MasukMana mungkin Luis sudi meminta maaf karena dia pernah membuat Shakira dipecat dua bulan silam?
Dia adalah pewaris utama Hartadi Group. Dia tidak terbiasa menyembah orang yang berstatus di bawahnya. Dan hidupnya terbiasa dilayani, bukan melayani.
Terlalu banyak wanita yang memujanya. Bahkan satu malam panas mereka saja Luis tidak mengingatnya.
Beberapa pasang mata pegawai hotel yang melihat Shakira masuk ke dalam mobil mewah Luis sempat menjadi bisik-bisik sesaat.
Di dalam mobil mewah dan nyaman itu, Shakira seperti ditarik kembali ke masa lalunya sebelum seperti ini. Hidup nyaman, bergelimang harta, ayah dan bunda yang begitu mencintainya, dan seorang om yang begitu siap melindungi layaknya bodyguard pribadi.
Dia dimanja dan diperlakukan layaknya putri.
Dia melamun lalu sesaat kemudian pantulan wajah Luis dari kaca jendela, membuat kelebat kejadian dua bulan lalu menari dalam benaknya. Malam panas mereka.
Shakira memandangi pantulan wajah Luis sambil membayangkan kala itu. Bagaimana Luis berhasil mencekokinya dengan minuman bercampur obat. Hingga dia pasrah dalam kendali Luis yang … luar biasa.
Wajah tampan Luis yang terpahat sempurna, itu bukan ilusi. Itu nyata dan bisa menghipnotis dirinya. Kenangan dada bidangnya yang bebas akan rambut halus membuat pikiran kotornya merambah.
Lalu Shakira segera menggeleng kecil untuk mengenyahkan momen itu. Mengagumi Luis bukanlah solusi. Ini hanya kerja sama yang sedang dibangun di atas kaca yang retak.
Shakira hanyalah satu dari deretan wanita yang pernah Luis singgahi. Dan itu hal yang wajar dilakukan oleh para eksekutif muda dalam pergaulannya.
Beruntung Luis sedari tadi hanya diam dan sibuk dengan ponselnya sendiri. Tidak menyadari apa yang Shakira pikirkan.
Ketika tiba di restaurant mewah di Bali, Shakira merasa malu dengan penampilannya yang setengah lusuh. Masih dengan seragam housekeeper yang melekat di badannya tanpa sentuhan make up sama sekali.
Berbeda dengan Luis yang sangat rapi, wangi, dan tampan. Seperti dalam dongeng handsome and the beast.
Ia lebih mirip pembantunya, ketimbang perempuan yang sedang diajak melakukan kerja sama dengan pewaris Hartadi Group.
Shakira memilih berjalan di belakang Luis. Hingga lelaki itu memilih kursi dekat jendela. Ia bersandar santai seolah sedang membicarakan hal sepele. Namun gayanya tetap tampan dan memikat.
“To the pont aja. Aku tahu, kamu itu istrinya Ben Danardjanto yang melarikan diri.”
Shakira menegang dan menatap Luis dengan pandangan membola. Satu rahasia besarnya telah diketahui.
“Dia bikin informasi palsu di media soal kalau hubungan kalian kelihatan baik-baik aja. Padahal kenyataannya, kamu disini, bekerja jadi housekeeper.”
Jantung Shakira serasa meloncat ke tenggorokan karena kata-kata Luis tepat sasaran.
Bagaimana dia bisa tahu?
“K-kamu … dari mana tahu itu?” suaranya nyaris berbisik, tapi wajah paniknya terlihat jelas.
Luis tidak langsung menjawab. Bibirnya terangkat sedikit, “Jangan remehin aku. Percayalah, nggak banyak orang yang bisa nyembunyiin rahasianya dariku.”
Shakira berpikir, ‘Kalau dia tahu soal aku, apa dia juga tahu soal malam itu?’
Badannya mendadak terasa panas sekaligus dingin.
“Aku nggak tahu kamu bicara apa, Luis,” Shakira memilih menghindar.
“Aku tahu kamu benci Ben,” potong Luis cepat, “Kamu melarikan diri darinya karena kasus perselingkuhan itu. Benar kan?”
Shakira hanya diam menunduk dengan meremas ujung seragamnya.
“Oke, aku langsung buka apa yang akan jadi kesepakatan kita.”
Shakira kemudian menatap Luis yang sedari tadi menatapnya penuh keseriusan.
“Aku pengen ngancurin reputasi Danardjanto Group. Terutama merek sigaret mereka. Ben dan keluarganya udah bikin merek sigaret Hartadi turun drastis. Mereka main jelek dan sekarang giliranku balas dendam. Menurutmu, ini adil kan?”
Shakira menimbang garis besar yang Luis katakan lalu mengangguk. Tidak ada yang salah jika seseorang yang pernah disakiti kemudian menyerang balik.
Karena hal serupa juga terjadi pada dirinya. Seperti diinginkan Ben, tapi pada akhirnya dicampakkan.
“Jadi, kamu mau aku bocorin skandal Ben yang bisa ngancurin image mereknya?”
Luis mengangguk sekali. “Tepat! Aku butuh orang dalam. Dan kamu, istri kabur itu, adalah kunci terbaik.”
Shakira tahu permainan ini berbahaya, tapi ia juga tahu di balik permintaan Luis, ada peluang besar untuk memutar keadaan demi keuntungannya sendiri.
“Kamu dan aku, kita dikhianati orang yang sama. Apa salahnya bekerja sama? Sampai sini, kamu paham maksudku, Ra?”
Kepala Shakira mengangguk.
Kemudian Luis memberi kode lalu David membuka map kulit hitam dan mengeluarkan beberapa lembar dokumen.
“Nona Shakira, ini adalah kontrak kerja sama antara anda dan Pak Luis. Silahkan dibaca.”
Shakira membaca dokumen tersebut dengan alis berkerut. Luis duduk di hadapannya, bersandar santai sambil menyilangkan kaki.
“Di dalamnya tercantum semua fasilitas yang bakal kamu dapetin,” ucap Luis. “Apartemen dengan fasilitas penuh, kendaraan dengan sopirnya, rekening senilai dua milyar, dan tentu saja keselamatanmu.”
Shakira membuka halaman pertama, membaca cepat. Kata-kata resmi dan tanda tangan notaris membuatnya terasa seperti kesepakatan bisnis murni, padahal ia tahu ini lebih mirip kesepakatan bawah meja.
Dan matanya terhenti pada satu pasal tebal yang tercetak miring.
Selama masa kontrak kerja sama, Pihak Kedua (Shakira) dilarang menjalin hubungan pribadi, emosional, atau seksual dengan pihak manapun tanpa seizin Pihak Pertama (Luis). Pelanggaran pasal ini dapat membatalkan seluruh kesepakatan dan fasilitas yang diberikan.
Kemudian Shakira menatap Luis. “Larangan ini, kenapa harus ada?”
Luis tersenyum tajam. “Karena aku nggak mau informanku punya distraksi atau rahasia yang bisa bocor lewat bantal orang lain.”
Shakira menahan tawa pendek. Padahal Luis sendiri sebenarnya pernah memiliki salah satu hubungan itu dengan Shakira.
Di balik sorot matanya yang lelah, ada sesuatu yang tidak Luis sadari. Keterikatan yang bahkan otaknya tidak mengingat, tapi tubuhnya mengenali.
Map itu ditutup perlahan oleh Shakira. “Kalau aku menandatangani ini, berarti aku masuk ke dalam permainanmu sepenuhnya.”
Luis mencondongkan tubuhnya ke depan. “Tepat. Dan begitu kamu masuk, aku yang memimpin permainan ini sampai akhir. Secara kasarnya, kamu adalah bonekaku yang kuperlakukan dengan baik. Paham?”
“Kalau aku nolak?”
“Jangan harap bisa hidup tentram,” jawab Luis cepat.
Shakira benci situasi terpojok seperti ini. “Kamu … dan Ben … satu spesies, Luis. Hanya beda marga. Ben manfaatin aku tapi kemudian ingkar janji. Dan kamu, manfaatin aku dengan memaksaku.”
Luis tersenyum miring tanpa perasaan, “Cepat tanda tangani. Katamu, anakmu menunggu kan?”
Tatapan dingin Shakira goyah saat David mengulurkan pena dengan sopan. Karena Shakira tidak segera menerimanya, Luis memberi kode melalu ayunan dagunya.
“Kesempatan untuk hidup layak nggak datang dua kali, Shakira. Atau hidupmu justru lebih buruk dari hari ini. Ingat kata-katamu tadi. Kamu udah sepakat. Jangan lari dari kesepakatan. Atau aku nggak akan kasih kamu belas kasihan.”
Shakira kemudian menandatanganinya dengan perasaan nekat. Demi putrinya juga.
Luis tersenyum menang lalu David kembali mengumpulkan dokumen itu.
“Good.”
“Apa aku bisa pulang sekarang, Luis?”
“Sure. Senang bekerja sama dengamu Shakira Audriana Paralio,” Luis menyebut nama lengkah Shakira lalu mempersilahkan dengan senyum kemenangannya.
Shakira tertegun sejenak karena Luis pun tahu nama lengkapnya, kemudian ia memilih berlalu. Tapi baru beberapa langkah dari meja, Luis menginterupsi.
“Ra!”
“Apa?”
“Aku pernah lihat surat PHK atas namamu ada di kamar hotelku dua bulan lalu. Apa sebelumnya kamu pernah datang ke kamarku?”
:-0
Keesokan harinya, Luis segera kembali ke Jakarta. Sebelum melaksanakan rencana perjalanannya bersama Shakira, ia harus menutup semua jejaknya, terutama dari mata Nadine.Luis menghubungi Nadine dan mengajaknya makan malam romantis di sebuah restoran mewah yang biasa mereka kunjungi. Ia tahu, ia harus bersikap manis dan meyakinkan untuk membuat kebohongannya terasa alami.Nadine tampak gembira. Ia menyambut Luis dengan antusias.Malam itu, di bawah cahaya lilin yang temaram, Luis memainkan perannya dengan sempurna. Ia memuji penampilan Nadine, membicarakan rencana masa depan mereka, dan memastikan Nadine merasa dicintai.Setelah hidangan penutup disajikan, Luis meraih tangan Nadine, sorot matanya meyakinkan.“Sayang, ada sesuatu yang harus kubicarakan,” ujar Luis dengan nada serius.Nadine menatapnya khawatir. “Ada apa, Den Mas?“Hartadi Group akan memperluas ekspansi kita ke pasar Asia Tenggara, dan Malaysia adalah gerbangnya. Ini adalah proyek terbesar yang pernah kami tangani.”Luis
“Saya tahu ini mungkin terlalu cepat dan tidak pantas diucapkan saat ini, tetapi menurut sudut pandang saya, satu-satunya yang membuat Nona Shakira benar-benar mau hidup adalah kehadiran seorang anak.”“Kekuatan mentalnya sangat bergantung pada kehadiran putrinya. Kehilangan putrinya telah merenggut alasan dia bernapas.”“Setelah dia pulih sedikit dari fase kritis ini, Den Mas dan Nona Shakira harus mempertimbangkan untuk memiliki anak baru. Itu adalah satu-satunya cara, satu-satunya janji masa depan yang dapat mengalihkan fokusnya dari duka dan depresi yang mengancam nyawanya.”Luis terdiam, terpaku oleh saran itu. Memiliki anak baru?Meskipun Luis kini tahu kebenaran mengerikan tentang malam di Bali dan betapa besar kesalahannya terhadap Shakira, ide untuk memiliki anak dengannya, anak yang akan menjadi "pengganti" Belliza, terasa terlalu besar, dan mungkin tidak adil bagi Shakira.Luis menggeleng perlahan.“Dokter Adrian, saya menganggap Shakira sebagai seorang teman, tidak lebih.
Luis mencoba keras untuk mengingat malam itu.Ia memejamkan mata, memaksakan memorinya bekerja. Yang ia ingat hanya nafsu yang mendominasi, alkohol yang mengalir deras, dan kesenangan.Ia ingat jika menyuruh David untuk memanggil seorang perempuan panggilan mahal dan terawat.‘Tapi kenapa jadi Shakira? Ya Tuhan, aku meniduri Shakira, dan aku melupakannya.’ Batin Luis.Luis kembali menghubungi David dan langsung diangkat.“Iya, Pak? Ada yang bisa dibantu?”“Aku ingin kamu selidiki semua tentang hotel tempat Shakira bekerja dan kapan dia dipecat. Dan cari tahu persis apa yang terjadi pada malam itu di kamar hotelku. Jangan sampai ada yang luput.”“Lalu cari tahu siapa Devano. Aku mau informasi lengkap!”“Siap, Pak. Saya akan bergerak sekarang,” jawab David.Luis mengakhiri panggilan dan duduk di kursinya, kepalanya pusing.****Keesokan paginya, Luis sarapan sendiri. Kemudian Bu Ningsih muncul di ruang makan, wajahnya tampak lelah dan cemas.“Pagi, Den Mas,” sapa Bu Ningsih.“Pagi, Bu Ni
Luis masuk ke ruang tamu yang kacau balau itu.Amarahnya memuncak melihat Shakira dalam kondisi mengenaskan, mabuk dan dikelilingi pecahan kaca. Namun, ia tahu amarah tidak akan menyelesaikan apa-apa.Ia menatap Bu Ningsih yang terlihat putus asa. Beberapa asisten rumah tangga yang lain mulai muncul di ujung koridor, terbangun oleh keributan itu.“Bu Ningsih, dan kalian semua,” perintah Luis dengan suara rendah namun tajam, menunjukkan otoritasnya. “Kembali ke kamar kalian. Ini bukan urusan kalian. Aku yang akan urus ini. Jangan ada yang tanya, dan jangan ada yang bicara soal ini ke siapa pun.”Bu Ningsih ragu, tetapi melihat tatapan tegas Luis, ia mengangguk patuh. Ia dan para ART segera membersihkan pecahan dekanter itu lalu meninggalkan ruangan, membersihkan diri dari kekacauan itu.Kini hanya Luis sendirian yang menghadapi Shakira.Shakira, yang kesadarannya sudah sangat terganggu oleh alkohol, menatap Luis yang memakai jubah tidur berwarna biru gelap. Matanya tidak fokus.Dia bing
“Oke. Aku keluar. Tapi ingat, kamu nggak bisa keluar dari rumah ini tanpa izinku, Shakira,” ujar Luis dingin.“Persetan, Luis! Kamu nggak ada hak ngurung aku!”Luis tidak peduli dengan ucapan Shakira kemudian berjalan menuju pintu, lalu menutupnya dan kembali ke kamar.Shakira resmi terkurung dan menjadi tahanan sementara di dalam rumah Luis.Kini amarahnya memudar, berganti rasa lelah dan keputusasaan yang baru. Ia merosot kembali ke ranjang, menangis tersedu-sedu. Ia tahu, Luis tidak akan melepaskannya begitu saja.Setelah Luis pergi, ruangan itu hanya menyisakan isak tangis Shakira dan suara Bu Ningsih yang bergerak membersihkan pecahan mangkuk di lantai. Bu Ningsih tidak menyalahkan Luis, ia tahu Luis melakukan itu karena peduli, dengan caranya yang keras.Setelah ruangan bersih, Bu Ningsih kembali ke sisi ranjang, membawa mangkuk bubur hangat yang baru dan segelas teh panas yang baru diantarkan seorang asisten rumah tangga.“Non, sudah ya. Jangan siksa diri Non,” bujuk Bu Ningsih
Mobil melaju kencang, meninggalkan kompleks pemakaman. Luis mendekap tubuh Shakira di pelukannya. Ia mengguncang bahu Shakira dengan lembut, berusaha membangunkannya.“Ra! Bangun! Shakira!”Ia menepuk-nepuk pipi Shakira yang pucat, tetapi Shakira tetap diam, matanya terpejam rapat. Bibirnya yang semula bergetar karena amarah kini menjadi garis lurus yang dingin.Rasa takut menjalar di hati Luis. Setelah Belliza pergi, ia tidak boleh kehilangan Shakira juga.“Vid, hubungi Dokter Adrian sekarang! Bilang ini darurat! Sekarang!” perintah Luis tegas.“Baik, Pak.”Luis kembali fokus pada Shakira. Ia membuka jasnya dan menyelimuti Shakira, mencoba menghangatkan tubuhnya. Ia menempelkan telinganya ke dada Shakira, memastikan detak jantung wanita itu masih ada.“Bertahan, Ra.”Selama perjalanan pulang, Luis mendekap Shakira erat-erat, tidak melepaskannya barang sedetik pun, memohon dalam hati agar wanita itu tetap hidup.Setibanya di rumah, Luis segera membaringkan Shakira yang begitu lemah di







