Share

Tawaran Kerja Sama

Ulfa hanya bisa mengelus surai anak berusia 4 tahun itu. Ia semakin menggengam erat tangan Dira. "Mending kita masuk, yuk. Dira sudah sarapan belum?!" Ia jadi mengalihkan perhatian Dira dengan makanan yang ia punya "Tante punya donat. Dira suka donat kan?" lanjutnya lagi. Dira mengangguk kegirangan. Mungkin saat ini ia berhasil mengelabui anak itu. Tapi entah, bagaimana hari-hari berikutnya. Ulfa hanya berharap Camelia cepat kembali. Dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

***

"Jadi bagaimana. Apa wanita itu ada hubungannya dengan Kaoru?" selidik Tetsu seraya tetap duduk di bangku kebesarannya. Lantas ia berdiri. Memandangi langit dari kaca jendela. Tanpa memperdulikan Eugine cuma menatap punggung lebarnya yang tertutupi jas berwarna hitam itu.

Eugine memberikan laporan sesuai yang ia terima. Untuk saat ini, ia belum tahu.., tapi sepertinya dugaan Tetsu benar.

"Kalau begitu. Cepat persiapkan wanita itu untuk ketempatku. Ahk, tidak. Pesan kan dia tiket yang sama denganku. Ia akan mengikutiku selama perjalanan satu bulan ini sebagai budak ku. Aku tidak mau menunggu satu bulan ke depan lagi!" seringai Tetsu. Yah, meski dari luar ia terlihat santun, nyatanya Tetsu adalah lelaki keji yang bisa melakukan apapun tanpa merasa bersalah. Ia punya prinsip, jika ada yang mengganggu otoritasnya. Maka ia akan mengobrak-abrik hidup orang tersebut.

Seperti Kaoru. Ia telah melakukan kesalahan fatal dengan menyakiti Chiya-adiknya. Dan ia tinggal bersiap mendapatkan ganjarannya. Seorang Tetsu tidak akan tinggal diam. Sampai lubang semut pun akan ia cari Kaoru. Tetsu sendiri sedang berencana melakukan perjalanan bisnis mengenalkan berlian terbaik keluaran perusahannya kepada para kolektor berlian. Biasanya orang-orang kaya itu tidak akan segan membelinya sebagai koleksi pribadi. Dan itu salah satu tujuan Tetsu ikut perjalanan mewah nan elegan Kapal Pesiar Royal Queen. Tujuan lain, karena Kaoru juga ada di perjalanan tersebut. Secara terpisah Tetsu membayar pihak penyelenggara untuk memberinya kamar di sebelah Kaoru. Ia rasa dirinya harus lebih dekat dengan musuhnya itu. Bukankah ada yang bilang, kenalilah musuhmu lebih baik ketimbang kau mengenali saudaramu.

***

Hari ini secara khusus Testu mendatangi Camelia. Kedatangannya sangat membuat rumah sakit heboh. Karena sungguh, ketampannya membuat siapapun bisa jadi tidak waras ketika melihatnya. Rahang tegas, serta hidung bangir. Jangan lupakan bibirnya yang seksi. Meskipun matanya memancarkan aura dingin, tapi itulah yang jadi daya tariknya. Tetsu sama sekali tidak peduli dengan tatapan orang terhadapnya. Ia hanya ingin cepat menemui Camelia dan membicakan kerja sama dengannya. Derap langkahnya yang mengetuk lantai sangat ketara. Menandakan kalau Tetsu lelaki yang tidak pernah ragu melakukan apapun itu.

Tetsu sudah ada di depan Camelia. Semula Camelia sedang rebahan, jadi bangun terburu. Ia tidak enak jika lelaki lain menatapnya sedang tertidur pulas.

"Anda siapa?" cicit Camelia. Ia juga memandang Eugine yang di sebelah Tetsu.

Tetsu menatapnya dingin. Tangannya hanya membenarkan setelannya

"Langsung saja, sayalah orang yang menyelamatkan mu dari tabrakan malam itu!" Tetsu tidak suka berbasa-basi. Eugine mengangguk, seakan membenarkan. Melihatnya membuat Camelia tertunduk santun.

"Ahk, terima kasih, Tu~"

"Saya tidak membutuhkan rasa terima kasihmu. Tapi saya ingin agar kamu melakukan sesuatu untuk saya," ucap Tetsu dengan tatapan tidak bergeming. Camelia menyeritkan alisnya. Apa yang harus ia lakukan. Sedang dirinya sangat ingin pulang secepatnya.

"Aku ingin kau bekerja padaku!" lanjut Tetsu seraya duduk di kursi samping brankas. Ia akan jelaskan lebih lanjut seandainya Camelia bersedia.

"Pekerjaan apa?" beo wanita itu masih diliputi rasa bimbang. Camelia memang membutuhkan pekerjaan untuk membebaskan dirinya dan putrinya dari jerat Derdy. Ia yakin, Derdy tidak akan semudah itu menyerah.

"Tentunya pekerjaan yang bisa membuatmu kaya raya. Kau juga bisa menikmati semua fasilitas yang mungkin belum pernah kau rasakan," Semua ucapan Tetsu membuat Camelia semakin bimbang. Pekerjaan apa yang bisa membuatnya bergelimang harta. Jika itu tentang menjual tubuhnya. Sungguh, Camelia tidak sudi.

Sayang, bukan itu yang ingin Tetsu tawarkan. Ia memang memerlukan tubuh Camelia. Tetapi hanya sebatas fikirannya dan memperdaya Kaoru. Orang yang paling ia benci.

"Aku, apa aku boleh tahu apa itu?"

Tetsu memandang Camelia lekat. Cukup ia akui, Camelia wanita yang cerdas. Ia tidak silau dengan harta meski Tetsu sudah menjanjikan surgawi untuknya.

"Kau harus ikut denganku selama satu bulan menyusuri benua asia, disana akan aku jelaskan secara rinci!" tutur Tetsu.

Dari tatapan Camelia, Tetsu mengerti. "Kau tenang saja, aku tidak tertarik dengan wanita seperti mu. Lagipula aku sudah bertunangan!" jelasnya. Tetsu memang bertunangan dengan Sylva. Tapi semua itu hanya sebatas perekat hubungan bisnis tanpa ada cinta di dalamnya. Tetsu tidak percaya akan cinta. Setelah dicampakkan orangtuanya. Ia terus bertahan dalam kerasnya kehidupan sembari membesarkan Chiya. Keluarga satu-satunya. Mungkin karena itu juga, Tetsu jadi mati rasa.

Camelia menggeleng. Jika ia pergi selama satu bulan. Lalu bagaimana dengan Dira. Di benaknya kini hanya ada Dira. Camelia ingin kembali secepatnya.

"Aku tahu, malam itu kau dikejar oleh suamimu sendiri, bukan? Dan sekarang kau memikirkan anakmu?" tebak Tetsu tepat sasaran. Jangan tanya bagaimana caranya ia tahu, Tetsu cukup menjentikkan jari, dan semua yang ia kehendaki bisa terjadi. Orang-orangnyalah yang sudah mengulas masa lalu Camelia. Bahkan hubungan Camelia dan Derdy yang renggang juga sudah tersampaikan olehnya.

Camelia terhenyak. Ketika membicarakan Dira. Matanya jadi berbinar.

"Apa anda bisa mempertemukan aku dengan anakku?" harapnya.

"Jangankan mempertemukan. Aku bisa membuat pengasuhannya jatuh di tanganmu. Dan lelaki itu tidak bisa melakukan apapun lagi pada kalian," beber Tetsu.

"Asalkan.., kau ingin bekerja sama!" sambungnya dengan senyum tipis.

"Tapi kenapa harus aku, maksudku. Pasti banyak orang yang tertarik dengan pekerjaan ini, kenapa anda memilihku?"

Tetsu tersenyum miring, ternyata Camelia juga sangat bawel. Ia sebetulnya benci ditanyai terus menerus. Seandainya ia tidak membutuhkan Camelia dalam misi khusus. Ia sudah membuang wanita itu jauh

"Kau ingat, malam itu kau tertabrak mobil seorang pria?!"

Camelia berusaha memutar memori. Yah, dia ingat.., pria itu bahkan memberinya uang.

"Dia adalah musuh bisnisku. Aku ingin kau menjatuhkannya!"

Tentunya Camelia semakin tidak mengerti. Apa ia bisa, sayangnya. Tetsu tidak ingin membuang waktu dengan meyakinkan Camelia.

"Fikirkan lagi, jika kau mau. Maka anak, uang dan jaminan keselamatan akan ada di tanganmu. Tetapi jika kau menolak, bersiaplah membayar uang rumah sakit. Juga jangan harap mendapatkan pengashan putrimu." Licik, itu sama saja Tetsu tidak memberikan pilihan apapun.

"Kau bisa mengatakan jawabanmu kepada Eugine!"

"Tidak Tuan, tolong jangan pergi. Jangan apa-apakan anak ku!" Camelia berteriak keras. Ia juga ingin berlari mengejar, sayangnya kakinya masih linu dan sulit digerakkan.

Tetsu pergi. Ia sangat yakin kalau Camelia akan menyetujuinya.

Di sepanjang lorong Eugine mengikuti Tetsu.

"Cepat cari dimana anak wanita itu. Lalu kita ambil sebagai jaminan!" titah Tetsu. Eugine terbelalak. Ia tidak menyangka bosnya bisa bertindak seperti ini. Keheranan Eugine bisa ditangkap Tetsu meski ia membelakangi bawahannya itu.

"Kau tenang saja. Aku tidak akan melakukan apapun padanya. Justru aku ingin menyelamatkannya dari ayahnya yang brutal!"

Eugine merasa cukup lega. Setidaknya hati nurani Tetsu masih bekerja. Dan ia juga setuju dengan saran Tetsu.

"Baik kalau begitu, siang ini juga saya akan mencari tahu, Pak."

Eugine tidak membuang waktu. Ia mendatangi rumah Camelia sesuai alamat yang didapat. Rumah itu sepi, karena Derdy sedang tidak di rumah entah kemana angin membawa langkahnya. Tapi karena itu juga Eugine bisa mencari di mana Dira dengan leluasa.

Seperti mendapatkan restu dari semesta. Dira nyatanya sedang bermain di luar. Pria itu mencocokkan dengan yang di foto.

"Itu dia," gumam Eugine mendekati Dira. Ia terjongkok untuk menyamai tinggi anak itu.

"Om siapa?" Dira jadi mundur. Ia sudah diajarkan oleh Camelia untuk tidak mudah percaya dengan orang asing.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status