เข้าสู่ระบบ“Apa yang terjadi?” tanya Elio mengambil air dari dalam kulkas.Leya duduk—menghela napas lelah. “Ya seperti itulah. Noel memabawaku untuk berbicara. Tapi kita malah tertangkap dan dikira sedang berbuat yang tidak-tidak.”Elio menatap pintu kamar Jayden yang tertutup.Elio menyodorkan air untuk Leya.Leya mengambilnya. Meminumnya. Kenapa rasanya begitu segar.Bahkan hanya sekedar air putih yang berhasil membahasi kerongkongannya.Mungkin karena peristiwa yang menjengkelkan dan menyita seluruh energinya. Membuat air putih terasa nikmat.“Tadi…” Elio mengambil duduk di samping Leya. “Jayden tahu Lucian ayahnya?”Leya mengangguk. “Ya, dia sempat ke sini dan memperkenalkan diri. Aku tahu Jayden antusias akhirnya bisa bertemu dengan ayahnya. Tapi, aku masih belum bisa…”Leya mengusap wajahnya kasar. “Aku belum bisa membiarkannya dekat dengan Noel. Entah kenapa, rasanya aku tidak rela.”Leya menyandarkan punggungnya pada kursi.Pikirannya kian rumit.Tadi, ia bertemu dengan keluarga Noel.T
Di dalam mobil.Noel diapit oleh kedua orang tuanya.Dituntut untuk menjelaskan semua yang terjadi.Noel duduk tegap. Kemudian menatap lurus dan mulai menjelaskan kepada orang tuanya.“Aku sendiri baru tahu kalau aku memiliki putra yang berusia 9 tahun. Ternyata Leya mengandung putraku 10 tahun yang lalu. Saat itu aku tidak tahu, tidak sadar bahwa kita sudah melakukan ‘itu’.”“Karena Leya dijebak dan aku yang saat itu mabuk.”Yerin bersindekap. Menyandarkan kepalanya di kursi dan mendengarkan seksama penjelasan Noel.“Lalu, Leya hamil. Saat itu aku sudah pergi ke Singapore untuk berkuliah. Leya merahasiakannya dari siapapun, dia tidak berani bilang pada siapapun. Tidak berani memberitahuku ataupun memberitahu kalian karena…”“Karena?” tanya Arsen.Noel menoleh pada ayahnya. “Karena dia takut kalian akan mengusirnya. Leya menganggap keluarga kita adalah orang kaya yang akan menyingkirkan apapun yang menganggu.”“Leya berpikir jika kalian tahu, kalian mungkin akan menyuruhnya untuk meng
“Calon istri?” kompak Arsen dengan Yerin.“Calon istri?” ulang Yerin menatap putranya.Noel berdehem pelan sebelum menunjuk Leya yang berada di sampingnya.Noel benar-benar! Kalau saja tidak ada orang banyak.Ia pasti sudah mengumpati Noel. Pasti bibirnya ini akan terbuka lebar dan memarahi pria itu.Bagaimana bisa dengan santainya mengenalkan Leya seperti ini.Leya berdiri—ia mendongak kemudian membungkukkan tubuhnya.Noel tertawa pelan.Plak!Tamparan itu dari Arsen yang memukul bahu putranya. “Tidak usah tertawa!”“Saya dan pak Lucian. Saya—” Leya menyipitkan mata. “Saya tidak melakukan hal mesum seperti yang dikatakan oleh pak Polisi.”“Kamu…” Yerin menyipitkan mata. “Kamu—” meneliti wajah Leya.“Sepertinya saya mengenal kamu.” Yerin merasa bahwa Leya memang tidak asing. Ia yakin pernah bertemu dengan Leya.“Saya Leya, saya dulu yang mengajari Elise belajar.”
“Kenapa kau membawaku ke sana?” tanya Leya menyesal.Sepertinya ini bukan pertama kalinya mereka terjerat masalah.Dulu, saat ia pergi dengan Noel pasti ada saja kejadian aneh yang mereka hadapi.“Aku tidak tahu kalau tempat itu dijadikan tempat mesum! Aku hanya melihat ada beberapa orang yang belok. Aku pikir di sana tempat yang nyaman untuk kita berdua berbicara!”“Kau dari dulu memang seperti ini! kau selalu menyeretku ke dalam masalah.”“Aku sungguh tidak bermaksud menyeretmu ke dalam masalah. Aku tidak tahu tempat itu—”“Kau jelas tahu kalau tempat itu sepi. Memang tempat sepi banyak digunakan untuk melakukan ‘itu’!”Tok tok!“Kalian berhenti!” ucap polisi yang berada di depan mereka.Bukankah ini terlalu berlebihan? Mereka tertangkap hanya karena berciuman di tempat sepi.Lalu digelandang sampai di kantor polisi.Leya menyipitkan mata melirik Noel.Noel tersenyum—tangannya meraih tangan Leya namun ditepis begitu saja.“Sorry,” ucap Noel merasa bersalah pada Leya.“Kalian sudah
Seharusnya alarm dari dirinya berbunyi. Tapi Leya malah memejamkan mata saat bibir Noel menyentuh bibirnya.Nyatanya ciuman yang awalnya hanya sepihak ini memabukkan juga.Noel memperdalam ciumannya. Menyalurkan segala perasaan yang campur aduk.Saat tidak mendapat penolakan dari Leya, sudut bibirnya terangkat.Membentuk senyuman samar disaat ciuman mereka masih berlangsung.Noel mengusap tengkuk Leya.Leya memejamkan mata—bahkan terhanyut dengan ciuman yang kotor ini.Di tepi danau yang sepi.Di tengah semak-semak yang rimbun.Kegelapan yang menjadi saksi ciuman kotor mereka.Sampai akhirnya, Noel melepaskan ciumannya.Namun mendekat—menyatukan dahi mereka.“Kau tidak bisa menyadarinya? Aku menyukaimu. Dari dulu sampai sekarang,” ucap Noel dengan nada rendah namun penuh keseriusan.Leya memejamkan mata—belum berani membuka mata.Baginya langkah berani yang membuatnya tidak menolak ciuman Noel.Namun juga pada akhirnya memalukan.Ia pasrah dan membiarkan bibirnya dilumat begitu saja o
“BRENGSEK!” Leya membabi buta memukuli Noel.Noel tertawa—justru santai sampai mobil berhenti tepat di depan sebuah danau.Leya berhenti. “Kenapa kau mengajakku ke sini?” herannya.Noel tertawa. “Ayo keluar.” Kemudian keluar dari mobil begitu saja.Leya akhirnya ikut turun.Tapi hawa dingin yang menyeruak membuatnya tidak tahan. Tangannya mengusap kedua lengannya sendiri.Sampai akhirnya Noel melepaskan jas.Lalu menyampirkannya di bahu Leya.Gerakan yang pelan dan lembut membuat Leya susah untuk berpikir jernih.Noel jauh terlihat lebih tampan kalau seperti ini.Maksudnya saat memperlakukannya dengan lembut. Seperti pria dewasa yang tidak pernah membuatnya kesal.Memilih duduk di pinggiran.Sebenarnya tidak seram kalau dilihat-lihat.Hanya saja sedikit gelap. Dari tempatnya duduk, Noel dan Leya bisa melihat pemandangan sebuah jembatan.Jembatan yang indah karena dihiasi oleh lampu yang begitu terang.Kendaraan yang lewat pun menjadi penghias.“Ada yang ingin aku bicarakan,” ucap Noel







