Share

Bab 3. Apakah sah?

Bab 3. Apakah sah?

Pagi ini seharusnya menjadi hari paling indah untuk ke dua mempelai. Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Entah apa yang akan terjadi setelah ini.

Evellyn tampak cantik mempesona. Dia menggunakan kebaya hitam modern. Kebaya menjuntai hingga menutupi lantai. Hiasan melati di kepala memberi keharuman khas pengantin.

Arkan menggunakan Beskap hitam lengkap dengan blangkon. Mereka terlihat serasi. Namun terukir jelas tak ada bahagia di wajah mereka.

Beberapa foto diambil. Fotografer memberikan arahan pada mereka. Evellyn terlihat gerogi saat sesi foto, karna fotografer mengarahkan mereka untuk berdekatan dan saling memandang.

Evellyn melihat ke dalam manik mata milik lelaki dihadapannya. Ada kemarahan dan kebencian pada pancaran matanya.

Setelah selesai sesi foto. Kedua pengantin duduk berdampingan di atas pelaminan. Hari ini mereka sah menjadi pasangan suami istri tanpa mengenal satu sama lain.

Baru kali ini mereka bertemu muka. Evellyn tak berani menatap Arkan, pun begitu Arkan Enggan menampilkan wajah ramah. Ekspresi Arkan sedingin es yang siap membekukan siapapun yang menyentuh dan mendekatainya.

Arkan menyambut tamu-tamu kehormatan. Beberapa kali dia turun dari pelaminan dan sesekali Arkan memperhatikan Evellyn dari jauh. Pikirannya terus mengingat. Namun saat pandangan matanya tertuju pada sosok itu ada kebencian yang menyelimuti hati.

Awalnya acara akan diekspos Awak Media. Namun semua dibatalkan dan banyak pembatalan acara yang dilakukan.

Bahkan sang pengantin pergi, saat tamu undangan banyak yang belum datang.

Kasak-kusuk terdengar. Bahkan terang-terangan kenapa mempelai wanitanya berbeda. Semua teman Allena pun bertanya di mana keberadaan Allena.

Orang tua Arkan pun terkejut, saat melihat sang pengantin dan keluarganya tak ada satupun yang mereka kenal. Karna kelihaian Ervan menghandle masalah, semua dapat diatasi tanpa keributan yang berarti.

Yang terpenting adalah nama perusahaan dan kemajuan perusahaan untuk saat ini. Jiwa dan raga rela dia korbankan, pikir Ervan.

Evellyn mengikuti semua arahan yang diberikan EO. Hanya senyum yang dia berikan saat beberapa kerabat menggodanya. Sejak sampai di tempat ini ia tak mengeluarkan sepetah katapun.

Di sampingnya ada yang menemani. Jika ada tamu yang bertanya, Asisten yang menjawab pertanyaan sesuai instruksi Ervan sebelum acara dilakukan.

Evellyn tau setelah hari ini hidupnya tak akan seperti dulu.

Beberapa orang membawa Evellyn menuju mobil yang terparkir dibelakamg gedung. Arkan sudah duduk di dalam mobil.

Tangannya diketuk-ketuk tanda tak sabar menunggu. Tak lama terlihat segerombol orang menghampiri mobil, terlihat Evellyn berada dalam kawalan mereka.

Mobil berjalan membelah kota. Sejak tadi mereka tak mengeluarkan sepatah katapun. Hati Arkan seolah mati pada wanita. Melihat wanita kebencian menyelimuti pikirannya.

Evellyn pun begitu Enggan memulai percakapan.

Mobil menuju Apartmen mewah. Mereka saling membelakangi pandangan. Tak ada air mata ataupun kebahagiaan di wajah Evellyn. Mimik mukanya datar pandangan kosong.

Dia teringat wajah sendu ibunya ketika dia akan menaiki mobil. Tak usah khawatirkan aku Ibu monolog Evellyn saat pamdangannya tertuju pada ibunya. Di paksakannya bibir meronanya tersenyum. Lambaian tangan diberikan ayah dan ibunya.

“Ayo turun,” ucap Arkan. Suaranya yang dingin mengagetka Evellyn.

“Iiyaa, Tuan,” jawab Evellyn gugup. Suara Arkan membuyarkan lamunannya.

Hatinya kacau, mengingat dia akan tinggal dengan orang yang sama sekali tak dia kenal. Terlebih sekarang menyandang status istri, walau kontrak.

Evelin terlihat sulit untuk keluar dari mobil. Namun tak sedikitpun lelaki yang sekarang menyandang status suami berniat untuk membantu.

Melihat nonanya kesulitan sang supir bergerak ingin membantu.

“Apa yang kau lakukan?” bentak Arkan keras.

“Membantunya, Tuan,” jawab si supir gugup.

“Siapa suruh? Kau jangan pernah dekat-dekat dengannya,” ucap Arkan dingin.

“Baik Tuan.” Si sopir mundur. Mengurungkan niat membantu wanita di dalam mobil yang sedang kesulitan turun akibat gaun pengantin.

Namun tanpa perasaan Arkan pun tak ada keinginan membantu Evellyn keluar dari dalam mobil. Dia berjalan menuju lift meninggalkan Evellyn.

“Ya Allah ya Rohman ya Rohim,” batin Evelyn, menyebut nama Allah karna kelakuan Arkan.

“Sabar sabar.”

“Cepat laahhh!” bentak Arkan, wajahnya dingin, acuh, tak perduli.

Tanpa menyahut, Evellyn berjalan agak sedikit kencang, tiba-tiba.

Gubraakkk. Beruntung Evellyn mendarat pada pelukan Arkan. Tubuh kokoh Arkan menahan tubuh Evellyn agar tak terjatuh ke lantai. Pandangan mereka menyatu.

“Maaf Tuan kaki saya menginjak gaun,” ucap Evellyn salah tingkah, membenarkan posisi berdirinya.

“Kau sengaja ya, ingat kontrak kita, tak ada kontak fisik.” Suara Arkan pelan namun tegas.

“Baik Tuan, akan selalu saya ingat,” ucap Evellyn menundukkan wajahnya.

“Tuan, disurat perjanjian belum dijelaskan dendanya apa jika ada kontak fisik,” tanya Evelyn memandang wajah Arkan.

Lift naik secara perlahan, dilihat angka menunjukan ruang teratas, tempat yang tak asing untuk Evellyn. Ini bukannya ruangan Apartemen yang kemaren aku kerjakan, pikir Evellyn.

“Siapapun yang memulai kontak fisik harus membayar sejumlah uang,” ucap Arkan. Mendekatkan wajahnya pada Evellyn.

Yang ditatap hanya mengerjapkan bulu mata beberapa kali seperti menghipnotis Arkan.

“Tuan.” Suara Evellyn menyadarkan Arkan. Arkan langsung menarik tubuhnya dan berlalu melangkah keluar lift.

Ketika pintu lift terbuka, Evellyn yakin ini hunian yang kemarin direnovasi.

“Ooohh. Fix ini ruangan yang kemarin aku kerjakan. Oh Tuhan semesta alam ternyata kamar penganti itu untukku,” monolog Evelyn.

Dia ingin bahagia, Namun kebahagiaan yang seperti apa?

Saat memasuki ruangan, Arkan terkesima dia ambil telponselular dan menghubungi seseorang.

“Hallo Ervan. Terimakasih untuk Hunian indah ini. Aku menyukai desain baru Apartemenku,” ucap Arkan.

Evellyn tersenyum dibelakang tubuh Arkan.

“Kenapa kau senyum-senyum?” tanya Arkan saat mendapati Evelyn terasenyum dibelakangnya. Dari pantulan cermin di depannya terlihat Evellyn tersenyum puas.

“Tidak apa-apa Tuan,” Evellyn menundukan wajahnya

.

“Karna ini hasil karyaku,” ucap Evellyn dalam hati, bibirnya masih terulas senyum.

Arkan terus meneliti tiap ruangan dan dia menganga melihat kamar pengantin yang begitu indah.

“Hallo room service.” Setelah menelpon room service dia duduk di kursi dan terbersit ide untuk menjahili teman tidurnya.

Ting nong, bel berbunyi.

“Maaf tak jadi,” ucap Arkan, dia mengambil beberapa lembar uang dari dompet dan memberikan pada lawan bicaranya.

“Iissshh orang kaya mah suka-suka dia,” ucap Evellyn yang duduk di sofa ruang tv saat melihat Arkan dengan mudahnya menghambur-hambur uangnya.

“Heii,, kau tak mandi? Aroma tubuhmu membuatku sakit kepala,” ucap Arkan, yang sudah berganti pakaian casual.

Evellyn langsung mencium ketiaknya bergantian. Harum ko pikirnya.

“Nggak ada kamus badanku bau, Tuan,” gumam Evellyn di dalam hati. Hanya di dalam hati Evellyn berani berkata pada lawannya saat ini.

Dia bangkit menghampiri Arkan." Masih wangi, Tuan.”

“Yang memulai kontak fisik harus membayar berupa materi, apakah kau memilikinya?” ucapan Arkan membuat Evellyn mengurungkan niatnya mendekati Arkan.

Dia berlalu dari hadapan Arkan menuju kamar tidur.

Evellyn masuk ke kamar dan dia selalu terkesima dengan disain kamar ini, indah pikirnya. Dia foto dan dia kirimkan ke grup keluarganya.

Apapun cemoohan keluarga besarnya. Dia akan tunjukan, jika dia bahagia di sini. Evellyn bertekad apapun yang Arkan perbuat padanya dia harus tegar dan tetap bahagia.

Wa grup langsung ramai, notif tidak berhenti berbunyi. Ada yang bilang hoak dan sebagainya.

Evelin mengirimkan beberapa pose. Saat dia di atas ranjang masih dengan pakaian pengantin. Selanjutnya dia mengirimkan hanya dengan menggunakan kemeja Arkan yang kebesaran, dengan rambut basah.

Tetapi foto dengan rambut basah hanya dia kirim pada sepupunya yang selalu mencibirnya. Karna Evellyn tak mau auratnya menjadi konsumsi publik, apa lagi bukan mukhrimnya.

“Haii kau sedang apa? Mandi lama sekali?” suara Arkan mengagetkan Evellyn yang sedang berbalas pesan. Dia masuk kamar dan mendapati Evellyn menggunakan pakaiannya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dina0505
Arkan jangan galak2. awas jatuh cinta
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status