Share

Dialog

Penulis: Shilla07
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-11 23:30:36

Pasca kejadian di Villa, Pengaruh Sulastri terlihat mulai memudar. Hal itu disebabkan oleh niat dan upaya Sekar untuk terus mendekatkan diri kepada Tuhan. Sekar mulai rutin beribadah seperti sholat, mengaji dan mengikuti kajian-kajian keagamaan. Melihat Sekar yang mulai menjaga jarak dengannya, khodam itu terlihat tak berdaya dah hanya mampu mengamati dari jauh.

Sekar mulai sibuk mencari penghasilan sampingan, ia mendapat kabar jika orang tuanya belum bisa mengirimkan uang karena upah mereka tidak seberapa akibat cuaca buruk yang mengakibatkan gagal panen. Berbekal relasi yang dimiliki, Sekar akhirnya bekerja di sebuah warung makan yang menjual masakan khas jogja.

Di tengah kesibukan bekerja, Sekar yang baru saja bekerja tiba-tiba seringkali terganggu oleh hal-hal gaib. Mulai dari piring yang tiba-tiba pecah, air kamar mandi yang terus menyala padahal tidak ada orang di dalam, hingga terdengar suara samar-samar yang memanggil namanya.

Teror itu tidak hanya berlaku baginya namun
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Perempuan Berkhodam Pesinden (9)

    "Pak, sadarlah!" ujar Ibu Aryo yang terkejut melihat suaminya berbaring di ranjang tanpa busana. Wiryo terlihat memucat tak berdaya, tubuhnya ditutupi sarung. Wanita paruh baya itu segera berteriak meminta tolong tetangga untuk membawa suaminya ke rumah sakit. Di sisi lain, Surti tengah naik ojek untuk pergi ke rumah Warsa, adik Wiryo. Wanita yang tengah dalam pengaruh Sulastri itu berencana untuk menggoda duda tampan itu agar bersedia menjadi tumbalnya. Tiba-tiba angin bertiup kencang, suara anjing melolong, memecah kesunyian di balik senja. Surti dengan tatapan kosong, mulai mengetuk pintu rumah Warsa. "Ada apa Surti? Tumben kamu datang ke mari?" "Mas, aku ingin cerita tentang Mas Wiryo." Mendengar nama kakaknya disebut, ia bergegas menyuruh Surti masuk ke rumahnya. Pintu tetap dibiarkan terbuka agar tidak menimbulkan fitnah. "Apa yang terjadi? Katakan padaku!" "Mas, aku bingung dengan biaya pengobatan anakku, Sekar. Aku berniat berhutang padanya tapi dia justru mem

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Perempuan Berkhodam Pesinden (8)

    Tepat sebulan lamanya tubuh Sekar dirawat di rumah sakit. Surti masih setia mendampingi sang anak yang tak kunjung sadar dari komanya. Ia tak memikirkan biaya sebab warisan Galih dipergunakan untuk seluruh pengobatan Sekar."Bagaimana keadaan anak saya, Dok? Mengapa tak kunjung sadar? Bahkan sebulan telah berlalu," ujar Surti dengan air mata yang belum mengering."Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, hanya keajaiban yang bisa menolongnya," sahut dokter yang mencoba menyemangati wanita tua itu.Tiba-tiba darah mengalir dari vagina Sekar dan jumlahnya sangat banyak!"Dok, mungkinkah anak saya menstruasi? Atau bagaimana? Ini sangat aneh, Dok!" ujar Sulastri yang semakin cemas melihat kondisi putrinya yang belum menunjukkan perubahan.Darah yang mengalir dari vagina seiring dengan peristiwa gaib di alam jin! Sukma Sekar memang sedang menjalani persetubuhan terlarang, hingga membuat kelukaan pada tubuhnya yang masih dalam status koma di bumi.Surti hanya bisa melihat anaknya di balik pi

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Perempuan Berkhodam Pesinden (7)

    Di alam manusia. Hujan turun dengan lebat, petir menyambar. Padahal jam tangan milik Seno menunjukkan masih pukul 12 siang tapi langit gelap gulita mirip malam telah tiba. "Sepertinya alam murka, ada pelanggaran besar di alam jin," ujar Ustadz Lukman sambil berlari mencari tempat berteduh. Setelah berlari sekitar satu kilometer, mereka menemukan semacam gubuk tempat penyimpanan padi tapi kosong melompong. "Kita beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan," ujar Ustadz Lukman sambil meluruskan punggungnya di sisa-sisa jerami. "Ustadz apa yang sebenarnya terjadi? Apakah kita bisa mencapai istana itu? Aku takut terlambat dan ..." ujar Seno yang mulai panik. "Tenanglah dan serahkan pada Allah, hidup dan mati kita telah digariskan takdir, jika mbakmu memang memiliki umur panjang pasti akan berhasil kita selamatkan," sahut Ustadz Lukman menenangkan. "Semoga hujan segera berhenti, aku takut Mbak Sekar kenapa-kenapa," ujar Seno dengan tatapan sedih. Kedua pria malang itu hanya

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Perempuan Berkhodam Pesinden (6)

    Mendengar teriakan Sekar, Patih Arhan bergegas menyudahi persetubuhannya dengan Sulastri. Ia segera mengenakan pakaian tidurnya yang terbuat dari Sutra. "Sekar, sedang apa kau di sini? Apa kau tidak lelah, ini bahkan masih pagi?" "Aku hanya bosan, sebenarnya ingin sekali bertemu ibu, aku merindukannya." Patih Arhan tak tega melihat gadis yang dicintai terluka, akhirnya berniat untuk mengajaknya ke alam manusia. "Tunggu, kau telah memecahkan guci berisi arwah budakku!" Sulastri muncul menghentikan rencana Si Patih. Mendengar kemarahan Sulastri, pria tampan itu hanya mampu diam saja. "Dasar gadis gila! Kau sudah merusak guci kebanggaanku! Pengawal, seret gadis ini lalu masukkan ke kamarnya, jangan ada yang menjengukknya kecuali atas persetujuannku," titah Sulastri mengudara membuat seluruh penghuni istana mendengarnya. Sekar berteriak saat diseret oleh pengawal dan Patih Arhan tak mampu berbuat apapun. Beberapa jam kemudian tiba saatnya makan malam, jika di dunia manusia makan

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Perempuan Berkhodam Pesinden (5)

    "Kalian berasal dari mana?" ujar kakek bungkuk lalu membawa kami ke dalam gubuknya. Sebuah rumah tua beratap jerami berdinding bambu yang nampak tak kokoh serta ranjang bambu yang nampak tak nyaman, kakek tua itu sepertinya tinggal sendirian. "Aku akan mengijinkan kalian menginap hanya malam ini saja!" bentaknya lalu pergi ke luar. "Kakek, tunggu!" ujar Ustadz Lukman mengikuti sang kakek tapi anehnya pria tua itu hilang bak ditelan bumi. Kedua pria lajang itu memilih untuk tidur diatas ranjang dari bambu yang tak nyaman, mencoba memejamkan mata sebab lelah pasca perjalanan. Suara dengkuran mulai terdengar saling bersahutan. Keesokan paginya. "Seno cepat bangun!" teriak Ustadz Lukman dengan terbata-bata, hembusan nafasnya tak beraturan. Seno perlahan membuka matanya, kilau mentari menyilaukan, membuatnya sedikit mengusap matanya. "Astaghfirullah, kita di mana Ustadz?" Keduanya tertegun saat sekeliling mereka dipenuhi oleh pemakaman yang nampak terbengkalai. Rumput yang tin

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Perempuan Berkhodam Pesinden (4)

    Sekar hanya bisa melongo saat usahanya gagal untuk merayu Patih Arhan. Ia bergegas bangun dari tidurnya lalu melempar semua makanan yang tak pernah disentuhnya, sengaja tak makan karena masih ingin pulang ke alam manusia. "Sekar! Apa yang kau lakukan!" bentak Sulastri yang tiba-tiba muncu dari balik pintu. "Kau! Penculik sukmaku! Yang sengaja menawanku di sini! Aku ingin pulang! Masih ada ibu dan Seno yang menungguku!" teriaknya seperti anak kecil. Sulastri tertawa terbahak-bahak, dikira sang khodam tak tahu apa-apa. "Kau kira aku bodoh? Bukankah kau kesal karena Patih Arhan menolakmu bercinta? Sayang sekali, kau tidak bisa merasakan jamahannya, tidak sepertiku yang hampir tiap malam bercinta dengannya!" sahut Sulastri dengan nada meremehkan, sengaja membuat Sekar berang. Sekar hanya terdiam, wajahnya memerah menahan malu. Mungkin ia tak tahu jika seluruh pergerakannya mampu dibaca Sulastri, sang khodam pesinden yang kini memperlakukannya bagai budak. Sekar yang jengah akhirnya

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Perempuan Berkhodam Pesinden (3)

    Sekar sedang mengitari istana yang sangat luas. Ia tertegun melihat aktivitas yang dilakukan oleh bangsa jin di pagi hari. Mereka kebanyakan berdiam diri di rumah masing-masing dan akan berkeliaran saat malam. "Mengapa mereka seperti enggan terkena matahari?" Sekar bertanya pada pembantu istana yang sejak tadi menemaninya berkeliling, dia bernama Dira. "Kami bangsa jin aliran hitam tidak kuat jika terlalu lama berada di bawah sinar matahari Nona, mari kita segera kembali ke istana," ajak Dira sebelum tubuhnya terbakar. Mereka akhirnya tiba di gerbang utama untuk masuk istana, terlihat penjaga tengah bersiap siaga menjaga keamanan kerajaan. Sekar yang sengaja berkeliling untuk mencari celah untuk kabur, langkahnya terhenti saat mendengar suara desahan dari balik pintu yang tidak tertutup rapat. "Ahh ... Arhan, kenapa kau tak mau menjadi rajaku? Aku bahkan tidak bisa sehari saja tanpamu," ujar Sulastri diiringi desahan yang menggetarkan jiwa. "Sulastri, kau sudah tahu alasan

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Perempuan Berkhodam Pesinden (2)

    Akhirnya kedua pria itu memutuskan untuk menerima tumpangan dari orang asing. Senyum mereka di bibir pengemudi diringi dengan aroma mawar yang menguar membuat Seno dan Ustadz Lukman sedikit bergidik ngeri. Namun, rasa tak nyaman mereka abaikan karena gelap menyapa dan hujan turun dengan deras. "Kalau boleh tahu, untuk apa kalian menuju Gunung Slamet?" tanya pengemudi sambil melirik dari kaca spion. "Kami hanya ingin mengunjungi saudara yang kebetulan tinggal di daerah sana," sahut Ustadz Lukman sambil membenarkan pecinya. Tiba-tiba sang pengemudi tertawa kecil lalu berdeham untuk menghilangkan rasa canggungya. "Maaf Pak, setahu saya tidak ada desa atau penduduk di sekitar sana, memang ada desa terdekat berjarak 10 km dari gunung tua itu," ujar si pengemudi. "Maksudku memang desa itu," sahut Ustadz Lukman sedikit gagap. Mobil melaju dengan kecepatan sedang, anehnya tidak ada mobil lain yang melintas seolah jalanan telah dimiliki oleh si pengemudi asing itu. Seno yang seorang

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Perempuan Berkhodam Pesinden (1)

    Aroma melati menguar, mulai tercium oleh Sekar. Gadis yang sejak tadi terlelap dalam balutan luka dan derita. Hidupnya tak mudah saat harus bertahan dalam pergulatan batin tentang cinta, keluarga dan moral. Matanya perlahan terbuka, terasa nyeri di sekujur tubuh. Meski kasur empuk tengah menyangga tubuhnya, nyatanya rasa nyaman tak mampu membasuh luka hati akibat kehilangan pria yang dicintainya. Masih terngiang peristiwa dramatis dalam hidupnya tentang Galih, dosen muda yang mengorbankan dirinya sendiri dalam ritual sesat pabrik garmen. Dari pada harus kehilangan kekasih, lebih baik mengorbankan diri. Peristiwa itu menjadi luka yang mungkin takkan pernah kering di hatinya. Belum usai duka pasca kehilangan sang dosen, Sekar harus merelakan kepergian Aryo yang memilih mengorbankan diri demi keselamatan mantan pacarnya! Kisah cinta Aryo dan Sekar sudah berakhir tapi tidak dengan hati yang masih saling tertaut meski bara tak sebesar dulu. Potongan kenangan indah tentang Aryo dan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status