Sesegera mungkin Pak Raza berlari ke dapur. Ia mendapati Gwen yang berdiri di pojokan membawa spatula ditangannya dan juga tutup panci besar di tangan sebelahnya.
"Ada apa? Kenapa kompornya kamu tinggal dengan api sebesar itu?" Pak Raza segera mematikan kompornya.
"Aku baru tau kalau ikannya akan hidup ketika di goreng, Pak. Lihatlah! Ikannya berenang di minyak yang bahkan belum panas." tunjuk Gwen dengan kata melebar.
Pak Raza melihat kekacauan di dapur. Semuanya berantakan, minyak untuk menggoreng ikan juga hampir 1 liter yang dipakai. Padahal ikannya cuma satu.
Kemudian, ada telur ceplok dengan cangkangnya yang masih nempel di sana. Belum lagi, Pak Raza juga melihat tumis kacang yang di potong sangat panjang.
"Allahu Ya Rabb &he
Chen menuju kota yang hendak ia kunjungi sesuai dengan kerjasamanya bersama dengan Willy. Jalan yang ia lalui melewati desa pelosok yang di pakai Aisyah, Feng dan yang lainnya penyuluhan.Ketika sampai di dekat desa itu, mobil yang Chen kendarai mengalami kemalangan. Ban-nya tiba-tiba saja kempes semuanya dalam hitungan detik. Otomatis sopir menghentikan kemudinya."Ada apa?" tanya Chen."Tidak tahu, Tuan. Tapi, saya merasa ban-nya ada yang kempes," jawab sopir."Asisten Dishi, coba kau lihat. Bantu sopir ini memperbaikinya!""Baik, Tuan."Datanglah beberapa orang dengan memakai pakaian serba hitam menodongkan senjata kepada sopir dia juga Asisten Dishi. Melihat aksi itu, Chen segera turun dan m
Di malam yang sunyi itu, mereka makan malam bersama. Syamsir dan Aom tidak ingin tahu lebih dalam dengan urusan Aisyah, sehingga mereka memutuskan untuk segera istirahat. Mee Noi juga sudah kembali ke rumahnya sendiri.Namun, hal yang membuat tegang malam itu adalah Feng. Tatapan Feng tak pernah lepas ke arah Chen. Kecurigaannya bertambah ketika ia tidak bisa makan asam seperti Aisyah. Cara menolaknya pun sama."Tidak, aku tidak makan yang ini!" tolak Aisyah dan Chen bersamaan. Mereka saling menatap lagi.Buah mangga yang dikirim dari kepala desa memang masih masam. Sehingga baik Aisyah maupun Chen menolak buah tersebut."Darimana asal kalian?" tanya Feng lebih lanjut."Kami--" ketika Asisten Dishi hendak menjawab, Chen menyelanya.
4 Hari Yang Lalu.Pagi setelah insiden goreng ikan berenang, Gwen telah bersiap-siap akan ke tujuan yang juga dikunjungi oleh Chen. Ia menerima info dari membaca kontrak kerja Ayah angkatnya dengan saudara kembarnya itu."Aku tak mau tahu, pokonya aku akan langsung cus kesana. Apapun itu, aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini!" gumamnya dalam hati.Gwen terlalu bersemangat, sehingga beberes tasnya saja sampai Pak Raza dengar. Padahal kamar mereka masih ada dinding besar yang membatasi kamar tersebut."Gawat!""Gwen pasti mau pergi. Aku harus mencegahnya, atau aku akan mengalami kegagalan lagi!" seru Pak Raza. Ia berlari secepat mungkin dan menghentikan Gwen berkemas.Dengan sedikit ket
"Gelang itu …." tunjuk Aisyah."Ada apa? Kenapa--""Awas!" teriak Aisyah menghalangi tubuh Chen dari lesatan peluru.Dor!Suara tembakan itu sangat keras. Aisyah terluka di bagian bahunya. Beruntung tidak melukai bagian yang serius. Feng, Asisten Dishi, Syamsir dan juga Aom segera mendekati Aisyah dan Chen saat itu."Kau terluka?" Chen panik. "Tolong kau obati dia dulu, aku dan Asisten Dishi akan mengejar siapa orang yang telah berusaha menembakku!" pinta Chen kepada Feng."Tidak!" reflek, Aisyah menahan tangan Chen di bagian telapak tangannya. "Sebaiknya kita segera pergi dari sini. Aku takut, semua warga di sini malah tidak akan aman jika kita masih di sini." imbuhnya.
"Gelang itu …." tunjuk Aisyah."Ada apa? Kenapa--""Awas!" teriak Aisyah menghalangi tubuh Chen dari lesatan peluru.Dor!Suara tembakan itu sangat keras. Aisyah terluka di bagian bahunya. Beruntung tidak melukai bagian yang serius. Feng, Asisten Dishi, Syamsir dan juga Aom segera mendekati Aisyah dan Chen saat itu."Kau terluka?" Chen panik. "Tolong kau obati dia dulu, aku dan Asisten Dishi akan mengejar siapa orang yang telah berusaha menembakku!" pinta Chen kepada Feng."Tidak!" reflek, Aisyah menahan tangan Chen di bagian telapak tangannya. "Sebaiknya kita segera pergi dari sini. Aku takut, semua warga di sini malah tidak akan aman jika kita masih di sini." imbuhnya.
"Woy elah! Mentang-mentang sipit bicaranya pakai bahasa Mandarin. Kamu pikir aku juga tidak bisa, hah!" Gwen tak terima di todong senjata oleh Asisten kakaknya. "Hey, bule! Siapa dia?" ketus Gwen sembari melirik ke arah Asisten Dishi."Astaghfirullah, Gwen. Kamu yang sopan sedikit. Jangan seperti ini. Hormati, dia lebih tua darimu," tegur Aisyah. "Asisten Dishi, dia adikku. Tolong turunkan senjatamu, ya …."Tutur sapa Aisyah yang lembut membuat Asisten Dishi mudah luluh. Kemudian, Chen meminta salah satu dari mereka yang bisa memperbaiki mobil yang mogok itu untuk segera diperbaiki."Siapa yang bisa memperbaiki mobil?" tanya Chen."Nih, si pirang ini lulusan teknik!" tunjuk Feng dengan wajah kesalnya."Dih, ogah!" tolak Gwen mentah-mentah.Bertengkarlah Feng dengan Gwen seperti biasa. Antara mereka berdua memang jarang sekali bisa se sweet antara Feng dengan Aisyah. Chen mulai pusing dan malah membuat situasi s
"Apa? Chen sudah bertemu dengan kedua saudari kembarnya?" Cindy tak bisa menerima kenyataan itu. "Bagaimana bisa? Dan sejak kapan Chen menyadari jika dirinya masih memiliki keluarga kandung?""Nyonya pertama, Tuan Muda sudah tahu sejak dirinya pergi ke Amerika," jawab salah satu orangnya."Apa? Selama itu dan aku tidak pernah mengetahuinya?" sulut Cindy. "Tak ada gunanya juga jika aku mengatakan ini kepada Tuan Wang. Sebab, memang saat ini Suamiku itu lebih mencintai Chen daripada aku sebagai istrinya. Apalagi ada istri mudanya itu, sungguh mengesalkan!"Selama Cindy melahirkan anak perempuannya dan Tuan Wang memutuskan menikah lagi, memang dia kehilangan kepercayaan dari Tuan Wang sendiri. Pasalnya, jika memang Chen menemukan keluarga kandungnya, Tuan Wang tidak akan pernah mempermasalahkannya.Tuan Wang tetap akan percaya jika Chen, selamanya tetap menjadi putra satu-satunya baginya. Sementara itu, Cindy masih tak terima dengan pengkhianatan
Sesampainya di rumah sewa Rafa, sesegera mungkin Rafa merawat luka Aisyah dengan baik. Rafa juga memanggil dokter terdekat malam itu juga. Ia sangat khawatir dengan kondisi Aisyah kala itu."Semua ini salahku. Aku nggak bermaksud untuk meragukan kasih sayangnya," sesal Gwen mulai gelisah."Aku tahu dia lebih sayang denganku daripada yang lainnya. Pak Raza, Pak Raza ngertikan maksud aku itu gimana, 'kan? Hanya Pak Raza yang bisa menghamiliku, eh salah! Memahamiku maksudnya. Jadi tolong katakan kepada kakakku yang baik hati itu kalau aku tak pernah meragukan kasih sayangnya,""Pak Raza, tolong katakan!"Gwen semakin tak bisa mengendalikan emosinya lagi. Reflek, Pak Raza memeluknya dan mencoba menenangkan Gwen dengan membawa Gwen duduk. Lalu, Pak Raza juga melantunkan sholawat yang merdu, sehingga membuat hati dan pikiran Gwen jauh lebih tenang."Aku merindukan Ayahku. Ayah selalu seperti ini ketika aku tak bisa mengontrol emosiku, Pak Raza …."