Kevin terkejut mendengar ucapan Camelia yang mengijinkannya untuk menikah lagi hanya untuk mendapatkan keturunan. Sungguh, siapa sih pasangan di dunia ini yang tidak ingin memiliki anak? Buah cinta dari pernikahan mereka? Tentu semua ingin. Termasuk Kevin. Namun pernikahan bukan melulu soal memiliki keturunan, melanjutkan silsilah keluarga. Ia menikahi Camelia karena ia mencintai wanita itu sejak pandangan pertama.
Camelia yang begitu manis dan cantik membuat Kevin jatuh cinta hingga memutuskan untuk mempersunting wanita itu hingga menjadi pendamping hidupnya hingga saat ini da
Setelah pendaftaran berbagai berkas dan kemudian diurus oleh notaris kepercayaan keluarganya, Abizar mulai mencari-cari info soal komunitas yang sudah lebih dulu berkecimpung di dunia sosial. Rencananya, yayasannya nanti tidak hanya menampung anak-anak yang terlantar tapi juga membantu mereka untuk melanjutkan pendidikannya. Keuangan keluarga Abizar sangat stabil, apalagi mereka punya rumah sakit pribadi sehingga pendapatan mereka pun banyak. Sehingga mereka ingin sekali berbagi rejeki pada orang-orang yang membutuhkan, terutama anak-anak yang masa depannya masih panjang dan harus diarahkan agar tidak menjadi buruk di kemudian hari.
Kehidupan tidak selalu sejalan dengan apa yang kita inginkan. Namun percayalah jika Tuhan punya rencana yang baik dalam setiap kehidupan. Rencana yang bahkan mungkin awalnya kita anggap sebagai hal buruk, bisa jadi itu adalah rencana terbaik dalam kehidupan yang kita miliki............Haidar mulai menerima keberadaan Rasya dalam lingkungannya termasuk soal Rasya yang ternyata di
Shanum membereskan barang-barang di mejanya sebelum pulang. Akan tetapi pembicaraannya dengan Camelia tadi membuat pikirannya tak tenang. Walau ia yakin jika dalam dirinya yang sampai memicu pada gangguan rahim, meski ia tak kunjung hamil hingga kini. Ditambah insiden tadi pagi saat Rasya memberikannya serangkaian vitamin dan ia malah tersinggung. Harusnya ia tidak semarah itu. Mungkin Rasya hanya berusaha peduli padanya sebagai teman. Shanum sangat menyesali kesensitifan dirinya akhir-akhir ini. Ia pun segera keluar dari ruangannya."Num."Suara dari seseorang yang baru ia pikirkan beberapa menit yang lalu terdengar, membuat Shanum menoleh ke sumber suara. "Rasya?"Rasya hanya tersenyum canggung sembari mengusap tengkuknya. Terlihat sekali ia ingin mengatakan sesuatu. "Soal yang tadi, aku minta maaf. Aku nggak bermaksud membuatmu tersinggung. Aku hanya kepikiran saat beberapa orang membicarakan kamu soal kamu yang belum hamil
Entah apa yang ada dalam benak Shanum. Hatinya diliputi perasaan tak karuan sejak mendengar perbincangan suaminya dan rekannya soal Camelia. Apa iya Camelia mirip dengan Adelia? Kalo iya, lalu kenapa? Apa itu menjadi masalah untuk Abizar? Apa suaminya tiba-tiba jadi rindu dengan mendiang istrinya lagi? Lalu untuk apa dirinya berada di sini?Butuh ketenangan.Itu yang Shanum pikirkan. Ia pun memutuskan untuk pulang sendiri. Tidak menunggu suaminya. Rasanya ia masih belum siap melihat Abizar setelah apa yang ia dengar beberapa menit yang lalu.Akhirnya wanita itu memutuskan untuk pulang naik taksi. Bahkan ponselnya pun mati karena kehabisan baterai. Untunglah, setidaknya ia bisa menghindari Abizar selama beberapa menit ke depan. Mungkin Abizar akan merasa bingung. Namun ia jauh lebih bingung d
Pernikahan itu adalah hubungan kerja sama antara pria dan wanita yang didasari oleh cinta. Jadi, apapun masalah dalam sebuah pernikahan mesti diselesaikan bersama. Selesaikan permasalahannya, bukan hubungannya.Tahun-tahun awal pernikahan merupakan hal yang cukup berat bagi pasangan. Terutama bagi mereka yang berekspektasi tinggi soal kehidupan setelah menikah. Seperti memiliki anak dengan cepat, ekonomi yang membaik, keluarga yang harmonis.Untuk saat ini, satu-satunya masalah yang menimpa Shanum dan Abizar adalah soal anak. Harapan mereka begitu tinggi untuk memiliki anak dalam waktu dekat. Namun harapan hanyalah harapan yang entah kapan bisa terwujud. Terlebih untuk mendapatkan seorang anak, tak hanya butuh usaha tidur bersama tapi juga kepercayaan dari Tuhan tentang kesiapan mereka menjadi orangtua. Anak adalah tanggung jawab yang besar. Bukan hanya tanggung jawab membesarkan dan mendidiknya dengan benar, juga bagaima
Camelia tersenyum miris mendengar suara dari orang- orang di luar kamarnya. Meski tidak terdengar jelas tapi ia tahu jika Medina—kakak iparnya tengah memarahi suaminya—Kevin. Ia sadar dirinya menjadi penyebab semakin renggangnya hubungan kekeluargaan mereka. Ia yang tak pernah dianggap oleh keluarga besar Kevin tanpa sadar membawa pria itu ke dalam masalah yang lebih pelik lagi. Walau Kevin mengaku bahagia bersamanya, tapi ia tahu jelas jika pria itu juga merindukan keluarganya. Kevin masuk ke dalam kamar rawat Camelia beberapa menit kemudian. Wajahnya menampilkan senyum manis seperti biasa, seakan tak ada beban di dalam dirinya. Pria itu sebisa mungkin menahan diri untuk tidak menunjukkan kecemasan di wajahnya yang bisa saja mempengaruhi psikis istrinya. Dia sangat menjaga perasaan Camelia, dia adalah pria yang sangat baik. “ Lusa kita sudah bisa pulang. Kamu senang, kan?” tanya Kevin seraya tersenyum lebar. Camelia mengangguk, berusaha tersenyum agar suamin
Hari demi hari telah terlewati. Waktu berjalan begitu cepat tanpa satu orang pun yang menyadarinya. Semua orang sibuk dengan aktifitas yang hampir sama setiap hari. Termasuk Shanum. Ia masih sama dengan ikhtiarnya juga doanya yang semakin cepat mengudara, berharap waktu hingga keinginannya terwujud bisa segera datang.Kegiatan Shanum bertambah, bukan hanya soal praktek di rumah sakit tapi juga membantu mengelola yayasan yang mertuanya buat. Jasmine dan Januar hanya datang dua kali dalam satu minggu sementara Shanum dan Abizar memantau ke sana hampir setiap hari. Walau anak- anak yang mereka urus baru sepuluh orang, tapi mereka memastikan jika segala kebutuhan anak- anak itu terpenuhi. Bukan hanya pangan tapi juga sandang. Bahkan beberapa anak yang sudah berumur lima dan enam tahun pun dimasukkan ke sekolah TK besar dan TK kecil. Bagaimana pun juga mereka harus mendapat pendidikan yang layak.Shanum merasa bersyukur bisa hidup di antara anak- anak. Meski mereka tak beru
Meta terlihat cantik dengan dress berwarna peach yang dikenakannya. Rambutnya pun dibiarkan terurai dan polesan make up tipis di wajahnya menambah pesona wanita itu. Walaupun begitu, wajahnya seakan tidak menunjukkan raut kebahagiaan. Ia terlihat tidak bersemangat dan tatapan matanya yang sering kali kosong.Rasya menyadari kekosongan di mata Meta maupun hatinya. Ia sangat tahu apa yang wanita ini pikirkan sekarang. Dia pasti tengah memikirkan Haidar, mantan kekasih sekaligus senior di rumah sakitnya itu. Dunia terkadang memang terasa sempit, seolah kita hanya berputar di satu titik saja. Namun Rasya tak memaksakan Meta untuk segera melupakan Haidar, mereka akan memulai hubungan ini secara perlahan. Sama sepertinya yang mulai mencoba mengikhlaskan kebahagiaan Shanum bersama suaminya.“ Jadi, akhir pekan ini kita buat pesta pertunangannya ya? Lalu untuk pernikahannya sendiri dua bulan lagi. Bagaimana?” tanya Resita sebagai orang yang paling bersemangat dalam