Share

Bab 6 Cemburu!

Kediaman Baskoro Atmodjoyo

Brukk!!

Anya langsung merebahakan tubuhnya begitu sampai di kamarnya. Ekspresi kekesalan pun masih tampak di wajahnya. Sambil membenamkan kepalanya di bantal dan mengepalkan tangannya kencang, ia kemudian bergumam, "Kenapa Danisa selalu bisa menarik perhatian daripada aku? Padahal dari fisik aku ak jauh beda dengannya! Dari kepintaran, aku lebih pintar dari Danisa ... tapi kenapa? Kenapa semua laki-laki seakan bertekuk lutut jika sudah bertemu dengannya?" Anya teriak di antara benaman bantalnya.

"Adikmu ga makan apa, Dan?" tanya sang Ibu melihat Anya langsung masuk ke kamarnya.

"Ndak tahu, Bu. Mungkin dia sudah lelah atau mau Danisa panggil Anya untuk makan?" 

"Ndak ... ndak usah. Yo wes kalo adikmu sudah lelah. Biarkan dia istirahat. Terus, di mana motor Anya, Dan?" tanya Ibu penasaran.

"Di kampus, Bu." sahut Danisa seraya membereskan meja makan.

"Kampus? Waduh, apa ndak apa-apa kui, Dan? Ibu takut kalau ..."

"Ndak, Bu. Ndak apa. Kampus Anya aman, kok. Jangan khawatir. Besok pagi baru dibawa ke bengkel motornya." Tambah Danisa membawa piring-piring kotor ke dapur.

****

Kediaman Keluarga Khaidir

"Kamu ga makan malam, Farid?" suara seorang wanita cantik, berambut agak pirang dengan hidung mancung, kulit putih dan netra besar berkontak lens biru laut menghampiri Farid, pemuda tampan nan mempesona serta.bertubuh kekar yang sedang asyik mendengarkan musik melalui ponsel di kamarnya.

"Farid ... Farid ... Farid ...," beberapa kali suara wanita berpostur jangkung itu mengetuk pintu kamar jati warna coklat gelap.

Hening, tak ada jawaban.

"Hah, pasti volume musiknya lebih tinggi dari suaraku!" sedikit kesal wanita yang bernama Fatimah Khaidir itu bergumam.

Klik 

Fatimah, sang ibunda Farid kemudian membuka pintu kamar sang anak dan melihat putranya tampak tertidur pulas sambil tersenyum-senyum.

"Kenapa dengan Farid? Kok tidur sambil tersenyum?" pikir Fatimah mematikan ponselnya yang masih menyala dan mengelus rambut sang putra dengan lembut.

"Tidurlah, Sayang Mama. Sleep well nice dream." Kecup Mama di kening sang putra.

Fatimah Khaidir, janda Malik Khaidir, seorang wanita pimpinan yayasan salah satu sekolah menengah atas ternama di kota pelajar itu dan juga ibunda Farid Khaidir, pengusaha dan pebisnis serta pemilik Khaidir Textile, perusahaan keluarga rintisan sang ayah yang telah lama meninggal. Tinggal dan hidup di keluarga dengan budaya Timur Tengah yang kental membuat Khaidir menjadi pria Timur Tengah incaran wanita Jawa. Paras dan postur tubuh yang mumpuni serta wajah oval, hidung mancung dengan kumis yang menyelimuti pipi serta rahang kuatnya, membuat Farid menjadi pria yang seksi dan memikat bagi para wanita. Namun walaupun begitu, tak semudah bagi Farid untuk mencari pendamping hidup. Di usianya yang akan mencapai kepala 3, ia masih kesulitan mencari jodoh yang sesuai dengan inginnya karena terbentur budaya, adat, tapi utama lebih kepada keinginan sang mama yang sangat perfeksionis.

"Eta, nanti kalau Tuan Khaidir sudah bangun, suruh dia makan malam, ya. Atau bawakan dia susu hangat." perintah Fatimah pada salah satu asisten rumah tangganya.

"Baik, Madam. Akan saya laksanakan." balas asisten rumah tangga mereka.

"Saya ada rapat dengan beberapa anggota dewan sekolah malam ini. Nanti kamu sampaikan pada tuan muda, ya." Ucap Fatimah segera meninggalkan kediaman mewahnya dan masuk ke dalam mobil Pajero hitam miliknya.

Ternyata dari dalam kamar, Farid tak benar-benar tidur. Netranya terbuka lebar ketika sang ibunda telah pergi keluar. Dengan langkah gontai, Farid keluar dari dalam kamarnya dan melihat banyak masakan yang tersaji di meja makan. Sang asisten rumah tangga yang melihat Farid dari balik dapur segera menghampiri sang majikan dan berkata, "Ndoro Muda (Tuan Muda), Madam berpesan pada saya jika Tuan Muda sudah bangun harus makan malam," ucapnya sambil mengangkat jempol tangan kanannya sebagai bentuk kesopanan.

Farid hanya menyipitkan tajam ke meja makan itu dan melangkahkan kaki ke pintu utama rumahnya.

"Lho, Ndoro ... ndak makan malam dulu? Mau ke mana?" tanya Eta segera menghadang Farid yang ingin membuka pintu.

"Bukan urusanmu! Minggir!" sahutnya ketus.

"Tapi, Ndoro ... Madam ... Madam ..."

"Yang menyuruh makan malam 'kan Madam ... kenapa bukan dia saja yang makan malam!?" Farid langsung keluar dari rumahnya dan menyalakan mobil Fer*ri silver miliknya.

"Waduh, piye tho iki! Bisa nyap-nyap nanti Madam." Tepuk jidat sang asisten rumah tangga itu.

Farid yang merupakan satu-satunya anak dari Fatimah dan Malik Khaidir itu memang hidup bak sultan. Bagaimana tidak, sebagai pewaris dan penerus Khaidir Grup, perusahaan tekstil terbesar dan terkenal di kota pelajar itu dia harus bersinggungan dan bertemu dengan banyak kolega mendiang sang ayah selain mengurusi beberapa butik dan toko miliknya. Tak heran, dengan gaya hidup yang sangat sultan membuat para wanita berlomba-lomba ingin menjadi kekasihnya. Namun, karena Khaidir adalah seseorang yang tak bisa ditebak sikap serta sifatnya, tak banyak wanita yang mampu bertahan dengannya. Selain karena campur tangan sang mama.

****

Kediaman Baskoro Atmodjoyo

Anya yang masih kesal dan ... cemburu memilih untuk tetap tinggal di kamarnya dan mendengarkan musik aliran hardcore kesukaannya. Tanpa mengindahkan dan menghiraukan waktu yang telah menunjukkan pukul 8 malam, Anya tetap menyalakan pemutar disc-nya keras-keras. Hal ini membuat Baskoro, sang ayah sedikit kesal dan menggedor pintu putri bungusnya itu dengan keras.

"Anya! Anya! Matikan musiknya! Jam berapa sekarang!" teriak sang Ayah dari luar pintu kamarnya.

Namun, Anya seakan tak mempedulikan ucapan sang ayah yang terkenal galak dan malah menambah volume musiknya.

"Anyaaaa!!!!" teriak Baskoro kali ini dan sontak membuat Danisa serta sang ibu bergegas keluar kamar dan menghampiri sang ayah.

"Ono opo tho, Pak e (ada apa, Pak)?" tanya Ibu dengan lembut, menenangkan sang suami yang sedang emosi.

"Tuh, anak wedhok! Mbengi-mbengi nyetel musik kencenge poll! Ndarani koyo Jakarta, po! (Tuh, lihat anak perempuan! Nyetel musik kencenngnya banget! Disangkanya kaya Jakarta apa!)." 

Danisa dan ibu saling menatap, "Bapak dan Ibu sekarang istirahat saja dulu, biar Danisa yang bicara sama Anya, ya." Danisa berusaha menenangkan keadaan dan utama menenangkan sang ayah yang sudah terlanjur sangat emosi.

"Ayo, Pak. Bapak istirahat, pasti Bapak lelah 'kan seharian ini bekerja." Ibu mengajak sang suami kembali ke kamarnya. Dan kini, tinggal Danisa yang berdiri di depan kamar sang adik yang tomboy .

Sambil menarik napas dalam-dalam, Danisa mengetuk pintu kamar sang adik dengan pelan.

"An ... An ... ini Kakak. Bapak sama Ibu sudah kembali ke kamar. Apa Kakak boleh masuk?" tanya Danisa sambil mengetuk pintu kamar Anya.

Dua kali, tiga kali, sang adik tetap tak ada jawaban dan tak membuka pintu. Akhirnya Danisa mencoba untuk membuka gagang pintu coklat itu dan ...

"Anyelir Baskoro! Apa kamu ga dengar Kakak panggil berapa kali dari balik pintumu?" Danisa masuk ke kamar Anya yang ternyata tak dikunci.

Anya hanya menatap sang kakak datar namun tajam. 

"Kamu kenapa, An? Kenapa melihat Kakak seperti itu?" Danisa mulai tak nyaman dengan tatapan Anya.

"Aku ingin tanya, berapa kali Kakak pacaran?"

"P--pacaran?" Danisa tampak terkejut.

"Iya, pacaran. Sudah berapa kali? Seingatku, Kakak belum pernah pacaran, iya 'kan? Oh, aku ingat. Dendi ... Dendi ... ah, Dendi Suryaatmadja. Bagaimana kabar teman baik Kakak itu?" seringai Anya.

Danisa langsung bergeming, terkejut dan menatap sang adik datar. "Kenapa ... kenapa tiba-tiba kau tanya tentang Dendi, Anya?"

"Apa tidak boleh? Aku hanya penasaran saja. Kenapa Dendi tak datang ke pesta perpisahan sewaktu kita akan pindah ke sini. Apa sebenarnya yang terjadi?" Anya menyipitkan matanya.

Danisa tak memandang Anya dan mengalihkan pandangannya ke tempat lain, sambil berkata, "Sudah malam. Sebaiknya segera kau matikan musikmu. Tak enak dengan tetangga. Selamat malam, Anya." Danisa segera keluar dari kamar Anya.

"Hahahha, melihat reaksi Danisa, pasti ada sesuatu yang terjadi antara Dendi dan dirinya," gumam Anya menyipitkan tajam matanya menatap pintu kamarnya sambil menyeringai.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status