공유

Bab 3. Apakah sah?

작가: Azzurra
last update 최신 업데이트: 2024-01-02 21:48:07

Bab 3. Apakah sah?

Pagi ini seharusnya menjadi hari paling indah untuk ke dua mempelai. Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Entah apa yang akan terjadi setelah ini.

Evellyn tampak cantik mempesona. Dia menggunakan kebaya hitam modern. Kebaya menjuntai hingga menutupi lantai. Hiasan melati di kepala memberi keharuman khas pengantin.

Arkan menggunakan Beskap hitam lengkap dengan blangkon. Mereka terlihat serasi. Namun terukir jelas tak ada bahagia di wajah mereka.

Beberapa foto diambil. Fotografer memberikan arahan pada mereka. Evellyn terlihat gerogi saat sesi foto, karna fotografer mengarahkan mereka untuk berdekatan dan saling memandang.

Evellyn melihat ke dalam manik mata milik lelaki dihadapannya. Ada kemarahan dan kebencian pada pancaran matanya.

Setelah selesai sesi foto. Kedua pengantin duduk berdampingan di atas pelaminan. Hari ini mereka sah menjadi pasangan suami istri tanpa mengenal satu sama lain.

Baru kali ini mereka bertemu muka. Evellyn tak berani menatap Arkan, pun begitu Arkan Enggan menampilkan wajah ramah. Ekspresi Arkan sedingin es yang siap membekukan siapapun yang menyentuh dan mendekatainya.

Arkan menyambut tamu-tamu kehormatan. Beberapa kali dia turun dari pelaminan dan sesekali Arkan memperhatikan Evellyn dari jauh. Pikirannya terus mengingat. Namun saat pandangan matanya tertuju pada sosok itu ada kebencian yang menyelimuti hati.

Awalnya acara akan diekspos Awak Media. Namun semua dibatalkan dan banyak pembatalan acara yang dilakukan.

Bahkan sang pengantin pergi, saat tamu undangan banyak yang belum datang.

Kasak-kusuk terdengar. Bahkan terang-terangan kenapa mempelai wanitanya berbeda. Semua teman Allena pun bertanya di mana keberadaan Allena.

Orang tua Arkan pun terkejut, saat melihat sang pengantin dan keluarganya tak ada satupun yang mereka kenal. Karna kelihaian Ervan menghandle masalah, semua dapat diatasi tanpa keributan yang berarti.

Yang terpenting adalah nama perusahaan dan kemajuan perusahaan untuk saat ini. Jiwa dan raga rela dia korbankan, pikir Ervan.

Evellyn mengikuti semua arahan yang diberikan EO. Hanya senyum yang dia berikan saat beberapa kerabat menggodanya. Sejak sampai di tempat ini ia tak mengeluarkan sepetah katapun.

Di sampingnya ada yang menemani. Jika ada tamu yang bertanya, Asisten yang menjawab pertanyaan sesuai instruksi Ervan sebelum acara dilakukan.

Evellyn tau setelah hari ini hidupnya tak akan seperti dulu.

Beberapa orang membawa Evellyn menuju mobil yang terparkir dibelakamg gedung. Arkan sudah duduk di dalam mobil.

Tangannya diketuk-ketuk tanda tak sabar menunggu. Tak lama terlihat segerombol orang menghampiri mobil, terlihat Evellyn berada dalam kawalan mereka.

Mobil berjalan membelah kota. Sejak tadi mereka tak mengeluarkan sepatah katapun. Hati Arkan seolah mati pada wanita. Melihat wanita kebencian menyelimuti pikirannya.

Evellyn pun begitu Enggan memulai percakapan.

Mobil menuju Apartmen mewah. Mereka saling membelakangi pandangan. Tak ada air mata ataupun kebahagiaan di wajah Evellyn. Mimik mukanya datar pandangan kosong.

Dia teringat wajah sendu ibunya ketika dia akan menaiki mobil. Tak usah khawatirkan aku Ibu monolog Evellyn saat pamdangannya tertuju pada ibunya. Di paksakannya bibir meronanya tersenyum. Lambaian tangan diberikan ayah dan ibunya.

“Ayo turun,” ucap Arkan. Suaranya yang dingin mengagetka Evellyn.

“Iiyaa, Tuan,” jawab Evellyn gugup. Suara Arkan membuyarkan lamunannya.

Hatinya kacau, mengingat dia akan tinggal dengan orang yang sama sekali tak dia kenal. Terlebih sekarang menyandang status istri, walau kontrak.

Evelin terlihat sulit untuk keluar dari mobil. Namun tak sedikitpun lelaki yang sekarang menyandang status suami berniat untuk membantu.

Melihat nonanya kesulitan sang supir bergerak ingin membantu.

“Apa yang kau lakukan?” bentak Arkan keras.

“Membantunya, Tuan,” jawab si supir gugup.

“Siapa suruh? Kau jangan pernah dekat-dekat dengannya,” ucap Arkan dingin.

“Baik Tuan.” Si sopir mundur. Mengurungkan niat membantu wanita di dalam mobil yang sedang kesulitan turun akibat gaun pengantin.

Namun tanpa perasaan Arkan pun tak ada keinginan membantu Evellyn keluar dari dalam mobil. Dia berjalan menuju lift meninggalkan Evellyn.

“Ya Allah ya Rohman ya Rohim,” batin Evelyn, menyebut nama Allah karna kelakuan Arkan.

“Sabar sabar.”

“Cepat laahhh!” bentak Arkan, wajahnya dingin, acuh, tak perduli.

Tanpa menyahut, Evellyn berjalan agak sedikit kencang, tiba-tiba.

Gubraakkk. Beruntung Evellyn mendarat pada pelukan Arkan. Tubuh kokoh Arkan menahan tubuh Evellyn agar tak terjatuh ke lantai. Pandangan mereka menyatu.

“Maaf Tuan kaki saya menginjak gaun,” ucap Evellyn salah tingkah, membenarkan posisi berdirinya.

“Kau sengaja ya, ingat kontrak kita, tak ada kontak fisik.” Suara Arkan pelan namun tegas.

“Baik Tuan, akan selalu saya ingat,” ucap Evellyn menundukkan wajahnya.

“Tuan, disurat perjanjian belum dijelaskan dendanya apa jika ada kontak fisik,” tanya Evelyn memandang wajah Arkan.

Lift naik secara perlahan, dilihat angka menunjukan ruang teratas, tempat yang tak asing untuk Evellyn. Ini bukannya ruangan Apartemen yang kemaren aku kerjakan, pikir Evellyn.

“Siapapun yang memulai kontak fisik harus membayar sejumlah uang,” ucap Arkan. Mendekatkan wajahnya pada Evellyn.

Yang ditatap hanya mengerjapkan bulu mata beberapa kali seperti menghipnotis Arkan.

“Tuan.” Suara Evellyn menyadarkan Arkan. Arkan langsung menarik tubuhnya dan berlalu melangkah keluar lift.

Ketika pintu lift terbuka, Evellyn yakin ini hunian yang kemarin direnovasi.

“Ooohh. Fix ini ruangan yang kemarin aku kerjakan. Oh Tuhan semesta alam ternyata kamar penganti itu untukku,” monolog Evelyn.

Dia ingin bahagia, Namun kebahagiaan yang seperti apa?

Saat memasuki ruangan, Arkan terkesima dia ambil telponselular dan menghubungi seseorang.

“Hallo Ervan. Terimakasih untuk Hunian indah ini. Aku menyukai desain baru Apartemenku,” ucap Arkan.

Evellyn tersenyum dibelakang tubuh Arkan.

“Kenapa kau senyum-senyum?” tanya Arkan saat mendapati Evelyn terasenyum dibelakangnya. Dari pantulan cermin di depannya terlihat Evellyn tersenyum puas.

“Tidak apa-apa Tuan,” Evellyn menundukan wajahnya

.

“Karna ini hasil karyaku,” ucap Evellyn dalam hati, bibirnya masih terulas senyum.

Arkan terus meneliti tiap ruangan dan dia menganga melihat kamar pengantin yang begitu indah.

“Hallo room service.” Setelah menelpon room service dia duduk di kursi dan terbersit ide untuk menjahili teman tidurnya.

Ting nong, bel berbunyi.

“Maaf tak jadi,” ucap Arkan, dia mengambil beberapa lembar uang dari dompet dan memberikan pada lawan bicaranya.

“Iissshh orang kaya mah suka-suka dia,” ucap Evellyn yang duduk di sofa ruang tv saat melihat Arkan dengan mudahnya menghambur-hambur uangnya.

“Heii,, kau tak mandi? Aroma tubuhmu membuatku sakit kepala,” ucap Arkan, yang sudah berganti pakaian casual.

Evellyn langsung mencium ketiaknya bergantian. Harum ko pikirnya.

“Nggak ada kamus badanku bau, Tuan,” gumam Evellyn di dalam hati. Hanya di dalam hati Evellyn berani berkata pada lawannya saat ini.

Dia bangkit menghampiri Arkan." Masih wangi, Tuan.”

“Yang memulai kontak fisik harus membayar berupa materi, apakah kau memilikinya?” ucapan Arkan membuat Evellyn mengurungkan niatnya mendekati Arkan.

Dia berlalu dari hadapan Arkan menuju kamar tidur.

Evellyn masuk ke kamar dan dia selalu terkesima dengan disain kamar ini, indah pikirnya. Dia foto dan dia kirimkan ke grup keluarganya.

Apapun cemoohan keluarga besarnya. Dia akan tunjukan, jika dia bahagia di sini. Evellyn bertekad apapun yang Arkan perbuat padanya dia harus tegar dan tetap bahagia.

Wa grup langsung ramai, notif tidak berhenti berbunyi. Ada yang bilang hoak dan sebagainya.

Evelin mengirimkan beberapa pose. Saat dia di atas ranjang masih dengan pakaian pengantin. Selanjutnya dia mengirimkan hanya dengan menggunakan kemeja Arkan yang kebesaran, dengan rambut basah.

Tetapi foto dengan rambut basah hanya dia kirim pada sepupunya yang selalu mencibirnya. Karna Evellyn tak mau auratnya menjadi konsumsi publik, apa lagi bukan mukhrimnya.

“Haii kau sedang apa? Mandi lama sekali?” suara Arkan mengagetkan Evellyn yang sedang berbalas pesan. Dia masuk kamar dan mendapati Evellyn menggunakan pakaiannya.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
댓글 (1)
goodnovel comment avatar
Dina0505
Arkan jangan galak2. awas jatuh cinta
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 146

    "Mas gimana keadaan Ervan?" tanya Evellyn. "Baik, sudah lebih baik," "Udah aktif ngantor lagi?" tanya Evellyn penasaran. "Ngapain nanyain Ervan?" tanya Arkan penuh intimidasi. "Aku cuma nanya, Mas. Masa nanya doang nggak boleh?" jawab Evellyn cuek, dia mengalihkan pandangan karna tatapan Arkan yang seperti menguliti. "Begitu aja kesel," ujar Evellyn masih membuang muka. Arkan duduk di sebelah Evellyn. "Nanyain aku aja," ucap Arkan lembut, di dekat telinga Evellyn membuat bulu kuduknya berdiri. "Iisshhh ... Kamu tiap hari liat, perlu di tanyain apa lagi?" jawab Evellyn kesal. "Tiap aku pulang kaya sekarang tanya begini. Mas mau enak-enak nggak? gitu ...." "Iisshhh ... Kamu nggak usah di tanyain pasti minta." jawab Evellyn.

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 145

    Ervan mengendarai mobil dengan perasaan gelisah, bukan 'kah tadi Aryanti sudah lebih baik, dia meninggalkan Aryanti dalam keadaan baik? Lalu kenapa Dokter mengabarkan Aryanti dalam keadaan kritis. Ervan berlari menuju ruang oprasi, sudah ada seorang perawat yang menunggunya di sana. Ervan menanda tangani berkas dengan cepat, bertanya kenapa bisa Aryanti kembali kritis, tetapi perawat enggan menjawab. "Nanti Dokter penanggung jawab yang akan menjelaskan, Pak,"jawab perawat, gegas masuk ke dalam ruang operasi. Operasi kali ini terbilang lama, setelah Beberapa jam, seorang dokter menghampiri Ervan. "Pak Ervan." Lelaki tampan yang terlihat begitu murung ini mendongak. Bangun dari duduk. Menatap Dokter Eliza. "Alhamdulillah, pasien sudah mendapatkan pertolongan, tetapi kondisinya begitu kritis, semua sudah kami upayakan yang terbaik. Hanya doa kini yang dapat kita lakukan." "Dok, bagaimana bisa kritis kem

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 144

    "Sebentar lagi kamu bisa pulang, aku nggak akan melakukan yang melanggar undang-undang, Ar." Ervan berkata yakin. Ervan menaruh bekas makan di dekat pintu. "Marni sebentar lagi datang, aku sudah lama nggak ke kantor, aku ke kantor dulu, nggak apa 'kan?" tanya Ervan. "Iya, nggak apa, untung bos baik, boleh kamu cuti," Aryanti tersenyum kecil. "Itulah enaknya," Ervan terkekeh. "Mas cium aku," Aryanti merentangkan tangan, Ervan pun menyambut rentangan tangan wanitanya. Ervan mengecupj wajah Aryanti, tetapi saat Ervan akan melumat bibir Aryanti melengos, aku belum gosok gigi," ucapnya malu. Ervan menahan kepala Aryanti mengecup bibir yang terlihat pucat dan melumat lembut, kehangatan bibir Ervan membuat jantung Aryanti berdetak lebih keras. Kedatangan Marni menghentikan aktifitas mereka. "Maaf, Mbak." Marni kembali

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 143

    "Sabar ya, Mas semua pasti ada hikmahnya, pasti ada kebaikan di balik semua ini," ucap Evelly saat menjenguk Aryanti. Ervan meyugar rambut kasar, sorot matanya penuh dengan dendam melihat istrinya terbaring, "Kebaikan apa yang di dapat dari kejadian ini?" di dalam hati Ervan terus bertanya. Apalagi setelah mendengar keterangan dokter mungkin telah terjadi tindak pelecahan terhadap Aryanti, karna ada luka lebam di pipi juga bekas ikatan di tangan. Dan ditemukannya sperma saat pertama kali Aryanti di bawa ke Rs. Ervan membekap mulutnya dengan bantal dia barteriak sekencang dia ingin luapkan. "Masss," suara Aryanti menghentikan kegiatan Ervan, lelaki itu menengok pada wanita yang terbaring di ranjang. Ervan melangkah mendekati Aryanti, "Kamu udah bangun Ar?" "Aku di mana? Mas?" tanya Aryanti lemah. "Kamu di Rs. Aku panggil dokter dulu," ucap Ervan, dia membuka pintu memanggil

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 142

    Ivander mengambil kue bekas gigitan Azalea, lalu memakannya, netra biru itu membola, "Carla benar ini buatanmu?" tanya Ivan tak percaya. "Iya, kalau gak enak, besok aku cari resep yang baru, aku pikir ini sudah enak, teman-teman bilang ini benar-benar enak," Carla berkata pelan. "Tapi ini memang benar-benar enak Carla." Ivan berkata sambil mengambil satu potong lagi. "Bang buruan ngomongnya. Aku udah gak betah," Azalea merajuk manja, melirik pada Carla. Carla memang wanita penghibur, siapapun lelaki yang masuk areanya pasti akan tergoda, tetapi anti baginya menggoda lelaki beristri yang jelas-jelas tak menginginkannya. "Sebentar, sayang," ujad Ivan menggenggam tangan Lea. "Carla semua akan aku atur, mungin tiga hari lagi kamu sudah bisa keluar dari sana," Ivan meyakinkan wanita begincu merah ini. "Tapi, untuk keluarkan aku dari sana, Mr pasti keluar uang banyak, aku harus g

  • Perjanjian Nikah dengan Sang CEO   Bab 141

    "Bahasa dari mana itu?" tanya Ivan menyungingkan senyum. "Dia bilang sendiri, seneng ya dikejar-kejar jablay kesayangan, bahkan Abang selalu pakai dia." suara Azalea menggebu. "Lea gak usah bahas yang lalu, itu masa kelam abang, malu abang kalo ingat masa itu." Ivan menangkup wajah Azalea. Perlahan melumat bibir yang sedang merajuk. Ivan melakukan perlahan, lembut, lalu menyesap intens. Azlaea mencoba mendorong, berusaha melepas tautan bibirnya, tatapi tangan Ivan kuat memegangi kepala wanita blasteran ini. Masih tak ada respon dari wanitanya, Ivan melepas pagutannya, menatap netra kebiruan Azalea. Kembali mendekatkan bibirnya mengecup lembut lalu menyesap peralahan menjadi lumatan bergairah. Sesekali bibir Azalea merespon menyesap bibir lelaki dihadapan, tetapi egonya lebih besar. Ivander kembali melepas pagutan, "Kenyangin perut bawah dulu aja ya!" Netra biru Ivander mengerling, lelaki ini bangun membuka sabuk tanpa membuka kemeja. Azalea mendegkus kesal, "Masukin kedala

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status