Begitu mendengarnya, ekspresi Berma menjadi makin masam. "Kalau benar begitu, artinya ...."Berma mengerutkan dahi, tampak sangat gusar. Dia tidak bisa melakukan sesuatu terhadap Wira lagi."Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Kita terpaksa menunda misi ini dulu. Sialan, pria ini susah sekali untuk dilawan," ucap Bruno yang menghela napas. Dia benar-benar geram memikirkannya."Kak, gimana kalau kita langsung bunuh dia? Kalau bekerja sama, mungkin kita bisa menghabisinya," usul Berma.Mendengar ini, Bruno pun mulai merenung. Dia berkata, "Masalah ini harus dipertimbangkan dulu. Bagaimanapun, risikonya sangat besar. Bagus kalau berhasil. Tapi, kalau gagal, usahamu selama ini akan sia-sia."Bruno merasa dilema. Berma telah menyamar begitu lama. Dinilai dari hubungannya dengan Yasir, Berma pun sudah bisa mendekati Wira.Jika mereka gagal, rencana seperti ini tidak akan bisa diimplementasikan lagi. Akan sangat sulit untuk menempatkan mata-mata di sisi Wira ke depannya.Setelah menghela napas d
Wira bisa menangani Berma dengan mudah. Jika Berma ingin menghadapinya, dia akan menunggu kedatangan Berma. Kebetulan, dia juga ingin melihat apa rencana mereka untuk menghadapinya."Tapi .... Kak Wira, hal ini mungkin akan berdampak sangat besar bagi Yasir," timpal Biantara. Dari nadanya, terdengar bahwa dia sangat khawatir.Mendengar perkataan itu, Wira menghela napas. Tentu saja dia tahu hal itu. "Apa yang kamu katakan benar. Kita memang nggak punya perasaan apa pun dengan wanita ini, tapi Yasir adalah sahabat kita!"Wira berpikir harus bagaimana menangani hal ini. Membunuh Berma? Membunuh Berma tentu saja adalah cara yang paling sederhana. Namun jika dia membunuh Berma, ini memang akan menjadi pukulan yang sangat besar bagi Yasir. Sejak awal, Wira dan Biantara tidak memercayai Berma dan bahkan selalu menyembunyikan hal ini dari Yasir. Jika suatu hari kamu menyadari sahabatmu ternyata selalu mencurigai orang terdekatmu, bukan siapa pun sanggup menerima hal seperti ini.Berma memang
Bagaimanapun juga bagi Bruno dan Berma, identitas Berma sudah terungkap. Jika saat ini mereka bertindak lagi, kemungkinan besar usaha sebelumnya akan sia-sia dan bahkan akan membahayakan nyawa mereka sendiri."Berma, keinginan Tuan Prabu adalah membunuh Wira, tapi ... kalau Wira sudah membuat persiapan, kita pasti akan mati. Apa pilihanmu kali ini?" tanya Bruno.Selama bertahun-tahun ini, Bruno selalu berada di sisi Prabu, dia tahu betul karakter dan kebiasaan Prabu. Namun justru karena tahu jelas mengenai Prabu, hatinya menjadi semakin khawatir. Bagaimanapun juga, kekejaman Prabu ini jauh melampaui bayangannya.Bukan hanya itu saja, yang terpenting adalah Prabu ini sama sekali tidak memedulikan nyawa mereka. Dia sudah tahu tentang hal ini sejak lama, hanya saja dia tidak pernah mengungkapkannya. Namun, keputusan Prabu kali ini jelas tidak bijaksana. Menggunakan segala cara, berarti mengorbankan nyawa mereka berdua untuk membunuh Wira. Harus diakui, keputusan Prabu ini membuatnya meras
Setelah meninggalkan tempat itu, Berma pergi ke pasar untuk membeli beberapa makanan enak. Dia berencana memasak beberapa hidangan lezat untuk Yasir setelah pulang nanti. Tidak peduli rencananya akan berhasil atau tidak, ini akan menjadi makanan terakhir. Dia sudah memanfaatkan Yasir begitu lama, hatinya merasa bersalah. Yang bisa dia lakukan saat ini adalah menemaninya makan.Sebenarnya, Berma pernah beberapa kali merasa bimbang dan berpikir kehidupan bersama Yasir seperti ini sangat bagus juga. Namun, dia tetap tidak bisa meninggalkan Keluarga Juwanto. Mungkin karena pemikirannya ini sudah ditanamkan sejak kecil sehingga sangat sulit untuk diubah. Setiap kali Berma ingin menyerah, dia akan selalu menghentikan pemikirannya itu. Namun sekarang, dia akhirnya sadar.Saat mendengar Bruno mengatakan menggunakan segala cara, dia terkejut sejenak. Berma tiba-tiba menyadari bahwa dirinya hanyalah alat yang tak penting bagi mereka, bahkan tidak berarti. Setelah memikirkannya, rencana ini bisa
Yasir tiba-tiba teringat sesuatu dan buru-buru berbicara. Baginya, Dusun Darmadi adalah tempat yang terlihat seperti mimpi. Ada gunung, air, dan kehidupan masyarakatnya yang sederhana, tempat itu adalah surga dunia yang sesungguhnya. Namun, dia tidak mengerti dengan maksud dari perkataan Berma. Berma bukan bertanya apakah pemandangan seperti itu memang nyata atau tidak, melainkan bertanya apakah dia bisa memiliki kehidupan yang seperti mimpi ini.Pada saat yang bersamaan, Wira tidak peduli dengan semua hal itu, tetapi dia sudah mempersiapkan seluruh kediaman Raja Uttar untuk siap melawan. Dia menempatkan orangnya yang memiliki kemampuan bela diri yang hebat dan senapan di setiap sudut. Dengan cara ini, orang biasa tidak mungkin bisa masuk ke kediaman itu. Saat ini, dia sedang duduk bersila di atas tempat tidur dan mengalirkan energi ke seluruh tubuhnya dalam satu putaran. Setelah itu, dia perlahan-lahan membuka matanya dengan ekspresi terkejut dan mengepalkan tinjunya."Dua belas putar
Keesokan harinya, matahari terbit seperti biasanya, tetapi hari ini mungkin akan agak berbeda.Wira dan Dewina tidur dengan nyenyak. Begitu pagi tiba, Wira langsung mengalirkan energinya lagi satu kali putaran kecil di halaman. Berlatih di pagi hari hasilnya akan dua kali lipat lebih baik. Setelah menyelesaikan latihannya, dia langsung pergi ke aula istana. Sebelum pergi, Senia telah menentukan waktu untuk rapat pagi dan Wira hanya tersenyum karena dia sangat menyukai rapat pagi ini. Sidang ini rasanya jauh lebih baik daripada rutinitasnya dari jam sembilan pagi hingga lima sore di kehidupan modernnya.Di aula istana, ada empat menteri utama yaitu keempat raja yang berdiri di paling depan. Mereka yang mengurus berbagai urusan penting di istana. Sementara itu, putra mahkota hanya belajar semampunya saja."Yang Mulia, panen Kerajaan Agrel tahun ini nggak begitu bagus. Terjadi kekeringan di daerah Niaga, jadi ... mereka butuh pemerintah untuk mengirimkan bantuan makanan agar rakyat bisa m
Raja Kresna langsung merasa malu karena pemikirannya berhasil ditebak Wira. Namun dia tetap berkata sambil menggertakkan giginya, "Itu ... Wira, sebenarnya hal ini memang sebaiknya Raja Ararya yang pergi. Kebetulan dia akan ditempatkan di luar ibu kota agar bisa meredakan ambisinya. Tapi ... Raja Ararya mungkin nggak bisa menangani bantuan korban bencana dengan baik dan dia kejam. Aku takut saat dia nggak bisa menanganinya, dia akan membunuh para warga agar masalahnya segera berakhir!"Kekhawatiran Raja Kresna tentu saja masuk akal, karena Raja Ararya ini memang terlalu kejam.Selain itu, hati Raja Ararya selalu memikirkan masalah pemerintahan Kerajaan Agrel. Meskipun dia pergi ke Niaga, dia mungkin tidak bisa menangani bantuan korban bencana dengan tenang juga.Kemungkinan, dia akan segera mengakhiri bantuan itu hingga para korban kelaparan dan menjadi rusuh, semuanya menjadi sia-sia. Bahkan dana negara mungkin akan disalahgunakan. Jika benar-benar seperti ini, hal ini sungguh tidak b
Setelah menyelesaikan ucapannya, Raja Kresna pun langsung pergi. Pada saat itu juga, Biantara buru-buru masuk dan berkata, "Kak Wira, apa kita benar-benar mau pergi menolong korban bencana?"Wira menghela napas, lalu berkata dengan tak berdaya, "Di Kerajaan Agrel ini, banyak sekali yang nggak berguna di saat penting. Ditambah lagi dengan masalah bantuan bencana ini, masalah jadi semakin sulit diatasi. Jadi ... jangan-jangan memang aku adalah kandidat terbaik."Setelah mendengar ucapan Wira, Biantara tak kuasa menimpali, "Aku tahu masalah bantuan korban bencana di Agrel setiap tahun. Situasinya sangat tidak optimis setiap kali. Raja Ararya dan almarhum Raja Byakta selalu saja memperebutkan masalah ini.""Sebab, kerajaan akan memberikan dana besar untuk korban bencana. Sebagian besar, mereka selalu mengorupsi setengah dari dana tersebut, sisanya 20% untuk menyuap petugas lainnya dan hanya 30% yang benar-benar disalurkan ke korban bencana!"Mendengar hal itu, Wira langsung terkesiap. "Han
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m