"Uhuk, uhuk." Wira terbatuk 2 kali, lalu mengenakan pakaiannya tanpa menanggapi perkataan Thalia. Bagaimana dia harus menanggapinya? Memangnya dia terlihat sekejam itu?Hanya saja, ketika teringat pada istri-istrinya, perasaan Wira menjadi agak rumit. Dia baru menikah, tetapi sudah memiliki wanita baru? Hal seperti ini agak sulit dijelaskan kepada istri-istrinya. Namun, Wira juga tidak bisa mencampakkan Thalia begitu saja. Dia sungguh dilema."Omong-omong, aku mau ke Penjara Jagat. Kamu mau ikut nggak?" tanya Wira sembari menatap Thalia."Tentu saja mau." Thalia mengangguk. "Aku mau lihat Ahmad disiksa sampai seperti apa. Makin dia tersiksa, amarahku baru bisa terlampiaskan."Segera, keduanya tiba di Penjara Jagat. Nafis menyambut, lalu menangkupkan tangan dan melapor dengan sopan, "Tuan, aku berada di Penjara Jagat sepanjang malam. Aku sudah menggunakan berbagai metode untuk menyiksanya, tapi dia masih nggak mau membocorkan informasi apa pun. Kalau bukan karena dia sekarat, aku nggak
"Sayang sekali, orang sepertimu malah mengikuti pemimpin yang salah. Kalau nggak, kamu nggak akan berakhir seperti ini. Biar kuulangi sekali lagi. Kalau kamu bersedia tunduk kepadaku, aku nggak akan menyulitkanmu lagi," ujar Wira.Thalia tidak berbicara. Dia sudah cukup puas dengan situasi ini. Prakasa sudah tewas, sedangkan Ahmad sekarat. Jika situasi seperti ini terus berlanjut, Ahmad tidak akan bisa bertahan lama."Lupakan niatmu itu. Aku nggak bakal tunduk padamu!" teriak Ahmad dengan energinya yang tersisa."Ya sudah, terserah kamu saja. Aku juga penasaran, sampai kapan kamu bisa bersikap keras kepala begini?" Setelah melontarkan itu, Wira tidak membuang-buang waktu dengan Ahmad lagi dan membawa Thalia meninggalkan Penjara Jagat.Keduanya sama sekali tidak menoleh untuk melirik Ahmad. Mereka hanya perlu mencoba mengorek informasi dari Ahmad. Jika gagal, mereka terpaksa mengubah target mereka menjadi Fathir. Jelas, Fathir lebih sulit dihadapi dari Ahmad.Fathir tahu bahwa lokasi ha
"Bukan begitu!" Thalia menggeleng. Karena Wira begitu tulus, dia tentu tidak bisa menolak lagi ataupun menipu hati sendiri.Thalia berkata dengan pelan, "Sebenarnya aku sudah menyukaimu sejak dulu. Aku bahkan nggak tahu kapan semua itu dimulai. Aku cuma takut orang-orang disekitarmu nggak bisa menerimaku. Bagaimanapun, aku melakukan banyak kejahatan dulu, bahkan hampir membunuhmu."Semua yang diucapkan Thalia berasal dari lubuk hatinya yang paling dalam. Semua ini memang hal-hal yang dikhawatirkannya.Wira tertawa terbahak-bahak, lalu menggeleng sambil menyahut, "Jangan bicara begitu. Semua orang disekitarku selalu menuruti pengaturanku. Ucapanmu terlalu berlebihan.""Kalau istri-istriku, mereka bukan orang yang suka ikut campur urusan orang. Kalau nggak, mana mungkin mereka bisa akur di rumah tanpa aku?"Thalia tak kuasa termangu. Ternyata begitu! Sejujurnya, Wira memang pria yang memiliki pesona besar. Wajar jika dia memiliki istri-istri yang begitu hebat.Meskipun Wira tidak menyebu
Semua orang mengangguk meskipun merasa agak enggan. Siapa pun yang dapat mengikuti Wira adalah orang yang sangat beruntung. Jadi, siapa yang ingin berpisah dengan Wira?Bagaimanapun, seseorang berkesempatan untuk berkembang jika mengikuti Wira. Sayangnya, Wira sudah membuat keputusan seperti itu sehingga mereka hanya bisa menurutinya."Aku akan ke depan untuk memeriksa sebentar. Kalian pulang saja dulu. Pestanya sudah disiapkan. Kalian langsung saja ke kediamanku untuk makan. Nggak perlu sungkan-sungkan," ujar Wira.Semua orang mengiakan, lalu naik ke perahu kecil untuk kembali ke Kota Limaran. Sementara itu, Wira membawa Thalia dan Nafis menyusuri sungai."Gimana kondisi Ahmad? Seminggu sudah berlalu, dia masih nggak mau membocorkan informasi apa pun?" tanya Wira sambil menatap Nafis.Sepertinya, Wira tidak berjodoh dengan harta karun Aliran Kegelapan. Jika tidak, dia tidak mungkin menghabiskan begitu banyak waktu."Aku sudah memotong beberapa jari tangannya, bahkan menggunakan semua
"Nikmati saja pestanya. Nggak usah sungkan-sungkan kepadaku. Kali ini, kita bukan hanya berhasil mengalahkan Aliran Kegelapan, tapi Kota Limaran juga menjadi makin makmur. Jalur perairan sudah selesai. Ini semua berkat kerja keras kalian," ucap Wira sambil mengangkat gelasnya untuk bersulang dengan semua orang.Langit berangsur gelap. Saat ini, Wira dan lainnya akhirnya bubar. Keesokan pagi, Wira sudah berangkat ke Dusun Darmadi. Malam itu juga, Wira dan lainnya pun tiba."Tuan Wira, lama nggak ketemu! Aku benar-benar merindukanmu!" Begitu Wira memasuki Provinsi Lowala, Leli langsung menyambutnya.Mata Wira seketika berbinar-binar. Kemudian, dia langsung turun dari kudanya dan datang ke hadapan Leli. Dia bertanya, "Nona Leli, kenapa kamu bisa ada di sini?""Tentu saja untuk berterima kasih kepada Tuan. Tanpa hadiah dari Tuan, aku nggak mungkin punya pencapaian seperti sekarang ini.""Selain itu, Tuan juga menyelamatkan nyawaku saat di Kota Limaran. Sekarang aku sudah sembuh total. Aku
Sepertinya, Provinsi Lowala telah menjadi provinsi paling makmur. Para rakyat hidup bahagia dan damai.Wulan dan lainnya telah menyuruh pelayan menyiapkan makanan mewah. Sesudah Wira pulang, mereka semua duduk untuk makan dan Wira memperkenalkan Thalia kepada Wulan dan lainnya.Semua orang sudah terbiasa dengan sikap Wira. Selain itu, wajar bagi pria untuk memiliki lebih dari satu istri di zaman ini. Segera, para wanita itu pun menganggap Thalia sebagai saudara.Lantaran masih ada Leli di sini, Wira tidak bisa mengobrol secara terbuka dengan istri-istrinya. Dia harus menjamu Leli terlebih dahulu agar tidak terkesan lancang."Sekarang kita termasuk teman. Kalau punya masalah, katakan saja, nggak perlu berbelit-belit. Aku pasti akan membantu selama memungkinkan," ujar Wira kepada Leli.Begitu mendengarnya, Leli tak kuasa menggeleng dan mengembuskan napas. Wira memang punya penilaian tajam. Meskipun masih muda, tidak ada yang bisa luput dari pandangan Wira."Karena Tuan Wira sudah berbica
Saat ini, terdengar suara batuk yang menghentikan Wira dari lamunannya. Wira menatap ke arah sumber suara, lalu bertatapan dengan Huben. Sesudahnya, mereka langsung memahami pemikiran satu sama lain."Nona Leli, tolong beri aku waktu untuk mempertimbangkan semua ini. Ini pesta kepulanganku. Aku nggak ingin mencemaskan urusan negara. Setelah pesta selesai, kita baru mengobrol lagi. Gimana?" tanya Wira yang sudah sangat menjaga harga diri Leli.Leli mengangguk dan membalas, "Baiklah, aku akan menunggu kabar darimu."Setelah pesta berakhir dan mereka mengatur tempat tinggal untuk Leli, Wira dan Huben buru-buru keluar. Mereka mengobrol sambil berjalan santai. Wira bertanya, "Tuan Huben, apa pendapatmu?""Aku rasa kita bisa mengerahkan pasukan. Proyek hidrolik sudah selesai dan semuanya aman-aman saja. Beberapa kerajaan itu juga sudah melihat efisiensi proyek itu. Sepengetahuanku, Kerajaan Beluana pasti sedang mengejar waktu untuk menyelesaikan proyek hidrolik mereka. Karena kerjaan kita su
"Kali ini seharusnya nggak akan terlalu lama. Kalian nggak perlu khawatir. Ada Danu dan Nafis di sisiku. Kalian hanya perlu menunggu dengan sabar di rumah," ujar Wira yang tersenyum.Wira tentu merasa bersalah pada istri-istrinya. Namun, sebagai seorang pria, dia harus membangun kariernya. Karena diberi kesempatan untuk terlahir kembali, dia tentu harus membuat prestasi luar biasa."Thalia masih belum dekat dengan kalian. Kali ini, aku akan membawanya bersamaku dulu. Setelah kami pulang, kalian baru mengobrol sampai puas," ujar Wira.Wulan dan lainnya mengangguk tanpa berkomentar lagi. Karena Wira sudah membulatkan tekad, mereka hanya bisa menuruti Wira."Tuan Huben." Setelah mengobrol sesaat dengan Wulan dan lainnya, Wira menatap Huben sambil berkata, "Aku serahkan semua urusan di sini kepadamu dan Tuan Osmaro. Aku sudah berpesan pada Doddy untuk menurutimu. Dia nggak akan bertindak sembarangan.""Provinsi Lowala adalah fondasi sekaligus markasku. Jangan sampai terjadi sesuatu pada te
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m