Share

Bab 9. Tidak Diakui Anak

Aвтор: DLaksana
last update Последнее обновление: 2023-12-03 22:44:01

Devan datang ke rumah mertuanya dengan tergesa-gesa. Ia dikabari oleh Aris, saat Aris hendak memberikan tas Fania yang tertinggal di mobil. Ia tidak sengaja melihat secara langsung bagaimana Fania disudutkan dan juga dimarahi oleh Alnando. Meskipun Aris tidak paham permasalahannya apa.

Namun, ia merasa kasihan kepada Fania. Membuat ia langsung mengabari bosnya untuk datang kemari.

Dan benar saja ketika Devan sudah sampai di rumah mertuanya. Ia melihat secara langsung bagaimana sikap Alnando yang akan melayangkan tangan kanannya ke arah wajah istrinya.

“Jangan pukul istriku!” suara Devan membuyarkan semua dan Fania bahkan terkejut akan kehadiran Devan di sini.

“Seperti inikah perlakuan anda sebagai seorang ayah? Saya tidak menduga jika anda sebrutal ini terhadap putrimu!” ucap Devan menatap mertuanya secara tajam.

“Dev! Fania sudah mempermainkan pernikahan dengan membuat perjanjian yang konyol! Sebagai seorang ayah, saya kecewa!” ujar Alnando. Ia kini menatap tajam ke arah Devan. “Dan kamu Devan kenapa kamu mau saja terima hal konyol yang Fania buat?”

“Maaf, Pah. Ini semua salah Fania. Om Devan hanya menuruti kemauan Fania. Jangan salahkan om Devan!” sesal Fania pada Alnando.

Devan menatap Fania dengan iba. Hatinya ikut sakit melihat Fania menangis seperti ini.

“Papah kecewa Fania! Dan papah berharap kamu jangan pernah ke rumah ini lagi. Aku tidak mau mengakui kamu sebagai anakku lagi!” Alnando berkata tegas. Membuat Fania membelalak tak percaya.

Hatinya hancur seketika mendengar kalimat dari mulut ayahnya kali ini. Ia bahkan tidak percaya, perjanjian yang ia buat sendiri. Sekarang menjadi boomerang dihidupnya.

Devan geram melihat perlakuan Alnando kepada putrinya.

“Pah ... Tolong maafin Fania. Fania mengaku salah, Pah. Jangan berkata seperti itu, Pah. Fania hanya punya Papah!” Fania memohon kembali bahkan sampai berlutut di hadapan Alnando. Namun, sepertinya Alnando sudah benar-benar kecewa. Ia bahkan mengacuhkan Fania.

Devan langsung menarik Fania untuk berdiri. Ia kesal pada Alnando yang bersikap acuh pada Fania. Padahal Fania sudah menyesali semuanya. Fania bahkan sampai berlutut di hadapan Alnando. Namun, Alnando tidak menggubris sama sekali.

Angela yang melihat sikap Alnando acuh pada putri kandungnya ia merasa senang. Alnando benar-benar termakan omongannya pagi tadi saat Alnando tahu surat perjanjian itu. Dan benar saja, Alnando mau mengikuti hasutan yang ia ucapkan padanya.

Setelah Fania berdiri dibantu oleh Devan. Devan kini maju mendekat ke arah Alnando. Tangan kanan Devan seketika meremas kertas itu. Dan hal yang dilakukan Devan membuat semua orang tercengang. Terutama Fania.

“Aku kira anda seorang laki-laki penyayang dan lembut. Namun, dugaanku salah. Kenapa anda tidak bicarakan secara baik-baik saja pada putrimu! Apa selama ini perlakuan anda pada Fania seperti ini!” ucap Devan membuat Alnando bungkam.

“Padahal anda membaca, jika aku saja tidak mempermasalahkan perjanjian itu! Aku bahkan menandatangani, berarti sudah jelas aku terima dengan senang hati! Tapi kenapa anda malah  begini! Aku kecewa dengan sikap anda yang kasar! Dan perjanjian ini,” Devan mengulurkan kertas ke hadapan Alnando. “Perjanjian Ini tidak ada!” sambung Devan tegas dengan membuang secara asal ke lantai.

Devan menarik tangan Fania keluar dari rumah orang tuanya. Fania menatap Alnando dengan perasaan bersalah.

Maafkan Fania, Pah. Sudah membuat papah kecewa!” batin Fania saat berjalan keluar. Sedangkan Alnando, ia tetap bungkam tanpa menahan Fania sedikit pun. Dan hal itu membuat hati Fania sangat sedih.

Devan dan Fania, mereka bertemu dengan Shanum saat berjalan menuju pintu utama. Shanum memang baru sampai di rumahnya. Ia baru saja selesai melakukan pemotretan.

Shanum menatap Fania tak biasa. Bahkan Shanum sudah menduga jika di dalam rumahnya sudah terjadi badai besar. Karena ia melihat wajah Fania yang basah oleh air mata.

***

Devan membukakan pintu mobil dan menyuruh Fania masuk. Fania menurut saja. Devan berjalan memutar mobil lalu duduk di kursi kemudi setelah membuka pintu. Pak Aris sudah pulang lebih dulu saat Devan sampai di kediaman mertuanya.

Di perjalanan, Fania sedari tadi terdiam dengan air mata yang masih mengalir di pipinya. Ia menatap ke arah kaca mobil, menatap jalanan yang gelap.

Devan yang melihat ia ikut prihatin. Devan mengulurkan tisu pada istrinya. Fania yang melamun kini terkejut akan sikap Devan padanya. Fania menatap Devan, lalu Devan mengangguk mengisyaratkan untuk menerima tisu pemberiannya.

“Makasih.” Fania dengan cepat mengelap pipinya dengan tisu. Setelah pipinya kering. Ia memejamkan matanya sebentar lalu menengok ke arah suaminya.

“Perjanjian sudah terbongkar. Sekarang terserah lo,  jika mau menyudahi. Gue sudah siap!” ucap Fania lirih.

Devan melolot. “Apa kamu bilang? Menyudahi?”

“Fania mengangguk. “Perjanjian itu sudah tidak ada, dan otomatis perjanjian 100 hari buat apa kita teruskan!” ujar Fania.

“Tidak, Fania. Aku tidak akan menceraikanmu!”

“Kenapa?” tanya Fania penasaran.

“Karena aku ... aku menyukaimu.”

Deg.

Fania syok. Ia bahkan kini tertawa. “Nggak usah bercanda, ih! Nggak lucu,” ujar Fania.

“Aku serius Fania.” Devan menghentikan mobilnya di bahu jalan yang sepi.

Devan menengok ke samping kemudi. Fania kaget mobil berhenti begitu saja.

“Kenapa berhenti?” tanya Fania.

“Fania ....,” panggil Devan lirih. Fania menengok ke arah Devan lalu mengatur duduknya biar enakkan.

“Ya. Ada apa? Yang lo bilang suka ke gue, itu bercanda ‘kan?” Fania bertanya kembali. Dan Devan langsung menggeleng.

Hati Fania seketika tidak karuan. Ungkapan dari Devan kepadanya membuat hatinya resah.

“Apa alasanmu menyukaiku? Sejak kapan?” cecar Fania.

Devan hanya tersenyum. “Itu rahasia.”

Fania mencebik.

“Jangan cemberut, dong! Cantikmu jadi luntur nanti,” ledek Devan.

“Udah, hayo kita jalan lagi.” Fania mengalihkan pembicaraan.

Devan mengangguk. Namun, sebelum ia menyalakan mobilnya kembali. Devan menatap ke arah Fania. Lalu dengan pelan ia mendekat ke arah wajahnya.

Fania terdiam, dia bahkan tidak menolak sama sekali saat bibir Devan kini menempel di bibirnya.

Devan tersenyum melihat Fania tidak menolak, dengan cepat ia membukakan bibirnya. Hingga akhirnya ia berhasil melumat bibir Fania yang terasa manis.

Devan memperdalam ciumannya. Bahkan Fania ikut membalas. Membuat Devan semakin bersemangat. Bibir Fania benar-benar membuat Devan menjadi candu.

Devan melepaskan pautan bibirnya. Ia membelai wajah Fania lalu berkata, “Terima kasih, istriku!”

Fania tersipu. Devan memperlakukan Fania dengan lembut bahkan dari cara berciuman saja sangat berbeda saat ia berciuman bersama Riko dahulu.

“Kamu sangat cantik!” puji Devan.

“Udah nyalakan mobilnya!” titah Fania.

Devan akhirnya mengangguk. Ia menyalakan mobil. Lalu mobil melaju meninggalkan tempat di mana ia dan Fania berciuman untuk yang pertama kali.

Hampir 20 menit perjalanan. Mobil akhirnya sampai di parkiran apartemen. Devan dan Fania berjalan menuju pintu nomer 24.

Setelah pintu di buka. Fania yang hendak masuk ke dalam. Tangannya dicegah oleh Devan. Mau tidak mau Fania menjadi membalikkan badan.

“Ada apa lagi?”

“Akan aku antar ke kamar!” Devan dengan cepat membopong tubuh Fania ke dalam dekapannya.

Fania sampai kaget akan tindakan Devan padanya. Setelah sampai di kamar. Devan menaruh tubuh Fania dengan pelan di atas Ranjang miliknya itu.

Tanpa permisi. Devan kembali melumatkan bibirnya ke bibir Fania. Fania bahkan dengan berani melingkarkan tangannya ke leher Devan.

“Aku mencintaimu!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Комментарии (1)
goodnovel comment avatar
Dewi Oentari
bagus cerita y ...
ПРОСМОТР ВСЕХ КОММЕНТАРИЕВ

Latest chapter

  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 110. Akhir Bahagia

    Pagi ini sesuai rencana Fania untuk berpindah di kediaman ayahnya. Ia dan Elfina sudah bersiap-siap untuk pergi ke rumah Alnando.“Bi Darmi, titip rumah ini, ya,” ucap Fania saat sudah di depan pintu apartemen.“Iya, Nyonya. Hati-hati di jalan,” kata Darmi dengan rasa haru. Sebab, setelah menginap di rumah Alnando. Fania dan Devan akan langsung berpindah ke Paris.“Kalo ada apa-apa atau butuh apa pun. Jangan sungkan hubungi aku atau ke istriku, ya, Bi,” pesan Devan.“Baik, Tuan.”“Kami pamit dulu, Bi Darmi.” Elfina ikut bersuara kali ini.Darmi hanya mengangguk dan tersenyum.Devan mengajak istri dan ibu mertuanya untuk berjalan ke arah lobi apartemen. Sementara di sana pak Aris sudah menunggu sedari tadi.Setelah masuk ke dalam mobil. Pak Aris melajukan mobilnya mengarah ke kediaman Alnando.Sesampainya di rumah Alnando. Mereka langsung di sambut oleh bi Iyas dan pak Joko yang sudah menunggu.“Selamat datang nyonya Elfina, non Fania dan den Devan,” kata Iyas dan Joko secara bersamaa

  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 109. Lahiran Mendadak

    “Lo, tunggu sini, ya. Ingat! Jangan ke mana-mana!” Fania memberi peringatan kepada Karina. Lalu ia pergi keluar dari toko pelengkapan bayi.Fania menengok kanan kiri. Lalu netranya pun melihat ada seorang satpam mall yang sedang berjalan ke arahnya. Fania langsung mendekati satpam itu, untuk meminta bantuan.“Pak, bisa minta tolong?” tanya Fania langsung.“Iya, Mbak. Apa yang bisa saya bantu?”“Temanku mau lahiran, Pak. Apa Bapak, bisa bantuin saya siapkan mobilnya ke lobi?” titah Fania sopan.“Baik, Mbak. Akan saya bantu. Kalo boleh tahu berapa nomor plat mobilnya?” tanya Satpam itu.“Hayo, Pak. Ikut saya ke dalam, soalnya itu mobil teman saya,” sahut Fania sembari berjalan masuk ke tempat perlengkapan bayi.Satpam itu pun mengekori di belakang Fania yang masuk ke tempat di mana Karina berada. Setelah memberitahu kepada Satpam itu plat mobil Karina. Karina kini dirangkul oleh Fania untuk berjalan ke arah lobi. Untungnya tempat perlengkapan bayi ada di lantai dasar, membuat Fania tida

  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 108. Belanja Keperluan Bayi

    Setelah kepergian Elfina. Devan langsung menahan istrinya agar tidak memaksa kehendak sang ibu.“Sudah, tidak perlu kamu paksa Ibu agar mau tinggal di rumah Papah. Mungkin, ada hal yang tidak ingin Ibu beri tahu ke kamu, jadi kamu harus menjaga privasi Ibu, ya,” ucap Devan lirih. Berharap jika istrinya akan mengerti.Fania mengangguk pelan. “Iya, Mas. Kamu benar juga.”“Iya, sudah kamu mau ikut bareng aku ke toko atau mau diantar pak Aris?” tanya Devan saat sarapan selesai.“Aku ikut kamu saja, Mas.”Devan tersenyum. “Aku tunggu di bawah,” sahutnya dengan keluar ke arah pintu untuk mengambil mobil di basemen.Fania lebih dulu membereskan meja makan terlebih dahulu sebelum dia keluar. Setelah selesai, ia berjalan ke kamar ibunya untuk berpamitan.“Bu, Fania ke toko, ya,” ucapnya setelah mengetuk pintu.Tidak ada sahutan sama sekali dari kamar ibunya. Membuat hati Fania sedih kali ini. Ia merasa bersalah telah berbicara masalah untuk tinggal di rumah papahnya.Fania berjalan meninggalka

  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 107. Ngidam

    “Pak Devan?” sapa orang itu saat melihat ke arah Devan. Dia bahkan beranjak dari kursinya lalu mengulur tangan kanannya kepada Devan yang sedikit terkejut.“Anton?” panggil Devan singkat. “Kamu sudah di Jakarta berarti?” tanya Devan langsung. Karena setahu Devan, Anton waktu itu pindah ke Kalimantan.“Iya, Pak. Saya pindah ke sini lagi,” jawab Anton sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.“Kerja apa kamu sekarang? Kalau belum kerja, kamu bisa balik ke kantor saya lagi,” ajak Devan. Namun, dengan cepat Anton menggeleng.“Maaf, pak Devan. Bukan saya menolak rezeki, tetapi saya sudah buka usaha sendiri di sini, Pak,” sahut Anton sopan.Devan tersenyum mendengarnya. “Wah, bagus itu. Apa usahamu?”“Warung nasi padang, Pak. Itu yang seberang sana,” unjuk Anton ke warung usahanya dekat minimarket.“Oh, ya, kapan-kapan aku mampir,” ucap Devan. Ia juga bertanya tujuannya ke sini. Lalu Anton pun memberitahu tempat Angkringan yang buka hingga pagi, tempatnya memang tidak jauh dari lokasi s

  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 106. Surat Undangan

    Seseorang yang datang ke kantor Devan hanya tersenyum mendengar pertanyaan dari si empu ruangan yang terdengar sinis kepadanya.“Sebelumnya aku mau meminta maaf, karena sudah lancang duduk di sini. Dan tujuan kedatanganku, hanya ingin memberikan ini padamu,” kata orang itu dengan mengeluarkan satu lembar kertas undangan pernikahan ke hadapan Devan.Devan masih terdiam menatap undangan di atas mejanya. “Kau akan menikah?” tanyanya singkat.Alya mengangguk. Memang benar yang datang ke kantor saat ini adalah Alya mantan kekasihnya dulu. Orang yang dulu pernah merencanakan menjebak istrinya di apartemen milik Riko.“Ya, ada seseorang yang melamarku satu bulan yang lalu. Aku kira, tak ada salahnya aku membuka hatiku lagi untuk orang lain. Aku sudah sadar jika kita tak ditakdirkan untuk bersama,” sahut Alya.“Ya, kamu sadar juga,” ucap Devan.Alya hanya tersenyum kecut mendengar jawaban Devan padanya.“Aku minta maaf, jika aku banyak salah. Sepertinya hanya itu saja kedatanganku ke sini,” k

  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 105. Mengajak ke Toko Bunga

    Satu minggu kemudian. Seusai mengikuti sidang seminggu yang lalu, Fania dan Devan seperti memulai kehidupan yang baru. Meski sebenarnya, Beni masih menjadi buronan, tetapi Devan sudah menyerahkan semua keputusan kepada pak Gunawan selaku kepala kepolisian Jakarta Selatan.Elfina sementara masih tinggal di apartemen Fania untuk sementara waktu. Dan pagi ini seperti yang sudah dijanjikan oleh Fania kepada ibu dan ibu mertuanya yaitu mengajak ke toko bunga serta keliling Jakarta. Membuat Fania dan Elfina kini dalam perjalanan menjemput Berliana di kediaman Sam.Setelah sampai, ternyata Berliana sudah menunggu di ruang tamu bersama dengan Sam yang sedang menikmati secangkir teh dengan membaca koran surat kabar.“Hai, Mami!” sapa Fania dengan mendekat ke arah ruang tamu. Lalu bersalaman dengan Sam dan juga Berliana yang kini berdiri.“Hai, Sayang. Kita langsung jalan atau kalian mau mampir di sini dulu?” tanya Berliana setelah bersalaman dengan Elfina.“Langsung jalan saja, ya, Mi. Karena

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status