Share

Bertemu Dengan Pria Misterius

"Ahah... Aahh..." rasanya Camelia tak kuat lagi berjalan, kakinya sudah begitu letih. Tapi ia juga harus fokus karena Derdy tidak menyerah untuk terus mengejarnya

"Dira... Dira...." Dalam pelariannya hanya nama Dira yang menggaung di hatinya, membuat langkahnya semakin pendek sedang matanya berjaga-jaga ke arah belakang.

Terlalu fokus dengan sosok Derdy yang mengejarnya. Camelia jadi tidak memperhatikan jalanan di depannya. Ia baru sadar ada mobil hitam sedang membelah jalan setelah jarak mereka cukup dekat.

"Aahkk...." teriak Camelia. Ia terpejam erat, entah karena cahaya lampu mobil yang menyorot wajahnya atau karena rasa takutnya.

"Haahh!" kaget Kaoru si pengemudi

Sedang Camelia sudah terjatuh di depan mobil.

***

Melihat istrinya tertabrak di jalan, Derdy malah memilih kembali ke rumah. Pria itu tidak ingin ikut campur. Derdy cukup tahu mobil yang menabrak Camelia adalah mobil mahal. Mungkin saja pemilik mobil itu malah menuntut Camelia yang berlari kearahnya tiba-tiba. Dan Derdy tidak mau ambil pusing, biar Camelia yang merasakannya sendiri.

"Hahaha... Mampus lo!" desisnya tidak berperasaan.

***

"Apa yang kamu lakukan?" pekik Kaoru seraya melihat kap depan mobilnya.

Camelia mengusap wajahnya dari derasnya hujan, ia merasa kakinya sangat sakit sampai ia tidak mampu berdiri.

"Cepat bangun!" suruh Kaoru. Camelia berusaha bangun dengan bantuan kap mobil.

"Kenapa kamu berlari secara tiba-tiba sampai saya tidak bisa melihat kamu?" selidik Kaoru.

"Maaf, Pak" gumam Camelia merasa kerdil ditanyai pria berjas yang sudah jelas memiliki kuasa. Dilihat sekalipun Camelia tahu, lelaki itu pastinya kaya raya. Dan sebaiknya ia tidak perlu meminta ganti rugi. Biar ia merendam sakit kakinya sendiri. Camelia hanya gak mau masalah ini semakin berlarut-larut. Ia juga sadar kali ini bukan saatnya mengobrol, ia harus kabur segera dari pengejaran Derdy dan kembali disaat lenggang.

Mata Kaoru menyerit serius, ia melihat darah mengucur dari tulang kering wanita di depannya. Kaoru juga menyadari kalau Camelia berdiri sambil bergetar. Mata sipitnya kembali terpusat ke wajah Camelia 'Cantik' kutipnya dalam hati.

Perasaannya tiba-tiba merasa iba dengan wanita yang ia tabrak. Cepat Kaoru mengeluarkan dua lembar uang pecahan seratus ribu kepada Camelia

"Ini..."

"Hhaah...?!" Camelia jadi fokus ke wajah Kaoru.

"Ambil." suruh Kaoru santai.

"Tidak... Tidak perlu, iiisshh..." Camelia menolak sekaligus meringis kesakitan. Kaoru tertawa mengejek

Ia tahu di kota besar memang sering ada sekumpulan orang yang sengaja menabrakkan dirinya demi mendapat ganti rugi yang banyak. Biasanya yang dipakai memang wanita cantik seperti Camelia ini

"Ambil..." ucap Kaoru lagi.Kali ini ia jauh lebih memaksa

"Tidak... tidak perlu" Camelia bahkan menggoyangkan kedua tangannya menolak. Bukan ini yang ia harapkan

Kaoru memindai sekitar, mana teman wanita itu. Apa ini strategi baru berusaha menolak untuk semakin menjeratnya.

Kaoru membuka kembali dompetnya, ia mengambil uang jauh lebih banyak.

"Ini... segini pastinya cukup untuk sandiwaramu itu," ledeknya.

"Ma-maksudnya?" beo Camelia tidak mengerti

"Hallah...." Kaoru membuang pandangangannya jengah.

"Saya tidak punya banyak waktu. Ambil uang ini lalu menyingkirlah dari mobil saya," ucapnya angkuh.

Kaoru betul-betul menjalankan ucapannya ia melempar uang itu di wajah Camelia, lalu ia segera masuk ke mobilnya untuk melanjutkan perjalanan.

Kaoru bahkan tidak membantu Camelia untuk menepi supaya ia tidak tertabrak lagi.

Setelah di tinggal Kaoru, Camelia berusaha memungut uang itu, Sayang... Uangnya basah karena hujan.

Camelia memang tidak bohong saat ia menolaknya, tapi ia juga tidak mengabaikan kertas berharga itu tergeletak tak bertuan.

Ia terduduk di jalan. Tangisnya pecah seraya memeluk uang-uang itu.

Seandainya ia dapat uang ini tadi pagi, pastinya Dira tidak tertidur dalam keadaan lapar. pikir Camelia ia jadi kembali teringat Dira kembali.

'Dira... Maafin Ibu sayang, Kamu pasti takut karena gak ada ibu. Tapi tenang saja, ibu akan segera kembali untuk kamu, Nak' bathinnya bermonolog.

***

"Apa yang terjadi, Eugine?" tanya Tetsu yang sejak tadi sedang membuntuti Kaoru. Musuh bisnisnya.

"Tuan Kaoru terlihat berbicara dengan seorang wanita, lalu Tuan Kaoru melempar uang ke wajah wanita itu" ujar Eugine

"Heemmm..." dehem Tetsu datar. Seperti biasa, lelaki keturunan Jepang, bermata indah dan hidung yang bangir sangat dingin seolah tak tersentuh.

"Lalu apa lagi?" lanjut Tetsu mau tau.

"Wanita itu sepertinya menangis di tengah jalan. maaf saya tidak bisa melihat terlalu jelas Tuan, hujan deras membuat pandangan saya kabur," tutur Eugine kembali.

Tetsu mengangguk pelan " Dekatkan mobil ini kepadanya," pinta Tetsu.

Eugine segera menjalankan perintah bosnya itu

Mobil Tetsu melintas di samping Camelia yang masih larut dalam kepedihannya.

Tetsu hanya melihat wajah Camelia dari sisi samping meski begitu ia yakin Camelia gadis yang cantik. Dan Hemm... Apa wanita itu ada hubungan erat dengan Kaoru.

Tetsu rasa ia harus tahu banyak tentang wanita itu. Mungkin ini jalannya untuk balas dendam dengan Kaoru.

"Eugine, tolong bantu dia untuk menepi!" titah Tetsu

"Baik, Tuan..." Eugine keluar dengan payung besar. Setidaknya cukup digunakan dua orang dewasa

"Nona..." panggil Eugine. Camelia tersadar dari lamunannya.

"Nona, tidak baik duduk di tengah jalan. Mari saya bantu anda untuk bangun."

Camelia terlihat gelagapan,

"Ahhk,..." ia bahkan mempertahankan lengannya yang di pegang Eugine bermaksud memapahnya.

"Nona tenang saja, saya tidak akan melakukan kejahatan apapun," lanjut Eugine meyakinkan.

Camelia sedikit menyerah, ia juga rasanya tidak sanggup berjalan tanpa dipapah orang lain.

Ia mengendurkan tarikannya dan membiarkan Eugine mengenggam lengan atasnya.

"Maaf, Nona!" Eugine memberikan payung itu untuk di pegang Camelia.

Karena Eugine adalah lelaki bertubuh tinggi besar, rasanya ia tidak tahan kalau harus menitah Camelia setapak demi setapak. sebaiknya ia mengeluarkan sedikit ototnya untuk menggendong Camelia ala bridal.

Tanpa sadar Camelia sudah ada di gendongannya wanita itu kaget bukan kepalang, begitupun dengan Tetsu yang sejak tadi memperhatikan Eugine dan Camelia.

Ia menggeleng, tidak menyangka kalau Eugine membopoh tubuh wanita itu.

"Eugine..." panggil Tetsu dari balik headset handsfree yang terpasang di telinganya.

"Iyah, Tuan."

"Bawa ia ke rumah sakit terdekat saja," saran Tetsu

"Baik, Tuan" Eugine segera kembali ke arah mobil

"Pak... KIta mau kemana?" resah Camelia. Tidak... Ia tidak ingin di culik.

"Tenanglah Nona," pinta Eugine. Tetsu segera menutup tirai antaranya dengan bagian depan. Ia tidak mau Camelia semakin takut dengan adanya ia di mobil. Lagi juga Tetsu tidak suka kehidupan pribadinya terusik

Eugine langsung memasukkan Camelia ke bangku samping kemudi. Ia melirik tirai yang sudah jatuh. Eugina tahu, Tuannya pasti tidak ingin diganggu.

"Pak, tolong lepaskan saya. Tinggalkan saja saya," pinta Camelia sembari menangkup kedua tangannya. Tapi Eugine tidak mengindahkan rengekkan Camelia, pria itu malah memasangkan seatbelt di tubuh Camelia.

"Saya hanya akan membawa anda ke klinik terdekat untuk mengobati luka di kaki anda, Nona. Apa Nona tidak takut kalau luka itu jadi infeksi."

Tetsu yang mendengar jadi kaget, tadi ia memang tidak melihat darah di kaki Camelia. Pantas Eugine memilih menggendongnya. Tetsu jadi mengepal tangannya kuat. Kaoru memang laki-laki tidak tahu diri. Yang benar saja, ia meninggalkan wanita yang terluka di jalan.

Tetsu mengetik pesan ke Eugine

Aktifkan camera di kaca spion, saya ingin melihatnya. Bunyi pesan Tetsu.

Eugine mengulum bibirnya. Mengaktifkan CCTV kecil yang terpasang di kaca spion, Ia cuma tinggal berpura membenarkan letak kaca tersebut, yang sesungguhnya ia lagi memfokuskan wajah Camelia ke kamera.

"Ahk, Maaf Pak, kenapa bagian belakang di tutup tirai?" tanya Camelia.

"Di belakang sedikit berantakan jadi saya sengaja menutupnya," sahut Eugine bohong.

Camelia mengangguk meski agak ragu, ia takut di belakang itu ada mayat atau mungkin barang haram. Camelia jadi memperhatikan Eugine.

'Hem, sepertinya pria ini bukan orang sembarangan. Pakaiannya sangat rapi, dari postur tubuhnya mirip seperti satuan pengamanan presiden. Apa mungkin lelaki ini orang jahat?' tanya hatinya. Meski tidak Camelia ungkapkan. Bagaiamanapun tidak sopan mencurgai orang yang sudah menolongmu, bukan?

Tetsu yang melihat tatapan Camelia jadi menduga dalam hati.

'Apa wanita itu menyukai Eugine?' pikirnya konyol.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status