Share

Perishable
Perishable
Author: Chairunnisamptr

PROLOG

last update Huling Na-update: 2025-08-08 21:41:40

"Regan!"

"Woi!"

"Elah, kuping lo budeg, ya?!"

"REGANN!"

Teriakan gadis yang kini tengah berada di area parkiran kampus itu mengundang perhatian beberapa mahasiswa yang kebetulan berada di sana.

Merza menekuk wajahnya dengan mata memandang punggung seorang cowok yang berjalan tanpa menoleh ke arahnya itu .

Dia yakin seratus persen jika suara yang dia keluarkan tadi sudah cukup kuat untuk didengar oleh pemilik telinga normal.

Kesal karena diabaikan, dia pun berlari kecil mensejajarkan langkahnya pada cowok tinggi itu.

"Ck, pantesan aja nggak kedengeran," decak Merza kala melihat sepasang earphone yang menempel di telinga Regan.

Tanpa mengatakan apapun Merza langsung mencabut benda itu hingga membuat Regan berhenti melangkah. Dia menoleh ke samping, memperlihatkan wajah Merza yang menatapnya kesal.

"Kenapa muka lo gitu?"

Merza mendengkus keras, "Gue kesel sama lo! Dipanggil dari tadi juga."

Regan mengambil alih earphone-nya yang berada di tangan Merza, lalu memasukkannya ke dalam saku celana.

"Ya sorry, nggak denger."

Merza mencebik, dia berjalan mendahului Regan. Pagi-pagi dia sudah dibuat kesal, Merza begitu mengasihani dirinya sendiri, mengapa bisa menyukai cowok modelan seperti Regan ini.

Ganteng sih ganteng, tapi sayang sikapnya begitu menyebalkan hingga membuat Merza menahan kesal setiap hari.

"Gitu aja ngambek. Gue 'kan udah minta maaf," ucap Regan yang kini berjalan di samping Merza.

Namun gadis itu diam, seolah tidak mendengar.

"Di maafin nggak?"

Merza bergeming. Dia tetap melangkah tanpa menoleh sedikitpun pada Regan. Biarkan saja dia tahu bagaimana rasanya diabaikan.

"Za."

Tapi tunggu, mengapa panggilan itu membuat hati Merza berbunga? Oh tidak, dia tidak boleh goyah.

"Merza."

Sial, kenapa Regan harus bersuara dengan nada seperti itu? Tolong hargai hati Merza, dia tidak kuat jika akhirnya seperti ini.

"Lo beneran marah?"

Merza melipat kedua tangannya di depan dada, dia tetap mengayunkan kaki menuju kelasnya yang terletak di depan sana.

"Yaudah," putus Regan sembari berjalan berbelok, karena mereka berdua tidak berada di fakultas yang sama.

Merza berbalik, lalu membulatkan sedikit mulutnya tak percaya. Dasar cowok tidak peka! Bukannya berusaha untuk meminta maaf dia malah pergi begitu saja.

Lagi-lagi Merza hanya bisa menyabarkan hati. Karena ini bukan pertama kalinya. Namun tetap saja, Merza kan juga ingin memiliki pasangan seperti teman-temannya, yang bisa diajak untuk bercerita, jalan-jalan, foto-foto, bukan malah dicuekin dan bertengkar!

"Oke, sabar. Ini resiko punya pacar yang hatinya kedaluwarsa."

****

Kelas Merza baru saja usai, setelah Dosen mereka keluar dari kelas, saat itu juga Merza menjatuhkan kepalanya ke atas meja. Dia benar-benar tidak bersemangat hari ini, tidak seperti hari- hari biasanya.

"Etdah muka lo masem amat, kantin yuk?" ajak Ghea yang kini berdiri di samping Merza, dia menyengol lengan gadis itu hingga Merza berdecak kesal.

"Lagi males, lo aja deh," katanya lesu.

"Yakin nggak mau ikut? Biasanya lo semangat kalo mau ke kantin, apalagi bakal ketemu doi," ucap Ghea, karena dia sudah tahu betul bagaimana Merza jika sudah bertemu Regan.

Memang gadis itu tidak terlalu memperlihatkannya di depan cowok itu, namun Merza selalu bercerita dengannya, tentang bahagianya dia bisa berada di samping Regan.

"Buat hari ini nggak, gue males ketemu dia."

Ghea menghela napas panjang. Dia menarik satu kursi yang berada di dekatnya lalu duduk disamping Merza.

"Kenapa lagi dia?"

Merza menarik napas pelan, dia menegakkan tubuhnya. "Lo punya pacar, kan Ghe? Gimana dia sama lo?"

Gadis berambut sebahu itu lantas berpikir, "Baik, perhatian, romantis juga. Kita udah pacaran sejak SMA, jadi ya udah saling percaya aja," jawaban Ghea membuat Merza iri. Dia juga ingin memiliki pasangan seperti itu.

Mengapa dalam hal percintaan Merza selalu tersakiti?

"Enak ya, semoga lo berdua langgeng," balas Merza, wajahnya terlihat begitu lesu hingga Ghea ingin tertawa melihatnya. Namun dia tahan, takut Merza akan kesal.

"Amin. Yaudah, mau ke kantin nggak nih?"

Merza bergerak dari tempatnya, dia berdiri lalu melangkah keluar kelas bersama Ghea.

Semoga saja dia tidak bertemu Regan, karena kalau iya, bisa-bisa dia tidak akan berselera makan. Dia sedang marah dengan cowok itu, jadi untuk hari ini dia berharap untuk tidak bertemu Regan.

"Permisi," suara asing itu menghentikan langkah Merza dan Ghea yang sedang berjalan di koridor kampus.

"Ya, Pak?" Merza membalas karena Bapak yang tidak Merza kenal itu melihat ke arahnya.

"Ini, ada titipan dari seseorang," ucap Bapak kurir itu seraya memberikan sebuket bunga pada Merza.

Gadis itu menerimanya dengan wajah bingung, dia ingin menanyakan siapa orang itu, namun Bapak kurir tadi sudah pergi.

"Lo ada mesen bunga?" tanya Ghea, dan mendapat gelengan dari Merza.

Gadis itu melihat ada sebuah note berwarna pink yang terdapat di dalam buket itu, dia lantas meraihnya lalu membaca tulisan di sana.

Maaf

Bibir Merza berkedut ingin tersenyum lebar. Satu kata yang tertulis di sana sudah menjawab siapa yang memberikannya bunga.

Melihat perubahan mimik wajah temannya itu Ghea pun sudah bisa menebak bunga itu dari siapa.

"Dih apaan coba, dia pikir gue seneng gitu?" ucap Merza, dia ingin tetap kesal, namun mengapa pipinya memanas?

"Halah basi! Nggak seneng tapi lo senyam-senyum," ledek Ghea sembari menggelengkan kepalanya.

Merza menarik sudut bibirnya melihat bunga itu, dia mengedarkan pandangan, mencari keberadaan seseorang, tapi tampaknya dia tidak berada di sekitar sini.

"Za, gue pergi duluan ya! Males jadi obat nyamuk!" pamit Ghea lalu pergi dari sana. Merza menatap kepergiannya dengan sebelah alis terangkat. Jadi nyamuk bagaimana? Jelas-jelas tidak ada Regan di sini.

Namun detik berikutnya, Merza merasakan ada tangan yang mengusap rambutnya, dia sontak menoleh ke samping, ada Regan yang tersenyum kecil padanya.

"Gimana? Dimaafin nggak?"

Merza berdecih pelan, dia mengalihkan wajah, anggap saja dia masih kesal agar Regan tahu bahwa dia bisa benar-benar marah.

"Nggak! Gue masih kesel sama lo!"

"Yakin? Yaudah siniin bunganya, gue kasih ke cewek lain aja," Regan membalas, membuat Merza refleks memeluk bunga itu.

"Ya jangan!"

Regan menarik sudut bibirnya ke atas, tangannya terangkat mengacak rambut gadis itu. "Ayo pulang, biar gue anter.'

Ternyata Merza memang tidak bisa mempertahankan wajah kesalnya lama-lama. Karena bibirnya tak bisa jika tidak tersenyum.

Cowok itu menarik tangan Merza agar berjalan beriringan bersamanya. Perlakuan sederhana ini sudah cukup membuat Merza bahagia.

Nyatanya, dia tidak perlu diperlakukan dengan cara romantis, dengan kata-kata cinta, atau dengan pelukan hangat. Cukup dengan Regan berada di dekatnya, menggenggam tangannya, itu sudah membuatnya merasa dicintai.

"Gan, lo suka sama gue?" Merza bertanya, dan Regan lantas menoleh ke arahnya.

"Nggak papa kok, kalau lo nggak suka sama gue. Gue nggak akan maksa. Tapi gue minta satu, tolong jangan buat gue kecewa."

"Bisa, kan?"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Perishable   49. MALAM SEUSAI HUJAN

    "Happy birthday!" seru Ghea dengan tawa gembira kala seorang lelaki yang ia tunggu datang tergesa-gesa dengan wajah khawatir.Aland menghela napas kasar, dia mengacak asal rambutnya yang basah karena keringatnya sendiri. Sedangkan di depannya Ghea masih saja tersenyum seraya berjalan mendekat bersama kue dengan lilin yang menyala di atasnya."Ghe.., nggak lucu," ucap Aland sedikit kesal. Dia hampir menabrak orang dijalan akibat memacu motor dengan kecepatan tinggi karena Ghea mengatakan jika ada lelaki yang mengikutinya sejak tadi. Alhasil, Aland bergegas datang ke rooftop sekolah Ghea. Tapi ternyata semua hanya skenario yang Ghea buat sendiri karena ini adalah hari ulang tahunnya.Gadis dengan t-shirt putih dan rok cokelat selutut itu lant

  • Perishable   48. MELEWATI BATAS

    Arlen mengusap wajahnya mengingat percakapan itu. Tanpa dia minta pun, Arlen akan tetap menjaga Merza, walau itu dari kejauhan. Tapi percayalah, Arlen ikut bahagia melihat betapa senangnya Merza kala berada di dekat Regan.Namun sayang, dikemudian hari lelaki itu akan menyakitinya."Ini udah malem, bahaya kalau lo pulang sendiri. Lagian jam segini taksi juga jarang lewat," ucap Arlen menjawab perkataan Merza tadi.Merza memalingkan wajah ke samping, menatap lampu jalanan dari dinding kaca disampingnya. Benar juga, bisa-bisa dia akan bertemu om-om genit jika berdiri lama dipinggir jalan."Yaudah, deh. Tapi gue nggak ngerepotin lo, kan?"Arlen menggeleng.

  • Perishable   47. PESAN UNTUK MENJAGA

    Pukul 00.15 WIBEntah apa yang berada di pikirannya hingga memilih untuk membawa gadis yang benar-benar ingin dia hindari itu ke Apartemen. Biasanya Gio tidak peduli dengan siapapun, bahkan harus meninggalkan seorang wanita di tempat seperti itu pun dia tak peduli.Tapi kini mengapa berbanding terbalik?Bahkan kini Gio mengambil makanan kesukaannya untuk dia berikan pada gadis itu, seperti roti, susu strawberry dan juga minuman penghilang pengar yang sering ia konsumsi jika minum terlalu banyak.Setelah meletakan makanan itu di atas sofa, dan menempelkan note kecil di sana, dia pun beralih mendekati Grace yang masih tertidur lalu menarik selimutnya untuk menutupi tubuh gadis itu hingga sebatas dada.

  • Perishable   46. MAAF DAN TERIMA KASIH

    Seusai sarapan pagi, Regan tetap berada di restoran hotel menunggu Davin yang beberapa menit lalu masih terlelap. Dia mendengus pelan, padahal semalam Regan sudah mengatakan jika mereka akan pergi pukul 9. Namun nyatanya perkataannya itu tak diindahkan.Kamar mereka berbeda, karena Regan tidak ingin tidur dengan suara dengkuran Davin yang amat menganggu. Maka dari itu dia tidak tahu jika nyatanya Davin belum bangun juga.Regan kembali mengirim pesan ke nomor Davin, dan tak lama kemudian cowok itu membalas jika dia akan turun menuju restoran. Setelah membaca pesan itu, jari Regan beralih membukaroom chat-nya bersama Merza. Awalnya dia ingin mengirim pesan saja, namun yang terjadi dia malah menelepon gadis itu.Namun sudah beberapa detik berlalu, tak ada tan

  • Perishable   45. MENIT TERAKHIR

    Suara bising yang berasal daridance floor, asap vape dan rokok yang bergumpal menjadi satu diudara, sudah cukup menjelaskan tempat dimana gadis itu berada.Tangannya meraih sebotolwine, lalu menuangkannya ke dalam gelas kecil dan menenggaknya hingga habis. Tidak tahu sudah gelas ke berapa, Grace tidak peduli. Pikirannya berkecamuk memikirkan tentang seorang lelaki bernama Daniel Liodan A, itu.Siapa dia sebenarnya? Mengapa identitasnya tidak bisa ditemukan?Grace sudah berusaha mencari tahu, dia bahkan meminta orang kepercayaan di keluarganya untuk menyelidiki kasus tersebut, tapi tetap saja, hasilnya nihil.Semua informasi mengenai dirinya tidak dapat ditemukan. Seolah dia hidup dengan

  • Perishable   44. DATANG ATAU MATI?

    Ruangan kotor dan cahaya lampu yang redup adalah hal pertama kali yang Viola lihat serta ia membuka mata. Merasa aneh dengan kedua tangannya, gadis itu pun mencoba menggerakkan tangannya yang terikat, ia meronta-ronta dan berteriak minta tolong. Namun tak ada suara yang terdengar kecuali suara serangga dimalam hari.Dia seolah berada dirumah yang terletak ditengah hutan.Viola mulai mengingat kejadian terakhir sebelum dia berakhir ditempat ini. Dalam ingatannya dia pergi ke taman belakang kampus karena Andien memintanya ke sana, namun nyatanya Andien tidak mengatakan itu. Lalu tak lama kemudian seseorang memukul kepalanya dari arah belakang hingga dia terjatuh dan tak sadarkan diri.Viola menghela napas panjang, peluh mulai membasahi dahinya. Tubuhnya terasa lemas tak be

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status