Tangan putih yang dibalut jam tangan hitam polos itu meraih sebuah bingkai foto berukuran sedang yang selalu terletak di atas nakas kamarnya sejak lima tahun yang lalu. Dia mengulas senyum tipis kala melihat seseorang dalam foto itu. Rambut sebahu yang indah, senyum manis menawan, serta tatapan penuh binar yang tak bisa Merza lupakan hingga kini.
"Kakak cantik banget, Merza jadi iri," gumamnya seraya terkekeh hambar. Seharusnya Merza tidak meletakkan barang-barang peninggalan Kakaknya di sini, agar dia tidak mengingat jika sosok wanita tangguh itu telah tiada.
"Kakak tau nggak, Merza punya sahabat yang sifatnya mirip banget sama Kakak. Namanya Bella, dia kuat, dia tangguh, dia adalah orang kedua yang Merza kagumi setelah Kakak," ucap Merza lirih dengan mata yang berkaca-kaca.
Kini gadis berambut kucir kuda itu terlihat diam tanpa bisa berkata-kata. Kedua matanya pun tampak setia melihat orang itu dan enggan untuk berkedip."Denger nggak lo apa yang gue bilang?" Arlen, sosok lelaki yang berbicara padanya itu kembali mengulang pertanyaan. Karena tampaknya si lawan bicara tidak mendengarkan.Merza tersadar dan menggelengkan kepala pelan, "Ah? Lo..lo bilang apa tadi?" balasnya disertai wajah bingung. Namun detik berikutnya dia mengalihkan pandangan, melihat Regan yang berjalan melewatinya. Cowok itu bahkan tidak menoleh sedikitpun ke arah Merza.Arlen mendengkus, entah menapa dia merasa kesal karena Merza masih menatap Regan dengan pandangan seperti itu. Terlihat bodoh.Dia beralih menarik t
Tangan putih yang dibalut jam tangan hitam polos itu meraih sebuah bingkai foto berukuran sedang yang selalu terletak di atas nakas kamarnya sejak lima tahun yang lalu. Dia mengulas senyum tipis kala melihat seseorang dalam foto itu. Rambut sebahu yang indah, senyum manis menawan, serta tatapan penuh binar yang tak bisa Merza lupakan hingga kini."Kakak cantik banget, Merza jadi iri," gumamnya seraya terkekeh hambar. Seharusnya Merza tidak meletakkan barang-barang peninggalan Kakaknya di sini, agar dia tidak mengingat jika sosok wanita tangguh itu telah tiada."Kakak tau nggak, Merza punya sahabat yang sifatnya mirip banget sama Kakak. Namanya Bella, dia kuat, dia tangguh, dia adalah orang kedua yang Merza kagumi setelah Kakak," ucap Merza lirih dengan mata yang berkaca-kaca.
"Hm, ayo kita pacaran."Mata Lyora sontak membulat sempurna kala mendengar itu. Ini terlalu tiba-tiba dan dia sedikit tidak menyangka. Bahkan tadinya dia berpikir jika Regan akan menolaknya karena perlakuan cowok itu tidak memperlihatkan jika dia menaruh perasaan pada Lyora.Tapi tidak masalah, jika Regan tidak menyukainya, itu akan berlaku untuk saat ini. Karena setelahnya dia akan berusaha agar Regan membalas perasaannya. Dengan cara apapun.Dia tertawa kecil merespon perkataan Regan tadi, "Lo..lo serius?"Regan menganggukkan kepala singkat, "Hm, tapi gue mau nanya satu hal sama lo.""Apa?" tanya Lyora dengan masih mempertahankan wajah berserinya.
Langkah kaki itu terdengar jelas didalam sebuah bangunan tua berlantai dua. Tempat yang gelap, namun dipenuhi oleh lukisan-lukisan aneh. Tidak banyak yang tahu tempat ini, karena letaknya sangat tersebunyi. Bahkan mereka yang akan memasukinya harus melalui jalanan kecil ditengah hutan."Akhirnya lo dateng juga."Tangan itu terkepal sempurna beserta tatapan tajam yang dia arahkan pada sosok lelaki berambut gondrong di depannya."Mana dia?"Cowok berjaket hitam dengan logo tengkorak di belakangnya itu tersenyum sinis. Tanpa bertanya pun dia tahu apa yang di maksud lawan bicaranya."Lo nggak perlu tau dia ada di mana."Re
"Za! Mama sama Papa berangkat duluan ya! Sarapannya jangan lupa dimakan!" seru Mamanya yang kini sudah menghilang di balik pintu utama. Merza yang tadinya menuruni anak tangga dengan senyum mengembang pun perlahan memudar kala mendengar itu.Dia menghela napas berat, dia pikir mereka bisa makan bersama pagi ini. Tidak ingin terlalu memikirkan itu, Merza pun memilih untuk melangkah mendekati pantry lalu melihat ada beberapa potongan sandwich dan segelas susu putih yang berada di atasnya.Merza tidak langsung memakannya, melainkan mengambil kotak bekal lalu memasukkan sandwich itu kedalam. Ia tersenyum, sudah bisa ditebak, kan itu untuk siapa?Setelah semuanya selesai gadis yang mengenakan jumpsuit rok dilapisi kaus polos itu berjalan keluar rumah untuk mengeluarkan mobil
Merza menatap kagum bangunan berlantai dua dihadapannya. Dia menolehkan kepala ke samping, di sana terdapat banyak tanaman hias beserta kolam ikan mini di sisi kanannya.Dia tengah berada di depan rumah Regan, hasil pemaksaannya karena tadi cowok itu sempat menolak untuk membawanya ke sini."Di rumah gue nggak ada siapa-siapa," suara Regan barusan membuat Merza yang tengah asyik meneliti suasana disekitarnya menjadi mengalihkan pandangan."Oh ya? Nyokap bokap lo mana?" balasnya. Jika dilihat-lihat, sangat disayangkan bila rumah sebesar ini hanya dihuni oleh satu orang."Pergi. Udah, nggak usah banyak tanya. Masuk sana," ujar Regan sembari turun dari motornya dan mendahului Merza untuk masuk ke dalam rumah.Gadis itu mengikuti langkah Regan dengan tangan yang menggaruk kepalanya bingung, dia terlalu kepo pada keluarga Regan. Apalagi saat mengetahui jika cowok itu tinggal sendiri. Dan juga, ke mana kedua orangtuanya pergi?"Wahh lo beneran tinggal sendiri, Gan? Berani banget," ucap Merz