Share

6. Aku berjanji padamu

Setelah bertemu dengan perancang busana terkenal, Maevea diantar kembali oleh Rael ke galeri milik wanita itu. Tadi Maevea tidak hanya mencoba sebuah gaun pengantin, tapi juga set perhiasan yang disesuaikan dengan gaunnya.

"Apakah kau mau mampir ke galeriku?" tanya Maevea. Dia telah pergi ke perusahaan Rael, jadi akan imbang jika dia membawa Rael ke galerinya.

"Tentu saja." Rael ingin melihat tempat yang sering didatangi oleh Maevea sehari-hari.

Keduanya melangkah masuk ke galeri Maevea yang saat ini hanya dijaga oleh dua pegawai Maevea saja.

Rael memperhatikan galeri yang tidak terlalu luas itu. Bangunan itu terdiri dari dua lantai. Lantai satu digunakan untuk ruang pameran dan lantai dua digunakan sebagai ruang istirahat dan ruang melukis Maevea.

Maevea membawa Rael ke ruang kerjanya. Tempat itu dipenuhi oleh segala hal yang berhubungan dengan lukisan.

"Ini adalah ruang kerjaku." Maevea berdiri sembari menatap Rael yang hanya berjarak satu langkah darinya.

"Tempat ini dipenuhi oleh aromamu. Aku menyukainya." Rael mengatakan apa yang ada di dalam hatinya.

Maevea tidak memiliki bahan pembicaraan lagi dengan Rael, jadi dia bingung harus mengatakan apa.

Rael mengangkat tangannya lalu melihat ke jam tangannya. "Aku memiliki pertemuan penting dalam dua puluh menit lagi, jadi aku tidak bisa berada di sini lebih lama."

"Aku mengerti." Maevea tidak akan menahan Rael lebih lama lagi.

Rael mendekati Maevea, memangkas jarak di antara mereka. Pria itu menundukan wajahnya lalu kemudian melumat bibir manis Maevea dengan lembut.

Beberapa saat kemudian Rael melepaskan bibir Maevea, pria itu mengelus bibir merah Maevea dengan lembut. "Aku pergi sekarang, sampai jumpa nanti malam."

"Sampai jumpa, Rael. Hati-hati di jalan."

Rael berbalik lalu meninggalkan Maevea sendirian di ruangannya.

Maevea segera duduk di sofa, tangannya menyentuh dadanya yang berdetak kencang. Wajah wanita itu memanas. Dia memiliki keinginan untuk berteriak lagi sekarang. Ini adalah kedua kalinya Rael mencium bibirnya.

Di luar sana, saat ini berita tentang pertunangan Maevea dan Liam yang telah berakhir sudah tersebar. Selain itu terdapat beberapa foto Liam sedang berciuman dengan beberapa wanita yang tersebar di sana.

Selama ini meski Liam melakukan perselingkuhan, tidak ada pernah ada yang berani mengambil gambar dan menyebarkannya.

Itu semua karena keluarga Gilloti sangat disegani sehingga tidak ada yang berani mengusik mereka. Sementara keluarga-keluarga yang hampir setara dengan keluarga Gilloti, mereka mencoba untuk menjaga hubungan mereka agar tetap baik, jadi mereka tidak akan repot dengan skandal Liam.

Sekarang berita pertunangan yang berakhir itu telah bersebar. Orang-orang berpikir bahwa mungkin Maevea yang menyebarkan berita itu.

Mereka yang melihat Maevea dan Rael di restoran kini sudah tidak bertanya-tanya lagi mengenai hubungan Liam dan Maevea. Hanya saja pertanyaan lain muncul, bagaimana Maevea dan Rael bisa memiliki hubungan yang sangat dekat hanya sehari setelah pertunangan Liam dan Maevea berakhir.

Di ruang kerjanya, Liam lagi-lagi murka. Pria itu dibuat marah dua kali hari ini. Dia tahu bahwa bukan Maevea yang menyebarkan berita tersebut, tapi Rael. Tanpa seizin pria itu maka tidak akan ada skandal tentang keluarga Gilloti yang akan menyebar.

Hari ini untuk seorang wanita, pamannya itu akhirnya mengorbankan dirinya. Liam semakin membenci Rael. Pria itu bukan hanya mengambil calon istrinya, tapi juga menyalahkannya atas keputusan sepihak Maevea.

Di bagian lain perusahaan, saat ini Lara mendatangi Rael yang baru saja sampai.

"Kau memiliki waktu kurang dari lima menit untuk bicara, katakan!" Rael berkata acuh tak acuh.

"Rael, bagaimana bisa kau menyudutkan Liam hanya untuk mempertegas status Maevea!" Lara berkata tidak terima.

"Aku bisa, dan aku sudah melakukannya. Kesalahan tidak ada pada Maevea jadi semua hanya bisa diletakan pada Liam. Lagipula aku tidak memfitnahnya, itu adalah kenyataannya dan hampir semua orang di lingkaran kelas atas tahu mengenai hal itu." Rael berkata dengan santai, tidak merasa bersalah sama sekali.

Lara mengepalkan tangannya. Wanita itu menatap Rael semakin tajam. Jika saja tatapannya bisa diartikan sebagai pedang maka Rael sudah ditebas berkali-kali oleh Lara. "Itu tidak bisa dijadikan alasan, Rael. Liam adalah keponakanmu, dia keturunan keluarga Gilloti. Kau seharusnya tidak menjadikan Liam sebagai kambing hitam untuk membenarkan hubunganmu dengan Maevea!"

"Kambing hitam?"

"Ya! Kau pasti telah menaruh minat pada Maevea sejak lama. Kalian mungkin telah berhubungan di belakang Liam."

Rael mendengkus geli. "Waktu lima menitmu sudah habis, Kakak."

"Rael!" geram Lara.

"Berhenti membenarkan apa yang salah, Kakak. Jika kau menyebarkan rumor tidak berdasar ke lingkaran sekitar dan membuat Maevea terlihat buruk maka aku tidak akan segan mengirim Liam ke luar negeri untuk mengurus cabang perusahaan di sana." Rael mengancam Lara. Dia adalah pemegang kekuasaan di keluarga Gilloti, jadi Lara harus mematuhi kata-katanya atau wanita itu akan menderita kerugian.

Mata Lara memerah karena marah. Wanita itu ingin mencabik-cabik dada Rael dan memakan jantungnya. Tanpa mengatakan apa-apa dia segera keluar dari ruang kerja Rael. Dia benar-benar membenci statusnya yang lebih rendah dari Rael.

**

Pukul tujuh malam Rael datang ke kediaman Maevea. Dia datang bersama dengan orangtuanya yang menemaninya untuk membicarakan pernikahan dengan keluarga Maevea.

Persiapan di kediaman keluarga Collin untuk makan malam telah selesai sejak satu jam lalu. Tempat itu tampak sangat rapi dan bersih.

Hidangan makanan sudah tertata, tampak sangat menggugah selera.

Rael dan orangtuanya mendapatkan sambutan hangat dari Artur dan Serena. Mereka mempersilahkan Rael dan orangtuanya untuk segera duduk.

Malam ini Maevea mengenakan gaun berwarna pastel yang membuatnya tampak begitu lembut dan anggun. Wanita itu duduk di sebelah ibunya. Pandangannya bertemu dengan pandangan Rael, senyum manis tampak di wajah indahnya.

Rael menyukai senyuman itu. Akan sangat baik jika saat ini dia berdua saja dengan Maevea.

Makan malam dimulai. Semua orang makan dengan tenang. Baru setelah mereka selesai, pembicaraan serius dimulai.

"Pernikahan antara aku dan Maevea akan dilaksanakan dalam enam hari lagi. Semua persiapan sedang dilakukan saat ini. Undangan akan siap besok. Tuan dan Nyonya Collin bisa mengundang siapa saja yang ingin kalian undang." Rael berkata dengan ringkas. Bukan sesuatu yang mustahil bagi seorang Rael untuk membuat sebuah pesta pernikahan hanya dalam satu minggu.

Dia memiliki hotel yang bisa dipakai kapan saja untuk acara yang ingin diadakan olehnya. Selain itu dia memiliki banyak uang dan kekuasaan yang mempermudahnya dalam mengatur segalanya.

Orangtua Maevea tidak memiliki keluhan terutama ayah Maevea. Dia jelas lebih menyukai pengaturan seperti ini, di mana semuanya sudah disiapkan dan dia tidak perlu memikirkan apapun.

Pembicaraan mengenai pernikahan telah selesai. Rael kini berada di ruang kerja Artur berdua saja dengan Artur.

"Ini adalah surat kontrak kerja sama antara grup G dan Collin Corporation." Rael telah menyiapkan surat kontrak itu sebelumnya. Dia jelas akan memberikan keuntungan untuk Artur, dan itu jelas lebih banyak dari yang pria itu dapatkan dari Jhon Chester, ayah Liam.

Mata Artur berbinar, ini adalah apa yang sangat dia inginkan. Dia benar-benar puas dengan calon menantunya.

Rael menganggap surat kontrak itu bukan sebagai pembayaran untuk membeli Maevea dari Artur, tapi sebagai bayaran bagi Artur karena telah membesarkan Maevea dengan sangat baik.

Sebagai seorang ayah, Artur hanya memiliki sedikit kekurangan. Pria itu pilih kasih terhadap anak-anaknya dan menggunakan putrinya untuk mendapatkan keuntungan. Selain dari itu Artur merupakan ayah yang cukup baik. Dia memastikan Maevea tidak kekurangan apapun.

"Pelajari terlebih dahulu, besok silahkan datang ke perusahaan untuk membahas tentang kontrak itu."

"Baik, Tuan Rael."

"Tidak perlu terlalu sungkan. Aku akan menjadi menantu Anda dalam waktu kurang dari satu minggu lagi, cukup panggil saja aku Rael."

"Baik, Rael."

Rael tidak memiliki hal lain lagi, jadi dia segera menyelesaikan pembicaraan tersebut. Dia kembali menemui Maevea.

"Apakah kau akan segera pulang?" tanya Maevea pada Rael.

"Apakah calon istriku keberatan aku pulang? Aku bisa menginap di kamarmu jika kau tidak ingin aku pulang." Rael tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menggoda Maevea.

Maevea menatap Rael dengan matanya yang melebar. "Tidak, aku tidak keberatan kau pulang. Silahkan, hati-hati di jalan."

Rael terkekeh geli. Dia mendekati Maevea lalu mengecup kening Maevea lembut. "Sebenarnya aku sedih karena calon istriku tidak ingin menghabiskan lebih banyak waktu denganku, tapi tidak apa-apa, sebentar lagi kita akan menikah, kita bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama."

"Sudah malam, kembalilah." Maevea mendorong tubuh Rael menuju ke pintu kediamannya.

"Besok siang Dustin akan menjemputmu lagi. Kita akan memilih cincin bersama, luangkan waktumu."

"Aku tidak sibuk sepertimu, jadi aku pasti memiliki waktu."

"Itu bagus. Di masa depan kau akan meluangkan seumur hidupmu untukku."

"Rael, aku tidak menyangka jika pria sepertimu memiliki mulut yang sangat pandai merayu."

"Sepertimu? Seperti apa itu?"

"Kau dingin, cuek, tidak banyak bicara dan sulit didekati."

"Itu hanya berlaku untuk orang lain, Eve. Untukmu aku akan menjadi hangat, penuh perhatian, cerewet dan sangat mudah didekati."

Hati Maevea berbunga-bunga karena kata-kata Rael. "Benarkah hanya untukku saja?"

Rael menarik Maevea ke dalam dekapannya. "Tentu saja. Hanya Maevea Collin yang akan mendapatkan perlakukan istimewa itu."

"Jangan mengubah kata-katamu di masa depan."

"Aku berjanji padamu." Rael tidak pernah memiliki ketertarikan terhadap lawan jenisnya, dan Maevea adalah pengecualian. Sejujurnya Maevea telah menarik perhatiannya sejak pertama kali dia melihat wanita itu. Seperti yang dikatakan oleh orang-orang, Maevea memiliki kecantikan yang hampir tiada tara, tidak hanya cantik, Maevea juga memiliki tempramental yang tidak dimiliki oleh wanita lain. Dia tampak seperti wanita bangsawan, tapi sayangnya Maevea dijodohkan dengan Liam. Dia tidak memiliki keinginan untuk merebut sesuatu yang sudah dimiliki oleh orang lain, terlebih Maevea sendiri setuju dengan perjodohan itu.

"Aku memegang janjimu." Maevea menatap Rael dalam-dalam.

Rael mencium bibir Maevea sekilas. "Aku pergi sekarang. Masuk dan istirahatlah. Sampai jumpa besok siang."

"Sampai jumpa, Rael." Maevea menunggu sampai Rael masuk ke dalam mobilnya. Dia baru pergi setelah mobil Rael melaju.

tbc

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nim Ranah
sampai bab ini aku masih suka
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status