Share

Bab 2 Gosip

Mobil sampai di rumah El. Bian segera turun dari mobil. Dia menurunkan kopernya terlebih dahulu sebelum masuk. Rencananya, dia akan tidur di rumah kakaknya terlebih dahulu malam ini. Besok baru dia akan pulang. Karena jika dia pulang malam, tentu saja daddy dan mommy akan curiga. Karena Bian tidak langsung pulang.

Bian masuk ke rumah sambil menarik kopernya. Dua keponakannya sudah berlari masuk memanggil sang mommy.

“Mommy, Uncle Bian sudah datang.” Kean dan Lean yang masuk ke rumah memberitahu sang mommy.

Bian hanya bisa tersenyum melihat aksi keponakannya itu. Dia terus mengayunkan langkahnya masuk ke rumah. Saat masuk, dia melihat sudah banyak kakak-kakaknya di sana. Ada Freya-istri El, ada Ghea-kakaknya dan sang suami Rowan, ada Al-kakak sepupunya dan sang istri Shera, dan terakhir ada Dean-sepupunya bersama sang istri Dearra. Mereka semua berkumpul untuk melanjutkan obrolan mereka di chat pesan kemarin.

“Uncle Bian.” Anka, Rigel, dan Gemma berlari. Mereka begitu senang sekali melihat pamannya datang. Bian adalah paman yang paling mereka suka. Karena selalu mau bermain dengan mereka semua. Mereka semua memeluk pinggang Bian.

Bian langsung memeluk tiga keponakannya itu. “Wah … keponakan Uncle sudah besar sekali.” Bian senang sekali melihat keponakannya.

“Apa kabar, Bi?” Al memeluk sepupunya itu.

“Baik, Kak.” Bian tersenyum saat di peluk sang kakak.

“Lihatlah akhirnya kamu pulang juga.” Di samping Al ada Dean yang menggoda Bian. Selama di London, mereka memang tinggal bersama. Dean pulang lebih dulu karena harus segera bekerja di rumah sakit milik keluarga, sedangkan Bian masih asyik tinggal di London.

“Akhirnya aku menyusulmu.” Bian memeluk Dean. Dia tertawa akhirnya pulang juga. Padahal, dia berniat tinggal lama di London. Bian yang melihat anak Dean yang sedang digendong langsung mengambil alih. “Derran kamu lucu sekali.” Dia mendaratkan kecupan di pipi sang anak dua tahun itu. Dari Dean Bian beralih ke kakak iparnya-Rowan. “Apa kabar, Kak?” tanyanya sambil memeluk.

“Baik.” Rowan tersenyum. Senang melihat adik iparnya yang sudah kembali.

“Rivans mana?” Bian menatap kakak iparnya dan kakaknya-Ghea. Tidak menemukan satu keponakannya.

“Dia di rumah mommy. Tadi pagi mommy meminta Rivans dibawa ke sana. Jadi aku belum menjemputnya.” Ghea menjawab ke mana keberadaan anaknya.

Bian mengangguk. Satu belum bertemu satu keponakannya. Berharap nanti dia akan segera bertemu.

Mereka segera duduk. Bian masih menggendong Derran. Bayi dua tahun itu terlihat mengemaskan sekali.

“Sepertinya, jika tidak ada masalah ini kamu tidak akan pulang.” Shera menggoda adik iparnya.

“Sepertinya begitu.” Bian membenarkan ucapan kakak iparnya.

“Sudah, kamu bersihkan tubuhmu dulu saja. Nanti kita bicarakan lagi.” Freya mengakhiri obrolannya. Meminta Bian untuk ke kamar tamu yang sudah disiapkan. Pasti adik iparnya itu butuh menyegarkan tubuhnya.

“Kita tidak bicara sekarang saja?” Bian sudah tak sabar untuk membahas masalah sang daddy.

“Kamu harus segarkan tubuhmu dulu. Baru kita bisa bicarakan.” Dearra memberikan nasihat pada Bian.

Bian membenarkan apa yang diucapkan Dearra. “Baiklah.” Akhirnya dia mengalah. Memilih untuk menarik kopernya ke kamar.

Di saat Bian sedang ke kamar, para wanita memilih untuk menyiapkan makan malam. Mereka akan makan malam dulu sebelum membahas semuanya. Para pria pun mengobrol sambil menunggu makan malam disiapkan.

***

Rasa segar dirasakan Bian setelah membersihkan tubuhnya. Hal itu membuatnya lebih nyaman dibandingkan tadi. Setelah selesai membersihkan tubuh, Bian segera bergabung dengan kakak-kakaknya.

Ternyata kakak-kakaknya telah bersiap untuk makan malam. Alhasil, dia menikmati makan malam bersama lebih dulu sebelum membahas tentang sang daddy.

“Ayo kita makan dulu.” Freya mengajak semua untuk segera ke ruang makan.

Semuanya ke ruang makan. Anak-anak begitu antusias sekali makan bersama. Mereka semua ingin duduk di dekat Bian. Para orang tua hanya menggeleng heran. Bian memang jadi magnet untuk anak-anaknya.

Bian tidak pernah keberatan ketika keponakannya mendekatinya. Dia memang selalu senang. Bian duduk di antara Anka dan Gemma. Di samping mereka ada Kean, Lean, dan Rigel. Derran yang duduk di samping sang mommy ingin ikut juga, tetapi Dearra memintanya duduk di sampingnya saja.

“Uncle nanti kita main ya.” Anka menatap Bian penuh harap. Dia merasa begitu tak sabar bermain dengan pamannya.

“Mainnya nanti, Sayang. Unlce Bian masih lelah.” Shera memberitahu sang anak.

“Iya, Anka tahu. Nanti maksudnya.” Anka membenarkan ucapannya itu.

Bian tersenyum melihat keponakannya yang pandai sekali menjawab. “Iya, nanti jika Uncle lelahnya sudah hilang, kita main.”

“Ye ….” Anka begitu senang. Dia segera menatap Gemma yang berada di seberang pamannya. “Nanti Kak Gemma ikut ya,” pintanya.

“Iya.” Gemma mengangguk setuju.

Suasana makan malam begitu hangat. Mereka tertawa sesekali melihat aksi anak-anak. Sudah lama mereka tidak berkumpul seperti ini. Meskipun belum semuanya. Masih ada saudara yang menetap di London.

Usai makan malam, mereka semua beralih ke ruang keluarga. Anak-anak diarahkan ke kamar Kean dan Lean lebih dulu agar mereka bisa bermain. Dearra yang bertugas menjaga anak-anak, sekaligus menjaga anaknya yang masih bayi.

“Seperti apa gosip yang Kak El dan Kak Al dengar sebenarnya?” Bian begitu penasaran sekali.

“Gosip yang aku dengar daddy sering pergi berdua dengan Flavia. Dari mulai makan bersama sampai pergi ke luar kota bersama. Memang Adion sedang mengerjakan proyek hotel milik Davis. Jadi memang sedang dalam proses pembangunan tahap awal. Jadi daddy sering ke lapangan.” El mencoba menjelaskan pada semuanya tentang kabar yang didengarnya itu.

“Tunggu-tunggu. Flavia? Namanya seperti tidak asing?” Bian merasa nama itu begitu familiar di telinganya.

“Dia anak tetanggaku.” Freya menjelaskan pada Bian.

Akhirnya Bian ingat. Jika Flavia itu adalah tetangga kakaknya. Dulu sekali, dia pernah bertemu di pesta pernikahan kakaknya-Ghea. Walaupun sekarang dia lupa wajah gadis itu.

“Yang mana orangnya. Setiap aku ke sini tidak pernah lihat.” Ghea menimpali. Merasa tidak pernah bertemu dengan gadis yang dimaksud itu.

“Dia tinggal di apartemen sekarang. Waktu itu, aku bertemu dengan mamanya dan saling bercerita.” Shera menjelaskan.

“Aku punya akun media sosialnya.” Freya segera mengeluarkan ponselnya. Kemudian mencari nama akun di media sosial. “Flavia Claire.” Freya menyebut namanya sambil menulis di ponselnya. “Ini.” Akhirnya ketemu juga akun media sosial Flavia. Freya segera menunjukan pada semuanya. Meletakkan ponselnya di atas meja.

Semua langsung melihat ponsel Freya. Melihat seperti apa gadis cantik itu.

Bian melihat dengan saksama foto Flavia. Gadis itu semakin cantik dan seksi dibanding dulu waktu dirinya bertemu. Dengan tubuh yang seksi, tentu saja dia akan mudah menggoda pria. Sebagai pria saja, Bian langsung terpesona dengan foto Flavia. Jadi bisa jadi sang daddy juga ikut terpesona.

“Cantik.” Satu kata keluar dari mulut Bian tanpa disadari.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
siti yulianti
bian" knp kamu jd playboy kyk bapak mu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status