LOGIN“Mom ikut kelasmu?” tanya Noel kebingungan.Mengenai ibunya yang ikut kelas Leya, ia sama sekali tidak tahu.“Iya, bersama Elise!” balas Leya.“Mom memang suka memasak,” balas Noel. “Bahkan Mom memiliki beberapa sertifikat memasak.” Dengan nada yang tenang. “Kalau dia ikut kelasmu, dia bukan sekedar ingin dekat denganmu. Karena dia juga ingin belajar memasak darimu.”Leya mengusap rambutnya kasar.Masalahnya ia pun tahu kalau niat ibu Noel memang baik, tidak ada niat jahat sama sekali.Tapi ini tentang dirinya sendiri yang merasa tidak nyaman terlalu dekat dengan keluarga Noel.“Aku tidak nyaman,” balas Leya pada akhirnya.Noel terdiam sesaat. “Baiklah. Aku akan meminta Mom untuk berhenti mengikuti kelasmu.”“Tidak perlu melakukannya,” ucap Leya.Pasalnya pembicaraan mereka belum menemukan titik temu.“Lalu kau ingin aku melakukan apa?” tanya Noel yang juga kebingungan.“Aku juga sudah menawarkan solusi. Kalau kau tidak nyaman, aku akan meminta Mom dan Elise agar tidak usah mengikuti
“Aku sudah bilang tidak perlu ke sini!” Leya menatap lelah Noel.Noel hanya tersenyum manis dan membukakan pintu untuknya.Leya menghela napas pelan sebelum masuk.Duduk dengan tenang sebelum Noel kembali berbicara.“Aku penasaran,” ucap Noel.“Tunggu.” Leya menggeleng. “Aku tidak ingin membicarakan itu dulu. Aku harus ke rumah sakit.”Noel menoleh dengan kaget. Langsung tahu rumah sakit yang dimaksud. “Kau ingin menemui dia?”“Ya. Kalau kau tidak suka, kau bisa menurunkanku.”“Leya..” ucap Noel pelan.“Kau tidak bisa melarangku.” Leya menoleh. “Kita tidak memiliki hubungan sedalam itu sampai kau bisa melarangku pergi ke manapun.”“Kalau kau tidak suka, kau bisa menurunkanku di sana!” menunjuk trotoar. “Aku akan naik taksi ke rumah sakit.”“Baiklah. Aku akan mengantarmu. Aku juga akan menunggumu sampai selesai berbicara dengannya!”“Jangan menungguku.” Leya menolak keras keinginan Noel.Noel tidak bisa. Jika tidak ditunggu mereka bisa semakin lama.Maka dari itu, ia akan tetap menungg
“Tidak usah menjemputku. Kalau Jayden sudah tidur, kau bisa pulang.” Leya melepaskan sabuk pengaman dari tubuhnya.Ia sudah sampai di sebuah gedung di mana ia biasa melatih memasak.“Kau yakin pulang sendiri?” tanya Noel.Leya berhenti sejenak sebelum ia benar-benar membuka pintu.“Sebelum ada kau, bahkan meski ada kau, aku terbiasa melakukan apapun sendiri. Tidak perlu mencemaskanku.” Leya menoleh ke belakang.Tangannya yang tidak seberapa panjang itu terulur untuk memperbaiki posisi Jayden yang tertidur di belakang.“Biasanya dia akan bangun saat kau menggendongnya. Tapi hanay sebentar, dia akan kembali tidur dengan cepat.”Noel mengangguk saja.Leya berhenti—Noel pun menunggu wanita itu keluar.Meski tidak rela jika kebersamaannya dengan Leya akan berakhir sampai di sini.“Sebenarnya…” lirih Leya.“Sebenarnya…” ulang Noel.Karena penasaran. Karena ia ingin segera tahu apa yang ingin dikatakan oleh Leya padanya. “Aku ingin memberithaumu sesuatu.” Leya akhirnya berbicara.“Katakanla
Empat jam saja. Ya itu waktu mereka untuk bersenang-senang.Sebelum Leya akan pergi untuk memberikan pelajaran memasak kepada para ibu-ibu.Dan selama empat jam juga, ia akan berusaha agar dirinya bisa menikmati semuanya.Kekayaan dan harta memangnya dua hal yang membuat siapapun terlena.Sekitar satu tahun yang lalu, ia datang bersama Jayden di sini.Bukan dirinya sendiri, melainkan bersama rombongan anak sekolah dasar diiringi oleh orang tua mereka.Ramai, antri dan penuh.Euphoria kesenangan tidak terlalu ia rasakan.“Hei!” Noel menariknya.Leya duduk di samping, dengan Jayden berada di tengah.Kereta yang mereka naiki mulai berbutar.“Waaah!” seru Jayden yang begitu senang.“Mama aku tidak sempat naik ini tahun lalu!” teriak Jayden.Benar, yang dikatakan anaknya memang benar. Waktunya terbatas, ditambah harus antri.Namun, Noel memberikan mereka lebih dari sekedar bersenang-senang di taman hiburan.Kemewahan yang tidak bisa ia dapatkan di manapun. Yaitu bisa menaiki wahana dengan
Elio benar-benar merasa jengkel setelah Leya dibawa kabur oleh Lucian.Bagaimana tidak, Lucian datang membawa satu perawat yang selama ini terang-terangan menyukainya.Lalu perawat itu dengan ceria ingin menemaninya.Belum sempat Leya berbicara, Lucian lebih dulu menarik Leya pergi.Ya, kurang lebih seperti itu ceritanya.“Yang tadi, Kak Leya benar ‘kan?” tanya perawat itu. “Dia bersama seorang pria? Apa pria itu kekasihnya?”Elio mendengus kecil. Tidak suka jika ditanya begini.Apalagi ditanya topik yang tidak ia suka.“Berhentilah berbicara, Laras!” hardik Elio. “Kau tidak melihatku sedang sakit?” tanyanya.Laras langsung diam—dia membuat gerakan seperti mengunci bibirnya sendiri.Namun dirinya berdiri—membuka kancing seragamnya.Hal itu membuat Elio seketika terbelalak kaget. “Apa yang kau lakukan?!” hampir seperti jeritan heboh.“Aku hanya ingin melepaskan seragam ini dari tubuhku.” Laras dengan polos.Dengan gerakan tangannya yang tidak berhenti. Ia benar-benar melepaskan seragam
“Aku..” lirih Leya.“Orang tua Elio tidak ada di sini. Jadi aku harus menjaganya,” ucap Leya.“Mama!” Jayden memanggil mamanya. “Mama sudah berjanji akan pergi ke taman bermain denganku dan Daddy!”Leya mengangguk. “Ya, mama tahu. Tapi, tapi kamu tahu sendiri Papa El? Lihat dia. Dia kesakitan.”Jayden duduk—dengan wajah yang kesal bercampur murung.Ia ingin sekali datang ke taman bermain bersama kedua orang tuanya.Seperti yang dikatakan oleh teman-temannya yang lain.Bahwa pergi ke taman hiburan bersama orang tua sangat menyenangkan.Tapi bayangan kesenangannya itu ternyata susah sekali terwujud. Bahkan mamanya sendiri mengingkari janji.“Jayden…” panggil Leya. Kemudian berjongkok di depan putranya.“Papa El sudah berbuat banyak untuk kita. Dia merawat kamu, menjemput kamu. Dia juga—” Leya menghela napas. “Dia selalu ada saat mama ataupun kamu sakit.”“Masa dia sakit kita pergi begitu saja?” tanya Leya. “Biarkan mama di sini menjaga Papa El. Kamu pergi bersama Daddy.”Noel juga frust







