เข้าสู่ระบบSumpah demi apapun, Merza tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. Rasanya begitu canggung, kala berjalan bersama cowok jangkung yang berada di sampingnya ini. Dia tidak tahu apakah ucapan Regan tadi benar-benar dari hatinya atau memang dia hanya bermain-main.
Merza tidak berani bertanya, nyalinya tiba-tiba menghilang seketika bak tertiup angin hingga dia hanya bisa diam tanpa melakukan apapun.
Tujuan mereka datang ke pusat perbelajaan ini hanya untuk mencari buku yang akan Merza gunakan sebagai pedoman tugas kuliahnya, namun buku yang Merza inginkan sudah terjual habis.
Jadi mau tak mau, dia harus berpikir hendak mencari buku itu ke mana lagi. Ingin bertanya pada Ghea, namun gadis itu tak kunjung membalas pesannya.
"Happy birthday!" seru Ghea dengan tawa gembira kala seorang lelaki yang ia tunggu datang tergesa-gesa dengan wajah khawatir.Aland menghela napas kasar, dia mengacak asal rambutnya yang basah karena keringatnya sendiri. Sedangkan di depannya Ghea masih saja tersenyum seraya berjalan mendekat bersama kue dengan lilin yang menyala di atasnya."Ghe.., nggak lucu," ucap Aland sedikit kesal. Dia hampir menabrak orang dijalan akibat memacu motor dengan kecepatan tinggi karena Ghea mengatakan jika ada lelaki yang mengikutinya sejak tadi. Alhasil, Aland bergegas datang ke rooftop sekolah Ghea. Tapi ternyata semua hanya skenario yang Ghea buat sendiri karena ini adalah hari ulang tahunnya.Gadis dengan t-shirt putih dan rok cokelat selutut itu lant
Arlen mengusap wajahnya mengingat percakapan itu. Tanpa dia minta pun, Arlen akan tetap menjaga Merza, walau itu dari kejauhan. Tapi percayalah, Arlen ikut bahagia melihat betapa senangnya Merza kala berada di dekat Regan.Namun sayang, dikemudian hari lelaki itu akan menyakitinya."Ini udah malem, bahaya kalau lo pulang sendiri. Lagian jam segini taksi juga jarang lewat," ucap Arlen menjawab perkataan Merza tadi.Merza memalingkan wajah ke samping, menatap lampu jalanan dari dinding kaca disampingnya. Benar juga, bisa-bisa dia akan bertemu om-om genit jika berdiri lama dipinggir jalan."Yaudah, deh. Tapi gue nggak ngerepotin lo, kan?"Arlen menggeleng.
Pukul 00.15 WIBEntah apa yang berada di pikirannya hingga memilih untuk membawa gadis yang benar-benar ingin dia hindari itu ke Apartemen. Biasanya Gio tidak peduli dengan siapapun, bahkan harus meninggalkan seorang wanita di tempat seperti itu pun dia tak peduli.Tapi kini mengapa berbanding terbalik?Bahkan kini Gio mengambil makanan kesukaannya untuk dia berikan pada gadis itu, seperti roti, susu strawberry dan juga minuman penghilang pengar yang sering ia konsumsi jika minum terlalu banyak.Setelah meletakan makanan itu di atas sofa, dan menempelkan note kecil di sana, dia pun beralih mendekati Grace yang masih tertidur lalu menarik selimutnya untuk menutupi tubuh gadis itu hingga sebatas dada.
Seusai sarapan pagi, Regan tetap berada di restoran hotel menunggu Davin yang beberapa menit lalu masih terlelap. Dia mendengus pelan, padahal semalam Regan sudah mengatakan jika mereka akan pergi pukul 9. Namun nyatanya perkataannya itu tak diindahkan.Kamar mereka berbeda, karena Regan tidak ingin tidur dengan suara dengkuran Davin yang amat menganggu. Maka dari itu dia tidak tahu jika nyatanya Davin belum bangun juga.Regan kembali mengirim pesan ke nomor Davin, dan tak lama kemudian cowok itu membalas jika dia akan turun menuju restoran. Setelah membaca pesan itu, jari Regan beralih membukaroom chat-nya bersama Merza. Awalnya dia ingin mengirim pesan saja, namun yang terjadi dia malah menelepon gadis itu.Namun sudah beberapa detik berlalu, tak ada tan
Suara bising yang berasal daridance floor, asap vape dan rokok yang bergumpal menjadi satu diudara, sudah cukup menjelaskan tempat dimana gadis itu berada.Tangannya meraih sebotolwine, lalu menuangkannya ke dalam gelas kecil dan menenggaknya hingga habis. Tidak tahu sudah gelas ke berapa, Grace tidak peduli. Pikirannya berkecamuk memikirkan tentang seorang lelaki bernama Daniel Liodan A, itu.Siapa dia sebenarnya? Mengapa identitasnya tidak bisa ditemukan?Grace sudah berusaha mencari tahu, dia bahkan meminta orang kepercayaan di keluarganya untuk menyelidiki kasus tersebut, tapi tetap saja, hasilnya nihil.Semua informasi mengenai dirinya tidak dapat ditemukan. Seolah dia hidup dengan
Ruangan kotor dan cahaya lampu yang redup adalah hal pertama kali yang Viola lihat serta ia membuka mata. Merasa aneh dengan kedua tangannya, gadis itu pun mencoba menggerakkan tangannya yang terikat, ia meronta-ronta dan berteriak minta tolong. Namun tak ada suara yang terdengar kecuali suara serangga dimalam hari.Dia seolah berada dirumah yang terletak ditengah hutan.Viola mulai mengingat kejadian terakhir sebelum dia berakhir ditempat ini. Dalam ingatannya dia pergi ke taman belakang kampus karena Andien memintanya ke sana, namun nyatanya Andien tidak mengatakan itu. Lalu tak lama kemudian seseorang memukul kepalanya dari arah belakang hingga dia terjatuh dan tak sadarkan diri.Viola menghela napas panjang, peluh mulai membasahi dahinya. Tubuhnya terasa lemas tak be







