Share

BAB 7: Sebuah Pertemuan

Author: Asayake
last update Huling Na-update: 2024-03-18 16:17:53

Di sisi lain, Alfred memandang pemandangan di seberang jendela mobilnya, bingung.

Ada keributan apa di depan restoran itu?

“Kakak, aku mau permen kapas,” pinta Nara memukul-mukul jendela mobil dengan mata berbinar melihat toko yang menjajakan permen kapas kesukaannya. “Kakak, berhenti disini, aku mau permen kapas.”

“Nanti kita akan membelinya Nara.”

“Aku mau sekarang!” rengek Nara memukul lebih keras jendela mobil agar Alfred mengikuti keinginannya.

Alfred memelankan laju mobilnya, sulit untuk mengalihkan perhatian Nara ketika dia menemukan sesuatu yang sangat disukainya, salah satunya permen kapas.

Pagi ini, Alfred akan pergi ke hotel untuk menjemput ibunya agar pulang, kasihan Nara yang baru kehilangan perawat harus mengganggu aktifitas para pelayan di rumah.

“Kakak,” rengekan Nara kian kuat, gadis kecil itu mulai menangis karena Alfred tidak kunjung menghentikan mobilnya dan pergi ke toko permen kapas yang dia inginkan.

“Tunggu sebentar Nara, kakak harus putar balik dulu,” hibur Alfred mengusap rambut Nara agar berhenti memukuli kepalanya sendiri, dengan sabar Alfred memutar balik mobilnya agar bisa pergi ke toko yang Nara inginkan.

Dengan tidak sabaran Nara melompat keluar mobil begitu Alfred berhenti di depan toko permen kapas.

Nara berlarian masuk ke dalam sambil tertawa memanggil Alfred yang datang menyusul. “Kakak, aku mau itu semua.” Nara menunjuk semua permen kapas yang dijajakan untuk sebagai contoh.

Alfred begitu sabar menarik tubuh Nara agar mundur karena mereka harus mengantri.

“Kita membeli satu saja Nara, nanti setelah permenmu habis, kita membeli lagi,” nasihat Alfred dengan penuh kehati-hatian agar Nara tidak mengamuk didepan umum.

“Aku mau dua.”

Alfred membungkuk mensejajarkan tubuhnya dengan Nara. “Nara, jika kau terlalu banyak memakan permen, ibu akan lebih sering membawamu ke dokter gigi.”

Bibir Nara mengerut tidak suka, dia tidak suka bertemu dengan dokter. “Baiklah, satu saja” jawab Nara patuh.

Perlahan Nara mundur dan duduk disebuah bangku sambil menunggu Alfred yang kini mendapatkan giliran memesan permen kapas untuknya.

Sekelompok anak kecil terlihat berjalan di melintasi toko mengenakan pakaian seragam sekolah, keberadaan mereka menarik perhatian Nara.

Nara beranjak dari duduknya, anak itu berlari mengikuti seolah dia bagian dari kelompok mereka.

“Nara,” panggil Alfred membawa permen kapas kesukaan adiknya, pandangan Alfred mengedar mencari keberadaan Nara yang sudah tidak terlihat, termasuk di dalam mobil. “Nara.”

Tunggu...

Ke mana perginya Nara?

Keberadaan Nara sekelebat terlihat diantara pepohonan, anak itu berlari mengikuti kelompok anak kecil yang hendak berangkat ke sekolah.

“Nara!” teriak Alfred memanggil.

Alih-alih berhenti, Nara tertawa riang terus berlari, jiwa kanak-kanaknya begitu jelas tergambar dari sepasang mata yang berbinar dan jari-jari yang memainkan pita pakaianya.

***

Pertemuan singkat dan tidak menyenangkan antara dirinya dan Emier meninggalkan perasaan yang mengganjal didalam hati, selain semakin sakit hati, Floryn juga khawatir jika Emier akan melakukan sesuatu yang lebih buruk agar dia menyingkir dari kota ini.

Emier sudah berubah dan tidak seperti dulu lagi, dia bukan lagi sosok lelaki yang akan melindunginya, sekarang mungkin Emier akan menjadi orang terdepan yang berusaha melukainya.

Sepertinya, mulai sekarang Floryn harus lebih berhati-hati lagi dengan setiap pergerakannya.

Energi yang sudah terkuras habis membawa Floryn pergi ke sebuah kedai kecil yang menjual roti isi, Floryn mengisi perutnya di sana sambil beristirahat.

Hanya saja, bayangan seorang laki-laki yang berjaket hitam berdiri di Floryn terlihat dari pantulan sebuah kaca gerobak.

Gerak-geriknya yang sedikit mencurigakan membuat Floryn mempercepat makannya dan segera pergi.

Deg!

Bayangan orang asing itu kembali terlihat ketika Floryn melewati toko, dengan sengaja Floryn berhenti melangkah dan secara kebetulan orang asing itu ikut diam seolah menunggu apa yang akan Floryn lakukan.

Siapa orang itu? Apakah dia sedang mengintainya?

Tanpa berpikir panjang, Floryn langsung berjalan cepat dan sesekali melihat bayangan dibelakang tubuhnya melalui jendela dan pantulan mobil yang terparkir.

Floryn tidak salah mengira, orang asing itu memang tengah mengikutinya.

Ketakutan hebat membuat Floryn memutuskan berlari mencari keramaian, dia takut orang aneh itu akan menyakitinya, sama halnya seperti sering terjadi selama dia berada di penjara.

Anehnya, orang asing itu ikut berlari cepat mengejar Floryn yang berusaha menghindar.

Degup jantung berdetak kencang tidak beraturan, dorongan adrenalin membuatnya berlari kian cepat agar bisa terlepas dari kejaran orang asing itu.

Beruntung saja, Floryn dapat melepaskan diri dari kejaran setelah berhasil melewati kerumunan orang untuk menyebrang jalan dan tepat ketika orang asing itu akan ikut menyebrang, lampu lalu lintas berubah.

“Syukurlah,” bisik Floryn dipenuhi oleh kelegaan.

Sebelum orang asing itu kembali mengejar, Floryn harus segera pergi meninggalkan tempat, hari ini dia harus ke kantor pemerintahan untuk membuat identitas.

Tin!

Suara klakson yang terus terdengar menarik perhatian, Floryn melihat seorang anak berkebutuhan khusus tengah berdiri di pinggiran jalan tengah kebingungan. Nara tertinggal, anak-anak yang diikutinya telah pergi menaiki bus.

Nara mengusap telinganya dengan kasar, suara klakson yang bersahutan membuatnya gelisah.

“Kakak!” teriak Nara memanggil kendaraan yang berwarna sama dengan milik Alfred.

Tanpa berpikir panjang Nara berlari hendak mengejar mobil itu dan menyebrang menyebrang ke jalan lain hingga membuat beberapa kendaraan mendadak berhenti.

Floryn menghela napasnya dengan berat, sulit untuknya berpura-pura tidak peduli saat melihat seorang anak berkebutuhan khusus memukuli kepalanya sendiri karena mendengar banyak makian dari pengendara yang kesal.

Dengan cepat Floryn pergi ke tengah jalan, dia menarik Nara ke pinggir dan menahan tangannya agar anak itu tidak berjalan sembarangan lagi.

“Kakak!” panggil Nara mencari-cari keberadaan Alfred tanpa mempedulikan keberadaan Floryn yang telah menolongnya.

“Adik kecil, tenangkan dirimu,” nasihat Floryn menepuk-nepuk bahu Nara agar dia berhenti menanngis, “dimana kakakmu? Biar aku mengantar.”

Wajah Nara terangkat menatap Floryn dengan wajah yang sudah basah oleh air mata. “Dimana kakakku?” Nara balik bertanya sambil mengguncang lengah Floryn.

“Siapa namamu?”

“Nara,” panggil Alfred dengan napas tersenggal.

Nara melepaskan diri dari Floryn, dia langsung menghampiri Alfred hanya untuk mengambil permen kapas ditangan kakaknya.

Suara Alfred tertahan di tenggorkan.

Dia tdak dapat menyembunyikan keterkejutannya melihat seseorang yang selama lima tahun ini berusaha dia lupakan dan tidak terlibat apapun lagi dengannya.

Bagaimana bisa Floryn bersama Nara? Apakah Floryn masih dendam atas kejadian lima tahun lalu dan memanfaatkan Nara?

Kening Floryn mengerut samar melihat laki-laki yang terasa cukup familiar didalam ingatannya. “Kau...."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   END

    Samantha menghisap cerutunya dalam-dalam, wanita itu segera duduk dikursinya menghadap Roan yang telah cukup lama menunggu diruangannya.“Ada apa? Tidak seperti biasanya kau datang ke rumah bordilku,” tanya Samantha dengan suara serak.“Bagaimana kabarmu Samantha?”“Seperti yang kau lihat, selalu berjalan biasa seperti ini.”Seperti apa yang Roan lakukan sebelumnya, dia mengeluarkan sebuah amplop dari jaketnya dan meletakannya di meja kerja Samantha. “Aku ingin menyampaikan titipan dari Flo.”Samantha sempat terdiam melihat amplop diatas mejanya, sampai akhirnya dia bertanya. “Titipan apa?”“Bukalah.”Samantha meninggalkan cerutunya di asbak dan mengambil amplop itu, mengeluarkan selembar cek berisi dua juta dollar.Samantha terperangah kaget sampai tangannya gemetar memegang uang sangat banyak. “Apa maksudnya ini? Jangan bermain-main denganku jika ini tentang uang,” bisik Samantha dengan suara bergetar.Tubuh Roan menegak. “Itu adalah uang hasil dari tuntutan Flo pada kepolisian. Fl

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 256: Hukuman Rachel

    Kabar kematian Floryn tersebar luas kepada banyak orang, kasus pembunuhan dan scenario pembohongan besar yang telah dilakukan Rachel memantik banyak berhatian public untuk ikut turun tangan menuntut keadilan untuknya. Public menuntut untuk hukuman berat kepada Rachel karena dia bertanggung jawab penuh atas kematian Abra dan juga penyebab kematian Floryn. Kabar kematian Floryn akhirnya sampai ditelinga Rachel, alih-alih merasa senang orang yang paling dibencinya telah tiada, justru Rachel mulai dibayangi oleh ketakutan akan hukuman yang semakin berat harus dia jalani didepan mata. Selama dua bulan di dalam penjara, keadaan Rachel terlihat semakin mengkhawatirkan karena dia dikurung dalam ruang isolasi sendirian, dia mengalami delusi parah hingga harus mendapatkan obat penenang. Beberapa kali dia kedapatan hendak melakukan percobaan bunuh diri karena tidak kuat menghadapi tekanan yang begitu menyiksanya. Kenekatan Rachel yang mulai parah membuat kedua tangannya dan kakinya perlu

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 255: Perpisahan

    Semua orang berjalan di hamparan rumput yang hijau dan subur, melangkah di bawah sinar matahari sore yang mulai kekuningan, suara hembusan angin terdengar dikesunyian yang mencekam, daun-daun yang berguguran ketanah seperti tengah bercerita tentang apa yang kini tengah terjadi pada segerombolan kecil orang yang membawa jenazah Floryn menuju tempat peristirahatan terakhirnya.Orang-orang berpakaian putih membawa bunga mawar merah tidak menunjukan tanda-tanda sedang berduka meski pada kenyataannya, ada hujan air mata yang tidak bisa dihentikan seiring dengan langkah yang kian dekat pada tempat dimana Floryn akan dimakamkan.Emier membekap mulutnya dengan kuat, melangkah tertatih kehilangan banyak tenaganya. Dia sudah tidak mampu lagi menampung kesedihannya hari ini, jauh lebih baik jika Emier sakit karena sekarat dibandingkan harus sakit karena penyesalan atas kepergian putrinya.Bahu Emier gemetar, lelaki paruh baya itu membungkuk tidak mampu melanjutkan perjalananya yang tinggal sedik

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 254: Terlambat

    Roan duduk sendirian di kamar tempat terakhir Floryn terbaring tadi malam, pria itu tengah menangis mengenakan pakaian putih yang beberapa jam lalu baru dibelinya. Suara rintihan pria itu terdengar, Roan tahu jika pada akhirnya ini semua akan terjadi, namun dia tidak pernah membayangkan jika rasa sakitnya sangat begitu menyiksa sampai membuatnya ingin berteriak sekencang mungkin.Roan tidak pernah menyangka jika perayaan kesembuhan yang telah Floryn ucapkan kepadanya beberapa jam lalu adalah sebuah perpisahan.Roan mengusap wajahnya yang sudah basah oleh air mata, dengan langka gontainya pria itu berjalan melewati pintu, melihat Floryn yang terbaring dalam keadaan cantik dan tenang.Roan mendekat dengan putus asa, sebanyak apapun dia menangis, hal itu tidak mampu meradakan kesedihan dan sakit yang tengah bersarang didalam dadanya.Roan tahu, ini adalah jalan terbaik untuk Floryn. Tapi tidak untuk orang-orang disekitarnya yang kini harus belajar mengkihlaskan kepergiannya.Tangan Roan

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 253: Cincin

    Air mata Julliet terus berjatuhan membasahi punggung tangannya yang bersarung tangan. Dia dan Samantha tengah membantu mengenakan baju Floryn, memengakan sebuah gaun cantik yang telah Floryn beli dari toko satu jam sebelum kematiannya. “Aku tidak bisa melakukan ini Bibi,” isak Julliet mengusap wajahnya dengan kasar, dia sudah bertahan sekuat tenaga, namun setiap kali dia melihat wajah Floryn, tangisannya selalu terpecah.Julliet masih tidak menyangka jika Floryn akan berakhir seperti ini.Baru beberapa jam yang lalu mereka berbicara sambil menunggu pagi datang, Julliet masih bisa melihat senyumannya yang cantik, suara tawanya yang lembut, bahkan Julliet sempat menggoda Floryn bahwa dia akan mempersiapkan gaun pernikahan sederhananya dengan Alfred.Julliet sama sekali tidak pernah berbikir bahwa gaun yang dibeli Floryn akan digunakan untuk hari terakhirnya.Apakah ini alasan Floryn meminta Julliet untuk tinggal dirumah neneknya? Apakah ini maksud dari Floryn yang telah mengatakan bah

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 252: Hari Berkabut

    Langit yang cerah berkabut terhalang oleh air mata. “Roan cepatlah!” teriak Alfred memeluk erat Floryn dengan gemetar, memaksa Roan untuk berkendara lebih cepat meninggalkan toko Luwis.Pikiran Alfred berubah kacau, jantuntungnya berdegup begitu kencang merenggut sebagian kekuatannya karena ketakutannya akan keadaan Floryn semakin tidak baik.“Kita harus membawanya ke rumah sakit sekarang juga, aku mohon cepatlah!” pinta Alfred penuh permohonan.“Aku sudah berusaha secepat mungkin! Flo bertahanlah, kau akan baik-baik saja,” ucap Roan terdengar getir.Bulu mata Floryn bergerak pelan, kesadarannya yang terenggut telah kembali. Samar-samar Floryn melihat wajah Alfred yang kini tengah menangis, memeluk dalam pangkuan.Ada sakit yang cukup kuat disetiap denyut urat nadinya, kepala Floryn diletupi oleh sesuatu yang tidak dia mengerti. Jika ditanya apakah sakit? Sangat sakit, ini adalah sesuatu yang paling sakit diterima tubuhnya, namun Floryn tidak ingin meringis ataaupun menangis, dia ha

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status