn dan seperti apa keadaannya sekarang.

Tak lama, sebuah taksi berhenti dari kejauhan.

Seorang pria keluar dari taksi itu dan berjalan kearah Rachel. “Ada apa memanggilku ke sini?” tanya Dany.

Dia adalah paman Rachel, seorang pria yang selalu menerima pekerjaan kotor ditengah statusnya sebagai pengangguran.

Beberapa kali, Rachel pernah membayar Dany untuk memberi pelajaran kepada teman kerjanya.

Jadi, Rachel sangat yakin jika kali ini Dany juga bisa diandalkan sesuai dengan apa yang dia harapkan.

“Aku butuh Paman,” jawab Rachel.

Sudut bibir Dany terangkat membentuk seringai jahat. “Apa bayarannya sebanding?”

Rachel merongoh sejumlah uang dari tasnya dan memberikannya kepada Dany. “Cari tahu keberadaan seseorang, beritahu aku juga keadaannya sekarang seperti apa.”

Tanpa ragu Dany menerima uang itu dengan senyuman puasnya. “Siapa orang yang harus aku cari?”

“Floryn, pagi tadi dia sudah bebas dari penjara, cari dia karena aku ingin memberinya pelajaran.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   END

    Samantha menghisap cerutunya dalam-dalam, wanita itu segera duduk dikursinya menghadap Roan yang telah cukup lama menunggu diruangannya.“Ada apa? Tidak seperti biasanya kau datang ke rumah bordilku,” tanya Samantha dengan suara serak.“Bagaimana kabarmu Samantha?”“Seperti yang kau lihat, selalu berjalan biasa seperti ini.”Seperti apa yang Roan lakukan sebelumnya, dia mengeluarkan sebuah amplop dari jaketnya dan meletakannya di meja kerja Samantha. “Aku ingin menyampaikan titipan dari Flo.”Samantha sempat terdiam melihat amplop diatas mejanya, sampai akhirnya dia bertanya. “Titipan apa?”“Bukalah.”Samantha meninggalkan cerutunya di asbak dan mengambil amplop itu, mengeluarkan selembar cek berisi dua juta dollar.Samantha terperangah kaget sampai tangannya gemetar memegang uang sangat banyak. “Apa maksudnya ini? Jangan bermain-main denganku jika ini tentang uang,” bisik Samantha dengan suara bergetar.Tubuh Roan menegak. “Itu adalah uang hasil dari tuntutan Flo pada kepolisian. Fl

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 256: Hukuman Rachel

    Kabar kematian Floryn tersebar luas kepada banyak orang, kasus pembunuhan dan scenario pembohongan besar yang telah dilakukan Rachel memantik banyak berhatian public untuk ikut turun tangan menuntut keadilan untuknya. Public menuntut untuk hukuman berat kepada Rachel karena dia bertanggung jawab penuh atas kematian Abra dan juga penyebab kematian Floryn. Kabar kematian Floryn akhirnya sampai ditelinga Rachel, alih-alih merasa senang orang yang paling dibencinya telah tiada, justru Rachel mulai dibayangi oleh ketakutan akan hukuman yang semakin berat harus dia jalani didepan mata. Selama dua bulan di dalam penjara, keadaan Rachel terlihat semakin mengkhawatirkan karena dia dikurung dalam ruang isolasi sendirian, dia mengalami delusi parah hingga harus mendapatkan obat penenang. Beberapa kali dia kedapatan hendak melakukan percobaan bunuh diri karena tidak kuat menghadapi tekanan yang begitu menyiksanya. Kenekatan Rachel yang mulai parah membuat kedua tangannya dan kakinya perlu

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 255: Perpisahan

    Semua orang berjalan di hamparan rumput yang hijau dan subur, melangkah di bawah sinar matahari sore yang mulai kekuningan, suara hembusan angin terdengar dikesunyian yang mencekam, daun-daun yang berguguran ketanah seperti tengah bercerita tentang apa yang kini tengah terjadi pada segerombolan kecil orang yang membawa jenazah Floryn menuju tempat peristirahatan terakhirnya.Orang-orang berpakaian putih membawa bunga mawar merah tidak menunjukan tanda-tanda sedang berduka meski pada kenyataannya, ada hujan air mata yang tidak bisa dihentikan seiring dengan langkah yang kian dekat pada tempat dimana Floryn akan dimakamkan.Emier membekap mulutnya dengan kuat, melangkah tertatih kehilangan banyak tenaganya. Dia sudah tidak mampu lagi menampung kesedihannya hari ini, jauh lebih baik jika Emier sakit karena sekarat dibandingkan harus sakit karena penyesalan atas kepergian putrinya.Bahu Emier gemetar, lelaki paruh baya itu membungkuk tidak mampu melanjutkan perjalananya yang tinggal sedik

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 254: Terlambat

    Roan duduk sendirian di kamar tempat terakhir Floryn terbaring tadi malam, pria itu tengah menangis mengenakan pakaian putih yang beberapa jam lalu baru dibelinya. Suara rintihan pria itu terdengar, Roan tahu jika pada akhirnya ini semua akan terjadi, namun dia tidak pernah membayangkan jika rasa sakitnya sangat begitu menyiksa sampai membuatnya ingin berteriak sekencang mungkin.Roan tidak pernah menyangka jika perayaan kesembuhan yang telah Floryn ucapkan kepadanya beberapa jam lalu adalah sebuah perpisahan.Roan mengusap wajahnya yang sudah basah oleh air mata, dengan langka gontainya pria itu berjalan melewati pintu, melihat Floryn yang terbaring dalam keadaan cantik dan tenang.Roan mendekat dengan putus asa, sebanyak apapun dia menangis, hal itu tidak mampu meradakan kesedihan dan sakit yang tengah bersarang didalam dadanya.Roan tahu, ini adalah jalan terbaik untuk Floryn. Tapi tidak untuk orang-orang disekitarnya yang kini harus belajar mengkihlaskan kepergiannya.Tangan Roan

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 253: Cincin

    Air mata Julliet terus berjatuhan membasahi punggung tangannya yang bersarung tangan. Dia dan Samantha tengah membantu mengenakan baju Floryn, memengakan sebuah gaun cantik yang telah Floryn beli dari toko satu jam sebelum kematiannya. “Aku tidak bisa melakukan ini Bibi,” isak Julliet mengusap wajahnya dengan kasar, dia sudah bertahan sekuat tenaga, namun setiap kali dia melihat wajah Floryn, tangisannya selalu terpecah.Julliet masih tidak menyangka jika Floryn akan berakhir seperti ini.Baru beberapa jam yang lalu mereka berbicara sambil menunggu pagi datang, Julliet masih bisa melihat senyumannya yang cantik, suara tawanya yang lembut, bahkan Julliet sempat menggoda Floryn bahwa dia akan mempersiapkan gaun pernikahan sederhananya dengan Alfred.Julliet sama sekali tidak pernah berbikir bahwa gaun yang dibeli Floryn akan digunakan untuk hari terakhirnya.Apakah ini alasan Floryn meminta Julliet untuk tinggal dirumah neneknya? Apakah ini maksud dari Floryn yang telah mengatakan bah

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 252: Hari Berkabut

    Langit yang cerah berkabut terhalang oleh air mata. “Roan cepatlah!” teriak Alfred memeluk erat Floryn dengan gemetar, memaksa Roan untuk berkendara lebih cepat meninggalkan toko Luwis.Pikiran Alfred berubah kacau, jantuntungnya berdegup begitu kencang merenggut sebagian kekuatannya karena ketakutannya akan keadaan Floryn semakin tidak baik.“Kita harus membawanya ke rumah sakit sekarang juga, aku mohon cepatlah!” pinta Alfred penuh permohonan.“Aku sudah berusaha secepat mungkin! Flo bertahanlah, kau akan baik-baik saja,” ucap Roan terdengar getir.Bulu mata Floryn bergerak pelan, kesadarannya yang terenggut telah kembali. Samar-samar Floryn melihat wajah Alfred yang kini tengah menangis, memeluk dalam pangkuan.Ada sakit yang cukup kuat disetiap denyut urat nadinya, kepala Floryn diletupi oleh sesuatu yang tidak dia mengerti. Jika ditanya apakah sakit? Sangat sakit, ini adalah sesuatu yang paling sakit diterima tubuhnya, namun Floryn tidak ingin meringis ataaupun menangis, dia ha

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status