Share

7. Terombang-ambing

Author: Nanda Safitri
last update Last Updated: 2025-05-08 00:13:12
“Tolong!” Suara Anna tercekat.

Dunia apa ini? Di sini, semua terasa menyakitkan. Sejak tubuh gadis malang itu menginjakkan kaki di dunia yang penuh polusi itu, jeritan kepedihan terus mengikuti Anna.

Sekarang apalagi? Belum cukupkah Tuhan memberikan cobaan? Padahal, Anna tidak berniat mengganggu hidup siapa pun. Hidup memang tidak adil!

“Nenek, hentikan!” Reihan berlari tergopoh menghampiri sang nenek yang semakin menggila. Kebenciannya terhadap perempuan telah membuat Samentha gelap mata.

Leher Anna memerah, bagaimana tidak, meski sudah tua dan renta, tangan keriputnya masih terasa sangat kuat. Cekikan itu berlangsung lama, hingga akhirnya Reihan datang dan berhasil melepaskan Anna dari cengkraman sang nenek.

lebih baik aku keluar dari sini, monolog Anna dalam hati.

Di tengah napas yang masih tersengal, Anna berkata, “Reihan, aku mau keluar!” seru Anna yakin.

Reihan menoleh, “Aku tidak pernah berniat menahanmu di sini, tapi tidak sekarang.”

“Biarkan dia pergi, Amor! Su
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   9. Kembali Bertemu

    “Apa?” Mata bulat gadis itu membelalak. Anna bagai disambar petir yang menggelegar. Pria kurus itu meminta kalungnya sebagai bayaran atas apa yang telah Anna makan.Bibir Anna bergetar, dia gelagapan memandang ke sembarang arah, agar tidak bertatapan dengan pria yang berdiri hampir sempurna sejajar dengan dirinya.“Hei gadis muda! Kenapa kamu diam saja. Cepat berikan kalungnya. Jangan pura-pura miskin!” oceh pria itu. Tangannya menengadah di depan Anna.Anna menatap telapak tangan pria itu. Matanya sayu, dengan terbata dia berkata, “Maaf Pak, saya tidak bisa memberikan yang ini. Ini adalah hadiah dari ibu saya.”“Sialan! Sekarang kau mau apa, hah?” Wajah pria itu berubah merah. Matanya menatap Anna tajam.Anna berjalan mundur beberapa langkah. Lututnya gemetaran, tubuhnya terasa ditimpa timah tembaga.“Mau kemana kau?” Pria itu berjalan maju mendekati Anna.“Tolong! Siapa saja tolong aku!” teriak Anna getir. Pria di depannya semakin menatap gadis itu bringas, hingga akhirnya seseoran

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   8. Sebuah Penyesalan

    Alio membuka buku yang cukup tebal. Dia membalik halaman demi halaman, guna mencari apa yang dia ingin ketahui. Sementara itu, Andreas, yang sudah lama bersahabat dengan dirinya, hanya berdiri sembari menguap berulang kali. “Mau berapa lama lagi aku harus menunggumu membalik-balik buku itu?” tanya Andreas jengah.Alio berdecak, “Sabar sebentar! Ini sudah yang ke-21 kali kamu menanyakan hal yang sama.”“Cepat sedikit! Aku ada janji dengan pacarku,” ujarnya acuh.Aku salah memintamu ke sini, seharusnya aku menghubungi Reihan,” jengah pria yang sudah beristri tersebut.“Jangan berharap banyak pada bocah ingusan itu, untung kita adalah seorang pria gagah,” ucap Andreas asal.“Aku tidak setuju dengan pernyataanmu, aku lebih suka Reihan karena dia lebih cerdas,” jawab Alio, namun pandangannya tidak teralihkan dari buku yang sedari tadi masih dibalik-baliknya.“Terserah!” Andreas memutar mata malas. Karena Alio tak kunjung selesai dengan kegiatannya. Andreas yang sedari tadi hanya berdiri,

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   7. Terombang-ambing

    “Tolong!” Suara Anna tercekat. Dunia apa ini? Di sini, semua terasa menyakitkan. Sejak tubuh gadis malang itu menginjakkan kaki di dunia yang penuh polusi itu, jeritan kepedihan terus mengikuti Anna. Sekarang apalagi? Belum cukupkah Tuhan memberikan cobaan? Padahal, Anna tidak berniat mengganggu hidup siapa pun. Hidup memang tidak adil! “Nenek, hentikan!” Reihan berlari tergopoh menghampiri sang nenek yang semakin menggila. Kebenciannya terhadap perempuan telah membuat Samentha gelap mata. Leher Anna memerah, bagaimana tidak, meski sudah tua dan renta, tangan keriputnya masih terasa sangat kuat. Cekikan itu berlangsung lama, hingga akhirnya Reihan datang dan berhasil melepaskan Anna dari cengkraman sang nenek. lebih baik aku keluar dari sini, monolog Anna dalam hati. Di tengah napas yang masih tersengal, Anna berkata, “Reihan, aku mau keluar!” seru Anna yakin. Reihan menoleh, “Aku tidak pernah berniat menahanmu di sini, tapi tidak sekarang.” “Biarkan dia pergi, Amor! Su

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   6. Aturan Aneh Sang Nenek

    Suara tawa yang menyimpan begitu banyaknya luka, menggema di lorong ruangan. Di sana, terlihat seorang wanita paruh baya nan cantik, berjalan perlahan entah mau kemana. Dia terus berjalan, kulit wajahnya begitu putih tak ubah seperti etnis belanda. Bibirnya merah, alisnya tebal, dan hidung mungil yang mancung. Mata indah wanita itu begitu liar. Mulutnya tidak berhenti bernyanyi pelan. Mendendangkan sebuah lagu yang selalu sama setiap hari. Di usianya yang belum terlalu tua, wanita berumur 45 tahun itu, sudah melupakan segalanya. Dia tidak ingat siapa dirinya, apalagi keluarga. Yang dilakukan wanita baya itu, setiap hari hanyalah bersenandung, seakan dunia tidak pernah jahat dan selalu baik terhadapnya. Setelah beberapa langkah berjalan, mata wanita bernama Renata itu terhenti pada satu ruangan. Ruangan yang bernuansa sangat nyentrik. Matanya berbinar, sambil tertawa, dia berjalan perlahan dan mondar-mandir di depan pintu. “Kenapa pintunya tidak dibukakan untukku?” gumamnya setela

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   5. Rumah Yang Aneh

    Keheningan malam sukses membuat rumah yang jauh dari keramaian, menjadi sangat mencekam. Rumah besar tersebut di kelilingi kolam ikan yang sangat tidak terurus, hingga menghasilkan bau yang membuat hidung tidak nyaman.Samentha, nyonya besar yang memegang semua kendali di rumah itu, berdiri di tepi kolam. “Keberanian apa yang merasukimu, hingga bisa membawa cucuku kabur?” DegSatu pertanyaan yang sukses membuat Anna terpaku. Dia tidak mampu menjawab, dan tubuhnya begitu gemetar. Anna berdiri di antara dua pria yang baru saja ditemuinya dan menyeretnya ke rumah besar tak terurus tersebut. Padahal pemiliknya memiliki asisten rumah tangga, namun tetap saja rumah tersebut kotor dan berantakan.Entah apa yang dipikirkan nenek tua itu. Sepertinya yang berguna di rumah tersebut hanyalah para bodyguardnya.“Kenapa kamu diam? Ayo jawab pertanyaan saya!” serunya sedikit keras. Samentha yang awalnya berdiri membelakangi Anna pun berbalik, dia berjalan perlahan mendekati gadis tersebut.Dengan g

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   4. Nenek Tongkat Melayang

    “Ayo pulang Tuan Amor, ini perintah nenek.” seorang pria berbadan kekar membungkuk di depan Reihan yang dipanggilnya Amor. Reihan berdecak, “Berhenti menakuti teman-temanku!” ucap Reihan sembari mengacak rambutnya kesal. “Kami tidak menakuti Tuan, kami hanya menjalankan perintah,” ucap pria tersebut. “Bilang ke nenek, aku tidak seperti keparat tua itu. Jadi, nenek tidak perlu mengekangku!” seru Reihan. Sementara itu, Anna yang berdiri sedikit jauh di belakang, hanya diam terpaku. Dia masih terkejut dan tidak pernah menyangka akan adanya peluru yang melayang di atas kepalanya. Suasana berubah menjadi mencekam. Semakin lama Reihan berdebat dengan pria berpakaian hitam tersebut, maka semakin berdegup jantung Anna. Anna benar-benar tidak tau apa yang sedang terjadi. Bukannya para pria berseragam serba gelap tersebut ingin membunuh mereka berdua? Tapi, kenapa Reihan tidak mencoba untuk berlari dan kabur untuk menyelamatkan diri? Sungguh aneh, Anna tidak dapat memprediksi tingkah lak

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   3. Zaman yang Sangat Miris

    Seketika ruangan besar yang bergema itu pun hening. Semua mata pria yang ada di sana, tertuju pada satu ruang, tempat dimana suara misterius terdengar. Begitu juga dengan Anna. Gadis berambut panjang itu ikut menolehkan kepalanya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. Reihan menggedor pintu berwarna coklat muda tersebut tak sabaran. Masalah bertubi-tubi menghampirinya hari ini. Rasanya kesabaran Reihan pun sudah mulai habis. Seperti dia ingin menebas kepala orang-orang yang menghalangi pandangannya saat ini juga. Pukulan pada pintu semakin menuntut, namun tak ada tanda-tanda seseorang akan keluar. Karena tak kunjung terbuka, Reihan pun mengangkat kaki sebelah kanan dan mendobrak pintu di depannya sekuat tenaga. “Arghh! Tidak sopan!” teriak seseorang dari dalam. Pria berambut panjang yang di kepang banyak menggunakan karet berwarna-warni keluar dari dalam toilet. Semua orang yang melihat, sontak tertawa ulah penampilan konyol pria berbadan gemuk tersebut. “Kenapa kalian ribut-ribut

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   2. Polos

    "BRAK!!” Suara benturan mengguncang udara yang penuh dengan debu. Anna terlonjak mundur, matanya membelalak melihat serpihan logam beterbangan. Asap mengepul dari sesuatu yang baru saja menabrak di tengah jalan. Orang-orang berteriak histeris, mereka berlari bersama raut wajah khawatir. Tapi Anna hanya berdiri terpaku di tepi badan logam berukuran besar yang sudah penyok dan berderai. Jantungnya berdegup kencang. Dia belum pernah melihat kejadian semengerikan ini. “Itu apa ya?” Anna bermonolog dalam hati. Anna semakin dibuat bingung. Sebenarnya apa yang telah terjadi di dunia yang baru saja didatanginya ini. Karena takut, Anna bergegas pergi dari tempat itu dan melanjutkan perjalanannya. Namun, baru selangkah Anna berjalan, ada yang menarik tangannya dari belakang. Anna terkejut, dia sontak menoleh. “Maaf, ada apa, ya?” “Lo masih nanya ada apa? Otak lo di mana?” ucap seorang wanita berambut pendek dan berpenampilan seperti laki-laki. “Maaf, Mas! Tapi Aku salah apa ya, M

  • Perjalanan Waktu Sang Gadis Desa   1. Tangisan dan Paksaan

    Pohon palem berjajar rapi di tepi jalan masuk rumah paling besar di desa. Beberapa obor menyala menciptakan bayangan yang menggetarkan hati setiap orang yang melihatnya. Anna duduk seorang diri memandangi api dari obor yang bergerak ke sana kemari diterpa angin.Jari lentik gadis cantik berambut panjang yang dikepang dua, memainkan pulpen berwarna hitam yang sedari tadi dipeganginya. Mata cantik Anna beralih menatap buku kosong dengan tatapan sendu."Apa pilihan hanya diciptakan untuk orang-orang punya keluarga yang sangat mencintai anaknya? Aku juga mempunyai keluarga, tapi kenapa aku tidak disediakan pilihan juga? Apa itu berarti bahwa mereka semua tidak pernah menyayangi aku?"Mulut gadis itu bergumam sembari jemarinya bermain menuliskan tulisan yang diucapkan mulut dan hati Anna.Anna menghapus air matanya yang entah dari kapan mengalir. Dia berdiri dan masuk ke dalam rumah dengan perasaan yang gelisah.Sesampainya dia di ruang tengah, suara sang ayah bergema di telinga Anna."Ann

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status