Share

4. Pengadilan (1)

Tianlan melangkahkan kakinya memasuki area dapur. Di atas meja yang terletak tepat di sebelah pintu masuk dapur, tersedia bermacam-macam hidangan.

Tianlan mendekati meja dan duduk di salah satu kursi. Dia melihat makanan yang tersedia satu persatu dan tersenyum puas. Karena sepertinya keluarga ini tidak akan memberinya makan. Maka Tianlan akan lebih dulu menghabiskan makanannya.

"Hambar." Tianlan mengunyah makanannya dengan ekpresi pahit. Tapi karena dia lapar dan hanya ini satu-satunya makanan yang ada sini, maka Tianlan akan dengan berat hati menghabiskan semua makanan ini, lagipula dia ingin mengerjai keluarga ini.

Saat tengah asyik makan, Tiba-tiba Tianlan mendengar suara yang sepertinya berasal dari halaman belakang dapur. Tianlan penasaran dan dengan cepat menghabiskan makanannya lalu mengikuti asal suara.

Saat dia sampai di halaman belakang, tanpa sengaja matanya melihat adegan yang tidak sepantasnya ia lihat.

"Sial." Tianlan mengumpat dan menyembunyikan dirinya di balik tembok.

"Yan-ge, ini masih siang."

"Kenapa? Apa kau takut?"

'Uh, mataku ternoda.' TianLan menggosok-gosok matanya dan menghela nafas kasar.

'Tunggu apa? Ada apa denganku?'

Tianlan tidak mengerti dengan reaksinya sendiri. Di kehidupan sebelumnya, pemandangan seperti ini sudah biasa baginya. Tapi mengapa saat ini dia malah merasa tidak nyaman?

Sepertinya Tianlan harus menyegarkan tubuhnya dulu. Dia hanya harus mencari udara segar dan merilekskan pikirannya.

Di malam hari, seluruh keluarga Bei tampak berkumpul di ruang makan sambil bercengkrama satu sama lain.

Bei Xi dan Bei Luo tampak mengobrol dengan gembira, sedangkan Bei Li tampak bersantai sambil menyeruput kopinya.

"Ah, ma'af atas keterlambatan kami Tuan, Kami terpaksa harus memasak makan malam lagi." Seorang pelayan masuk ke dalam ruangan dan langsung menyiapkan hidangan di meja makan. 

Sebelah alis Bei Li terangkat, "Kenapa seperti itu?"

Sang pelayan menunduk dan langsung bersujud, "Maaf Tuan, kami mohon ma'afkan kami."

"Kenapa kau meminta maaf? Cepat jelaskan apa yang terjadi?" Bei Li yang merasa jengkel meletakkan cangkir kopinya di atas meja dengan suara keras.

Sang pelayan gemetar ketakutan dan menjawab, "Tuan, kami sudah memasak makan malam di sore hari, tapi-"

"Tapi semua makannya lenyap begitu saja." Bei Yuan memasuki ruang makan sambil membawa nampan berisikan sebuah teko porselen dan beberapa gelas. Dia meletakkan nampan di atas meja sebelum menuangkan teh ke setiap gelas.

"Sepertinya ada pencuri di rumah ini," Ucapnya lagi sambil meletakkan setiap gelas yang sudah terisi di hadapan Bei Li dan yang lainnya.

Bei Yuan mendudukkan dirinya di sebelah Bei Li dan mulai menyiapkan makanan, "A-Xi, Apa kau tau dimana sampah itu sekarang?"

Tanpa dijelaskan pun Bei Xi sudah tahu siapa yang di maksud ibunya tersebut, "Ah dia? Aku tidak melihatnya di manapun sejak siang hari."

"Apa dia kabur?" Bei Yan yang sedari tadi hanya diam menikmati makanannya, bergabung dengan percakapan. Dia adalah anak laki-laki ke-2 dari Kepala Desa. "Ah tidak, orang buta mana bisa berjalan dengan benar, apalagi kabur," Lanjutnya sambil menyesap tehnya.

"Yan-ge, kata-katamu sangat jahat kau tahu?" Ucap Bei Luo sambil terkekeh.

"Lihat ini." Bei Xi mengeluarkan sebuah kantung berisi emas dan perak di tengah-tengah meja makan. "Aku menemukannya di kamar si buta itu, ada 30 tael perak dan 12 tael emas."

"Ini-" Bei Yuan mengambil 1 tael emas dan melihatnya dengan pandangan takjub, "Ini asli ... Bagaimana dia bisa mendapatkan begitu banyak uang? Apakah dia mencuri?"

"Mustahil." Bei Li yang sedari tadi hanya diam mendengarkan angkat bicara, "Tidak mungkin dia mencuri dengan keadaannya yang buta."

Bei Yuan dan yang lainnya mengangguk setuju sebelum kembali melanjutkan makan.

"Tapi ... ." Ucapan Bei Li mencuri seluruh perhatian di ruangan itu dan kini semua mata tertuju padanya.

.

.

.

Paginya di kediaman Kepala Desa, Tianlan baru saja selesai membersihkan tubuhnya dan sudah berpakaian lengkap saat tiba-tiba pintu kamarnya di dobrak dari luar, menghasilkan suara dentuman yang keras hingga membuat alis Tianlan berkerut.

Sejujurnya Tianlan sangat membenci suara keras yang datang secara tiba-tiba.

"Ikut kami ke persidangan Tuan."

Sebelah alis Tianlan terangkat dan tanpa sepatah kata ia langsung mengikuti para pelayan itu. Seperti biasa, ia akan berlagak layaknya orang buta.

Persidangan sudah berlangsung selama waktu yang dibutuhkan untuk membakar dupa, dan seluruh warga desa menyaksikannya.

(“Waktu yang dibutuhkan untuk membakar dupa” Adalah ungkapan umum yang mengacu pada periode waktu yang singkat – umumnya sekitar 5 sampai 30 menit)

"Saya berada di rumah Kepala Desa kemarin untuk meminta obat dari Nyonya Kepala Desa Bei. Saat saya hendak pulang dan akan memberikan obat ini kepada ibu saya yang sedang sakit, saya tidak sengaja melihat Tuan Muda Tianlan masuk ke salah satu ruangan. Dia tampak mencurigakan dan itu membuat saya khawatir bahwa dia akan melakukan sesuatu yang berbahaya, saat Tuan Muda Tianlan keluar dari ruangan itu dengan membawa sesuatu, saya kembali menemui Nyonya Kepala Desa dan melaporkan semua yang saya lihat."

"Apa?" Saat Tianlan tiba di persidangan. Dia bisa melihat seluruh keluarga Bei dan seorang pemuda asing tampak bersimpuh di hadapan seorang pria yang terlihat seperti pejabat.

Di bawah tatapan semua orang, Tianlan dipaksa bersimpuh di samping keluarga Bei.

"Maaf jika aku tidak sopan, apa yang sedang kalian bicarakan?" Tianlan bertanya kepada pria bergaya pejabat yang ia yakini adalah seorang hakim. Tianlan sangat mengerti dengan aturan pengadilan, pemilik asli tubuh ini sering datang ke acara pengadilan hanya untuk mempelajari jalannya persidangan. Kadang-kadang Tianlan sangat kagum dengan pemilik asli tubuh ini, walaupun kondisinya buta dan tidak bisa berkultivasi, dia masih memiliki semangat dan tekad untuk belajar.

Namun sekarang bukan waktunya untuk mengagumi orang yang sudah mati, sekarang dia harus melepaskan diri terlebih dahulu dari permainan ini.

"Tuan Muda Tianlan, kami mendapatkan laporan dari keluarga Bei, yang mengatakan bahwa anda telah mencuri uang dari Kepala Desa dengan jumlah yang tidak sedikit."

'Menurut ingatan tubuh ini, pria ini adalah Hakim Yi, orang ini terkenal dengan kejujuran dan kebijaksanaannya. Tidak mungkin bagi Kepala Desa keparat itu untuk menyogoknya.'

"Aku-"

"A-Tian, aku telah merawatmu sejak kecil dan inikah balasanmu?" Bei Li mengguncang bahu Tianlan sambil menangis tersedu-sedu.

"Suamiku tenanglah, A-Tian tidak mungkin melakukan itu, lepaskan dia." Bei Yuan yang berada tepat di samping Bei Li berusaha menenangkan suaminya, Air mata juga tidak luput dari wajahnya.

"Lan-Didi, aku tidak menyangka kau akan tega melakukan ini kepada ayah."

"Tian-ge sangat jahat!"

"Hakim yi, hukum saja penjahat itu!"

"Dia itu penipu, si buruk rupa yang seharusnya tidak terlahir ke dunia ini!"

Cemoohan dan hinaan tak henti-hentinya terlontar dari warga Desa.

"Ya, hukum dia! Dia tidak sepantasnya tinggal bersama Kepala Desa, Kepala Desa adalah orang yang baik, pencuri tidak seharusnya masuk ke dalam lingkaran keluarga itu."

Tianlan mengerutkan alisnya, 'Apa-apaan ini?'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status