Share

Bab3. Kontrak pernikahan

"Kak, bertahanlah, aku mohon....” Eira terus bergumam diiringi tetes air mata yang terus mengalir membanjiri pipinya. Dia berjalan mondar-mandir di depan koridor rumah sakit, menunggu dokter yang sedang memeriksa keadaan Gilang.

Suara derit pintu terbuka mengalihkan perhatian Eira, jantungnya semakin berpacu kala melihat wajah lelah dan tak berdaya dokter jaga yang masih berdiri di depan pintu.

“Bagaimana keadaan kakak saya, Dok?” tanya Eira lirih. Dalam hati dia berharap agar tak mendapat kabar buruk. Namun, kadang kenyataan memang tak sesuai dengan harapan.

“Kondisi pasien semakin buruk, kita harus melakukan operasi secepatnya,” jawab dokter dengan nada hati-hati. Dia cukup tahu bagaimana selama ini Eira selalu berjuang untuk mendapatkan keringanan dari rumah sakit.

Eira kembali masuk ke ruang rawat setelah mendapat beberapa penjelasan dari dokter tentang kondisi Gilang saat ini. Dia tatap wajah yang masih tertidur tenang walau baru saja menyebabkan banyak kepanikan.

“Apa Kakak sedang bertemu dengan Ayah dan Mama di sana, makanya Kakak gak mau lagi kembali sama aku?” tangis Eira pecah. Dia sudah tak sanggup lagi menahan isak yang begitu terasa menyesakan dada.

Setelah kehilangan orang tuanya dua tahun lalu, apakah kini dirinya harus kehilangan satu-satunya keluarga yang tersisa?

“Kakak jahat, kenapa Kak Gilang ketemu sama Ayah dan Mama sendiri? Ajak Ira, Kak ... Ira mau ikut.” Eira terus meracau di sela isak tangis yang semakin kencang. Tubuh gadis kecil itu bergetar di samping brankar sang kakak.

***

Pagi buta Eira sudah berada di depan gedung apartemen Aryan. Dia tatap bangunan besar nan tinggi di depannya. Dia tarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan, Eira mencoba membesarkan hatinya untuk menerima keputusan yang sudah dia ambil setelah hampir semalam tadi dirinya menimbang.

“Ini demi Kak Gilang,” ujarnya sebelum melangkah memasuki gedung apartemen Aryan. Sebelumnya dia sudah menghubungi laki-laki itu dan kini dia harus menemuinya secara langsung.

Beberapa saat kemudian, keduanya sudah duduk di sofa unit apartemen Aryan. Laki-laki itu bahkan masih menggunakan pakaian santai dengan keringat yang masih menetes di dahinya setelah berolahraga.

“Jadi kamu sudah mempertimbangakn penawaran saya?” tanya Aryan setelah menenggak air putih dingin.

Eira hanya mengangguk sebagai jawaban. Tangannya tampak saling meremas di atas pangkuan.

“Lalu....” Aryan menjeda ucapananya. Dia tatap wajah gugup Eira sebelum melanjutkan. “Apa sekarang sudah menemukan jawabannya?”

“Saya harap tidak mengecewakan,” ujarnya lagi sambil mengelap keringatnya menggunakan handuk kecil.

“Saya akan menerimanya. Tapi, boleh saya terima bayarannya sekarang?” jawab Eira terus terang. Sungguh, dia harus menahan malu dan mengubur harga dirinya sedalam mungkin demi mengucapkan kata sederhana itu.

Aryan tersenyum tipis. Dia kembali mengalungkan handuk kecil di lehernya lalu menatap lekat wajah manis Eira. Tawa remeh menghiasi bibir tipisnya.

“Kamu meminta bayaran di muka? Bagaimana kalau kamu kabur sebelum melakukan tugas?” tanya Aryan penuh selidik.

“Aku tidak akan pernah kabur!” Eira menyangkal cepat.

Aryan tampak memberikan reaksi seolah sedang menelisik kebenaran dari ucapan Eira.

“Begini....” Eira meremas tangannya, tidak yakin akan kata yang ingin dia ucapakan.

“Ya?” Aryan semakian menunjukan rasa penasaran.

Eira mulai menceritakan keadaan Gilang dan kebutuhannya akan uang bonus dari Aryan.

Aryan menatap lekat mata bening yang kini tampak diselimuti kabut air mata di pelupuk, sesaat dia terkejut akan beban yang sedang ditanggung gadis bertubuh mungil di depannya.

Namun, bukankah ini juga sebuah peluang untuknya? ‘Setidaknya kami berdua bisa sama-sama saling membantu. Aku punya uang, dan dia memiliki waktu untuk menjadi pasangan kontraku.’

Aryan mengangguk-anggukan kepalanya. “Baiklah. Sekarang berapa uang yang kamu butuhkan?”

“Anda benar-benar mau membantu saya?” tanya Eira penuh semangat. Matanya berbinar seolah beban dan kesedihan pada dirinya menghilang dalam sekejap mata.

Aryan sedikit memundurkan tubuhnya kala tiba-tiba Eira merangsek maju hingga wajah keduanya hampir bertabrakan. Dia terkejut akan perubahan sikap Eira yang begitu cepat. Namun, itu tak bertahan lama. Aryan segera beranjak mengambil kontrak dan menyodorkannya untuk ditanda tangani oleh Eira.

Eira membaca untaian kata yang tertulis di dalam perjanjian itu. Hingga beberapa saat kemudian, dia kembali dibuat terkejut oleh inti dari perjanjian ini yang berubah. Eira menatap curiga Aryan.

“Kenapa di sini tertulis menikah? Bukankah kita hanya kan berpura-pura menjadi pacar?” tanya Eira, penuh selidik.

“Saya tidak pernah bilang begitu,” jawab Aryan tak acuh.

“Hah?” pekik Eira sambil menatap tajam Aryan yang bahkan masih bertahan dengan wajah datarnya.

“Anda mempermainkan saya, Pak? Kenapa enggak Bapak bilang dari awal saja? Jadi saya gak salah paham begini!” protes Eira.

Aryan menghembuskan napas pelan sebelum menjelaskan. “Dari awal saya sudah bilang kalau kamu akan berperan menjadi pendamping saya. Bukankah itu sama saja dengan istri?”

‘Dasar laki-laki licik! Bisa-bisanya aku terjebak dengan laki-laki kayak gini!’ batin Eira merutuki nasibnya sendiri yang terasa selalu diikuti kesialan.

“Tanda tangani saja, nanti saya akan langsung menanggung semua uang biaya pengobatan kakakmu,” ujar Aryan dengan mudahnya, seolah uang memang tak ada harganya di matanya.

Perlahan Eira menaruh kembali surat perjanjian di atas meja. Pernikahan tanpa cinta ... ini benar-benar berat untuknya, tetapi dia tak memiliki cara lain. Eira terpaksa harus menjalani hubungan konyol ini demi pengobatan Gilang.

‘Maafkan Ira, Mah, Yah. Semua ini Ira lakukan demi Kak Gilang,’ batin Eira mulai menorehkan tinta atas sebuah materai.

“Bersiaplah, besok pagi kita akan menemui orang tuaku sekaligus menghadiri ulang tahun nenekku,” ujar Aryan setelah dirinya juga menandatangani surat perjanjian pernikahan kontrak bersama Eira.

“Be-besok?” Eira kembali memekik tepat di depan wajah Aryan. “Apa harus secepat ini?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status