Share

Chapter 8

Author: Iamyourhappy
last update Last Updated: 2025-05-09 10:20:34

“Aku tidak tahu kau mengadakan acara di tempat kayak gini.”

Shania berhenti. “Kita sudah 25 tahun Yer—aku ingin sekali-kali ngerayain di tempat kayak gini. Tenang saja, orang-orang yang aku undang hanya teman dekat dan teman kantor.”

Shania seorang kepala Devisi keuangan di sebuah perusahaan. Cantik, ceria dan pintar. Wanita mandiri dengan latar belakang keluarga yang bagus. Yerin sempat minder—bayangkan saja dirinya seperti debu jika bersama Shania.

“Yasudah.” Yerin mengikuti langkah Shania yang masuk.

“Saat kau bilang setuju ke sini. Aku langsung keluar. Langsung jaga-jaga supaya bisa nyeretmu ke sini.” Melirik Yerin sambil menggeleng. “Aku sudah ada feeling kau akan kabur.”

Yerin menyipitkan mata.

“Bawa kado?” tanya Shania.

Yerin mengangguk. Ia merogoh tasnya. Kemudian mengeluarkan jarinya yang sudah membentuk love. “Saranghae.”

Shania menggeleng geli. “Tidak ada yang lebih bagus dari itu?”

“Aku tidak ada persiapan.” Yerin sudah masuk. Ini bukan pertama kalinya ia masuk ke klub.

Dulu ia juga pernah—bersama Shania juga ketika waktu kuliah. Hanya coba-coba, ia juga sempat mencicipi minuman alkohol.

“Yang penting kau sudah datang, aku bahagia.” Shania mengajak Yerin ke bangku yang terisi beberapa orang.

“Kau jangan—” Yerin berhenti. Ia melihat satu orang yang duduk di sana. Seorang pria tampan yang duduk sambil berbincang.

“Sudah tidak masalah. Kalian sudah putus lama kan? Anggap aja teman.” Shania semakin mendekat. Tidak lupa membawa Yerin juga.

“Hai guys. Ini temanku. Namanya Yerin. Anak belasteran. Cantik dan masih….” Shania menatap Yerin. “Jomblo .” Diakhiri dengan tawa.

Yerin tersenyum canggung. Mantan Yerin yang bernama Tama itu menggeser tempat duduknya. “Duduk di sini.” tunjukknya.

“Sudah tidak masalah, ke sana!” Shania mendorong Yerin.

Mau tidak mau Yerin mengambil duduk kosong di samping ‘Mas Mantan.’

“Masih jadi guru di SMA Garuda?” tanya Tama.

Yerin menggeleng. “Sudah pindah.”

“Pindah ke mana?”

“Gallaxy,” singkat Yerin.

Tama rupaya tidak menyerah. Nampaknya ia masih tertarik dengan Yerin. Dilihat dari gelagatnya yang tidak pernah lepas memandang Yerin.

“Kamu tidak minum?” Tama mengangkat gelasnya.

Yerin menggeleng. “Tidak.”

“Bisa kita berteman? Sorry buat yang dulu.” Tama menatap Yerin. “Aku juga tidak mau nyakitin kamu.”

Yerin menggangguk pelan.

“Mau coba?” Tama menunjuk minuman. “Kadar alkoholnya tidak tinggi. Kamu tidak akan mabuk.”

Yerin mencoba mengerti kenapa Tama alias mantannya masih berhubungan dengan Shania. Karena Tama dan Shania berada di dalam perusahaan yang sama.

Alasan Yerin dan Tama putus adalah Shania. Tama yang menjadi kekasih Yerin saat itu ternyata menjalin hubungan di belakangnya dengan Shania.

Shania memang teman Yerin—namun perempuan itu kerap kali menjadi penghancur hubungan Yerin.

Anehnya Yerin tidak pernah menyalahkan Shania. Ia memang kecewa namun hanya sebentar. Karena ia menganggap hubungan pertemanan di atas hubungan percintaan.

Nampak ragu. Namun Yerin mengambil gelas kecil itu lalu Tama menuangkan minuman. Perlahan cairan itu membahasi kerongkongannya. Sedikit pahit dan membuat lidah terbakar. Namun anehnya nagih.

“Bagaimana?” tanya Tama.

Yerin mengangguk pelan. “Good.” Ia kini tidak ragu mengambil gelas yang sudah terisi dengan cairan. Saat mengangkat gelasnya—Yerin melirik ke bangku samping karena merasa diperhatikan sedari tadi.

Sialan—ia hampir memuntahkan minuman yang sudah berada di mulutnya. Bukankah pria itu adalah pria gila yang menciumnya? Yerin menelan minumannya susah payah.

“Tidak mungkin.” Yerin menggeleng pelan.

Arsen memperhatikan Yerin yang tidak jauh darinya. Ia malah asik minum dengan santai. Namun ia sungguh tidak melepaskan pandangannya dari perempuan itu. Ia berdecih pelan—guru namun datang ke tempat seperti ini.

“Kenapa? Ada yang mengganggumu?”

Yerin menggeleng. Seperti dua gelas cukup membuatnya perlahan kehilangan kesadaran. Ia mengambil gelas dan mengisinya sendiri. Setelah itu meminumnya dengan sekali teguk.

Tama tersenyum. Tangannya terangkat dengan lancang mengusap pelan puncak kepala Yerin.

“Jangan lakukan itu.” Yerin mendongak. Menatap Tama. Ia kemudian berdiri. Langkahnya sempoyongan menuju toilet. Jujur kepalanya sangat pusing—ia tidak mau menunjukkannya pada Tama apalagi Shania.

Ia tidak mau merusak acara temannya itu. Ia bersandar pada dinding dengan mata yang terpejam.

Kreet.

“Kenapa di sini? Aku bisa mengantarmu.” Tama mendekati Yerin. Ia memegang bahu Yerin dan menggiringnya keluar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perjanjian Panas dengan Kakak Muridku   Chapter 165

    Yerin dan Arsen berjalan di tepi sungai. Sungai yang terkenal indah dan dikunjungi banyak orang ketika sore sampai malam hari. Tangan mereka saling bergandengan tangan. Yerin menghela nafas dalam. Dulu ia sering bersama adiknya berlari di sini. Yerin meremas pelan tangannya—bukan tangannya. secara tidak sadar ia meremas tangan Arsen juga. “Kenapa? Kamu tidak nyaman di sini?” tanya Arsen. Yerin menggeleng. “Tidak….” “Jujur saja..” Arsen meraih tangan Yerin satunya lagi. “Tanganmu berkeringat. “Tidak nyaman ya di sini?” “Aku hanya…” Yerin memejamkan mata sebentar. “mengingat adikku…” Bukannya marah Arsen terlihat khawatir. Lagipula untuk apa marah? Mereka ke sini untuk menyembuhkan luka Yerin. “Kita pergi saja ya?” “Aku juga ingin di sini.” Yerin menatap sekelilingnya. “Bagaimana kalau kita makan di minimarket itu?” Menunjuk sebuah minimarket yang tidak jauh dari sungai. Di sana ada mesin pemasak mie otomatis. Yerin mengajak Arsen ke sana. Seingatnya dulu

  • Perjanjian Panas dengan Kakak Muridku   Chapter 164

    Di sebuah restoran. Yerin bersama Arsen menemui orang tuanya. Canggung. Meja yang berisi 4 orang itu tidak ada yang bersuara. Yerin menatap tangan ibunya yang terluka. Pasti banyak bekerja… Yerin menatap ayahnya—keadaan mereka sama. Katanya mereka saling mencintai. Tapi mereka saling menyakiti saat Yeonwoo pergi. Akhirnya memilih untuk berpisah. Arsen merasa tatapan ayah Yerin sedikit membuat bulu kuduknya merinding. Arsen berdehem sebentar. “Perkenalkan saya Arsen.” Yerin menjelaskan apa yang dikatakan Arsen pada ayahnya. Ayahnya hanya mengangguk saja. “Bagaimana keadaan kalian?” tanya Yerin. “Mama baik-baik saja.” ibu Yerin menjawab. Sejak pindah ke Indonesia, bahkan untuk sekedar panggilan saja Yerin mengubahnya. “Appa baik-baik saja?” tanya Yerin pada ayahnya. Saat berkomunikasi dengan ayahnya, Yerin menggunakan bahasa Korea. *Appa=ayah “Appa sehat.” Tersenyum meski sedikit canggung. matanya tidak terlepas dari Arsen. Pertama kalinya bisa melihat

  • Perjanjian Panas dengan Kakak Muridku   Chapter 163

    Di sebuah pemakaman yang asri. Sebuah nisan yang bertuliskan nama Choi Yeonwoo. Yerin meletakkan bunga di atas makam adiknya. Air matanya tidak bisa dibendung lagi. “Mian…” lirihnya. “Nuna baru ke sini setelah bertahun-tahun…” Yerin mengusap air matanya. Arsen yang berada di sampingnya mengusap punggungnya pelan. Yerin mengajak Arsen untuk duduk di rumput langsung. “Gimana kabar kamu?” tanya Yerin menatap batu nisan adiknya. “Nuna pergi dan menjalani hidup baru. Nuna jadi Guru BK. Nuna juga sudah menikah. ada banyak hal yang sudah terjadi. Tapi Nuna tidak bisa memberitahu kamu secara langsung….” Yerin mengambil tangan Arsen. “Ini suami, Nuna.” “Annyeonghaseyo..” Arsen menunduk sebentar. Yerin tersenyum pelan. “Dari mana belajarnya?” “Melihat di internet sebentar. apa benar?” tanya Arsen. Yerin mengangguk. “Benar.” “Aku suami kakak kamu.” Arsen berkata dengan canggung. Arsen mengambil sapu tangannya. Di usapkannya di pipi Yerin yang basah. Istrinya itu tidak

  • Perjanjian Panas dengan Kakak Muridku   Chapter 162

    21++ Lantai yang dingin. Tidak menjadi halangan. Malah menjadi suatu hal yang menantang bagi mereka. Yerin terlentang di atas lantai kamar hotel mereka. Arsen berada di bawahnya. Kepala pria itu berada di antara selangkangannya. Tubuhnya menggigil tapi juga panas. Menggigil karena lantai yang dingin, tapi juga panas karena sapuan lihda dari suaminya di bawah sana. Yerin bergerak dengan gelisah. “Ahh hmmmph!” Arsen menyesap milik Yerin di bawah sana. menjulurkan lidahnya samapi ke dalam milik Yerin. “Sayang… enak sekali ahh,” desahan Yerin. Arsen mencecap habis cairan yang berada di dalam milik istrinya. Membersihkannya meski nanti ia juga akan mengisinya lagi dengan cairan kental miliknya. “Sayang..” Yerin meremas dadanya sendiri. “Sepertinya aku…” Arsen meremas puncak dada istrinya itu lebih keras dan liar. Mencubitnya dan memelintirnya sesekali. Sedangkan mulutnya di bawah sana tidak berhenti menyesap dan melumat milik istrinya. “Ahh hmmph aku tidak

  • Perjanjian Panas dengan Kakak Muridku   Chapter 161

    21++ Di dalam ruangan yang seharusnya dingin. Tapi bagi mereka berdua malah terasa sangat panas dipenuhi oleh gairah. Cinta yang membara menghantarkan hasrat yang tinggi. Yerin berpegang pada tembok di saat Arsen kembali menghujam miliknya dari belakang. Satu tangannya dibawa ke belakang. Pinggangnya di cengkram oleh jemari Arsenn. “Ahh! Hmpph!” Yerin mendongak. milik Arsen memenuhi miliknya keluar dan masuk. “Kamu nikmat sayang ohh!” Arsen meraih buah dada Yerin yang bergerak. Meremasnya kuat dan memelintirnya. “Ahh! Jangan akh ahh!” Yerin menggeleng. “Nikmat babe…” Arsen mengecup punggung Yerin. Hotel mahal ini… Pasti kedap suara. Tapi Yerin sebenarnya takut kalau suaranya bisa didengar. Tapi mengingat betapa mahalnya hotel ini, pasti ada privasi yang dijaga untuk pelanggan. Tidak peduli lagi meski suara desahannya terdengar keras. Yerin terserentak pelan saat tubuhnya ditarik. Jatuh ke atas pangkuan suaminya dengan milik mereka yang masih menyatu.

  • Perjanjian Panas dengan Kakak Muridku   Chapter 160

    21++ Pakaian yang mereka gunakan mulai berjatuhan ke bawah. Satu persatu kain yang membalut tubuh mereka hilang. Berganti dengan tubuh mereka yang sama sekali tidak menggunakan apapun. Kulit mereka saling bersentuhan. Menghantarkan gairah manis namun juga liar. Arsen mendorong tubuh Yerin di tembok. Menyatukan kedua tangan istrinya itu ke atas. lalu, miliknya yang berada di bawah mulai melesak masuk. Masuk ke dalam milik istrinya. “Ahh!” Yerin memejamkan mata. Benda keras itu masuk ke dalam miliknya dan memenuhi miliknya. Arsen menunduk—mencium bibir Yerin dengan rakus. Perlahan mulai bergerak. “Babe…” racau Arsen. Rasanya masih sama ketika mereka pertama kali melakukannya. Candu… Tidak ada yang namanya bosan. Bahkan Arsen sama sekali tidak bisa memikirkan apapun saat percintaan hebat mereka sedang berlangsung. Seakan otaknya berhenti untuk bekerja. Arsen menekan miliknya maju dan mundur. Memasukkannya sampai ke dinding terdalam mili

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status