Share

Semua Sudah Disiapkan

Author: Juniarth
last update Last Updated: 2025-08-29 09:49:04

“Sekarang, kamu bukan buangan, Shakira. Kamu adalah aset berhargaku. Senjataku untuk jatuhin Ben Danardjanto.”

Kalimat itu membuat Shakira terdiam. Kata-kata Luis meluncur begitu dingin, seolah-olah semua kebaikan yang ia terima hanyalah bagian dari permainan besar yang disusun oleh pria itu. Namun, jauh di lubuk hatinya, Shakira tahu ia memang tidak punya banyak pilihan selain mengikuti arus.

Terlebih dia ingin melihat putri semata wayangnya hidup secara layak dan mendapatkan apa yang seharusnya didapatkan balita mungil dan lucu itu. Shakira rela melakukan apapun untuk menebus rasa bersalahnya.

“Oke,” lanjut Luis tenang, “Besok, kita ketemu. Ada hal yang perlu kita bicarain. Jangan tanya kita ketemu dimana, karena semua udah kuatur. Aku nggak mau ada risiko sekecil apa pun.”

“Ya, Luis.”

“Apa kartu tanda pegawai sebagai karyawan sales and marketing Hartadi Group udah kamu terima?”

Shakira menatap name tag yang tergeletak di meja apartemennya, lalu kembali melayangkan pertanyaan.

“Boleh aku tanya kenapa aku dikasi pekerjaan sebagai staff sales dan marketing, Luis? Bukannya itu nggak ada dalam perjanjian?”

“Aku berubah pikiran. Aku pikir penting untuk mastiin kamu dalam pengawasanku, Ra. Karena aku berani jamin, Ben nggak mungkin tinggal diam setelah kamu bikin dia syok untuk pertama kalinya. Dan aku butuh kamu untuk hancurin dia.”

Shakira diam sambil menatap gemerlap lampu kendaraan dari jendela apartemennya.

“Dia pasti nyari kamu. Kalian belum sah bercerai kan?”

“Belum,” ucapnya pelan.

“Akan aku selesaikan perceraian kalian secara sepihak.”

Shakira mengerutkan kedua alisnya mendengar ucapan Luis yang terasa mendominasi tanpa kompromi.

“Luis, itu --- ”

“Ingat, aku yang pegang alur permainan ini.”

Shakira kembali mengatupkan bibirnya. Ia sadar, pekerjaan ini bukan sekadar pekerjaan. Itu adalah langkah pertama untuk masuk ke medan perang yang tidak pernah Shakira bayangkan.

“Aku nggak nyangka kalau aku bakal kamu manfaatin sampai ke akar-akarnya, Luis Hartadi,” bisiknya lirih.

Luis tersenyum lagi, kali ini lebih tajam. “Kalau fasilitas yang aku kasih masih kurang, bilang aja. Akan aku sesuaikan. Asal kamu ada di pihakku. Dan pihakku harus selalu menang.”

Klik. Sambungan terputus begitu saja, meninggalkan Shakira dalam diam.

Tidak mau larut dalam keputusannya yang berbahaya ini, Shakira kemudian mengajak Belliza untuk tidur. Pertama kalinya di ranjang mewah dan empuk apartemen ini. 

Putrinya nampak senang dengan kenyamanan ini. Shakira ikut tersenyum bahagia melihat putrinya bahagia. Meski ada bayang-bayang ketakutan di dalam hatinya.

Keesokan paginya, Shakira berdiri di depan cermin apartemen. Wajahnya terlihat lebih segar meski matanya masih menyimpan bayangan letih. Ia merapikan kemeja putih bersih yang sejak semalam sudah tergantung rapi di dalam lemari, lengkap dengan rok pensil hitam dan blazer senada.

Isi lemarinya penuh dengan pakaian. Begitu juga dengan lemari kecil putrinya yang lengkap dengan pakaian balita perempuan. 

Luis tidak main-main dengan imbalan yang diberikan. Dan itu artinya, Shakira juga harus memberikan yang terbaik. 

Setelan itu nampak sederhana, namun ketika Shakira melihat merk dan mencarinya harganya di laman internet, itu cukup membuat tangannya bergerak menutup mulutnya sendiri.

Untuk sesaat, ia terdiam. Pantulan dirinya di cermin membuatnya teringat pada masa lalu, saat ia masih aktif bekerja, saat ia begitu disayang keluarganya yang juga bergelimang harta, dan sebelum hidupnya jungkir balik karena pengkhianatan.

“Devano.”

“Ben.”

Kini, sosok dalam cermin itu bukan lagi Shakira yang runtuh, melainkan Shakira yang kembali berdiri tegak.

Tangannya menyentuh lembut kerah kemeja. Napasnya dalam, seolah ia sedang mempersiapkan diri memasuki babak baru. Di meja rias, ada lipstik nude yang ia pulaskan tipis, cukup untuk memberi kesan profesional. Rambut panjangnya diikat rendah, rapi ,dan praktis.

“Kayak dulu,” gumamnya lirih, seolah hendak meyakinkan diri bahwa ia masih mampu.

Tangannya bergerak lincah menyiapkan Beliza, putri kecilnya itu sudah siap dengan seragam kecil yang lucu untuk dititipkan di daycare. Gadis mungil itu memeluk boneka kelinci kesayangannya, menatap ibunya dengan senyum polos.

Shakira tersenyum, berjongkok sebentar untuk mengecup kening putrinya.

“Kita akan baik-baik aja, sayang,” bisiknya. “Bunda janji.”

Hatinya berdegup lebih kencang dari biasanya. Bukan hanya karena hari ini ia kembali mengenakan pakaian kerja, tapi karena ia tahu langkah kecil ini adalah bagian dari permainan besar Luis Hartadi.

Kemudian sebuah nomor baru mendadak masuk ke dalam ponsel sederhana Shakira. Ia menatap layar sejenak, ragu, sebelum akhirnya menekan tombol hijau.

“Selamat pagi, Bu Shakira.” Suara bariton yang tenang terdengar di seberang. “Saya sopir pribadi yang ditugaskan oleh Pak Luis. Saya sudah menunggu di lobi apartemen. Mobil siap mengantar Anda dan putri Anda.”

Jantung Shakira berdegup lebih cepat. Ia menoleh ke arah Beliza yang sibuk merapikan boneka kelincinya.

“Iya, saya segera turun,” jawabnya pelan.

Tak lama kemudian, Shakira menggandeng Beliza menuruni lift menuju lobi. Di depan pintu, sebuah sedan hitam mengilap dengan sopir berjas rapi sudah menanti. Pintu belakang segera dibukakan, seolah ia seorang tamu kehormatan. Shakira sempat canggung, tapi genggaman kecil tangan Beliza menguatkannya.

Mereka melaju melewati jalanan kota yang mulai ramai. Mobil itu berhenti sejenak di depan sebuah daycare bergaya modern dengan cat warna pastel. Beliza menoleh pada ibunya, seolah meminta kepastian.

Shakira tersenyum, mengusap rambut putrinya. “Bunda jemput nanti sore ya? Main yang baik ya, sayang.”

Beliza mengangguk sebelum masuk ke pelukan pengasuh yang ramah. Saat mobil kembali melaju, Shakira memandang ke luar jendela, hatinya berkecamuk. Setiap menit perjalanan ini terasa berat, seolah membawanya ke dunia yang berbeda.

Dan benar saja, ketika mobil berbelok masuk ke halaman sebuah gedung pencakar langit, matanya membesar. Di hadapannya berdiri kantor megah Hartadi Group. Menjulang angkuh dengan dinding kaca berkilau yang memantulkan cahaya matahari pagi. Sebuah simbol kekuasaan, kemewahan, dan ambisi.

Sopir itu membuka pintu dengan sopan. “Pak Luis sudah menunggu di dalam, Bu.”

Shakira menghela napas panjang. Lalu, dengan langkah yang penuh keraguan sekaligus tekad, ia melangkah memasuki lobi yang dipenuhi aura kemegahan dan dingin kuasa.

Ia tahu, sejak detik itu, hidupnya tidak lagi sepenuhnya miliknya sendiri.

Lobi Hartadi Group terasa begitu asing bagi Shakira. Marmer putih berkilau, lampu kristal yang menjuntai, serta derap langkah karyawan berjas rapi membuatnya merasa seperti kembali ke dunia yang dulu pernah ia kenal, namun kini berbeda.

Lebih dingin, megah, dan menekan.

Seorang resepsionis menunduk hormat begitu sopir pribadi mendampinginya. “Silakan ikut saya, Bu Shakira. Pak Luis sudah menunggu di lantai paling atas.”

Lift pribadi itu bergerak naik dengan kecepatan halus, tapi jantung Shakira berdebar lebih kencang dari mesin lift yang mendesing. Jemarinya meremas tali tas kerja yang ia bawa. Baginya, pertemuan ini bukan sekadar panggilan kerja. Ini semacam ikatan tak kasat mata dengan pria yang kini memegang kendali penuh atas hidupnya.

Begitu pintu lift terbuka, ia disambut oleh koridor luas yang dipenuhi kaca besar dengan pemandangan kota. Suara langkah sepatu hak rendahnya terasa nyaring di lantai yang mahal. Seorang sekretaris mengetuk pintu ruang kerja, lalu mempersilakan Shakira masuk.

Ruangan itu luas, dengan jendela dari lantai ke langit-langit memperlihatkan panorama kota yang gemerlap meski masih pagi. Meja kerja kayu hitam mengkilap berdiri megah di tengah, dan di baliknya ada … Luis Hartadi.

Sang CEO muda penuh ambisi.

Pria itu duduk dengan postur santai namun penuh wibawa, setelan jas hitamnya terpasang sempurna. Saat tatapannya bertemu Shakira, ada senyum samar yang lebih menyerupai garis licin kekuasaan daripada keramahan.

“Welcome. Silahkan duduk.” Suaranya berat, terkontrol, dan tanpa basa-basi.

Shakira menelan ludah, lalu duduk di kursi yang tersedia di hadapan meja besar itu. Ruangan mendadak terasa dingin, meski pendingin ruangan tidak begitu kuat.

Luis menyandarkan tubuhnya ke kursi, jari-jarinya bertaut rapi di atas meja. “Gimana perjalananmu ke sini? Apa anakmu udah di daycare?”

Pertanyaan itu membuat Shakira sedikit terkejut, ia tidak menduga pria ini memperhatikan detail sekecil itu.

Jika untuk hal detail saja Luis memperhatikannya, bukan tidak mungkin jika hal detail yang akan Luis minta untuk mengultimatum Danardjanto Group pun harus ia lakukan dengan sebaik mungkin.

“Ya, dia udah di daycare. Makasih, Luis.”

“Pak Luis. Sekarang aku bosmu.”

Shakira sedikit terkejut lalu mengangguk patuh. Kemudian pikirannya berkelana ke kejadian satu malam itu yang membutnya segera menggeleng pelan.

“Mulai hari ini, hidupmu bakal berbeda. Kamu sekarang adalah asetku yang harus ditempatin di posisi yang tepat.”

Kemudian sebuah ketukan terdengar di pintu.

“Masuk,” suara Luis terdengar rendah namun berwibawa.

Seorang pria berpenampilan rapi dengan kacamata tipis masuk. Shakira mengenalnya. David, asisten pribadi Luis.

Ia meletakkan sebuah map berwarna hitam di atas meja kerja. “Semua sudah disiapkan, Pak.”

Luis hanya mengangguk, matanya sekilas melirik map itu sebelum kembali menatap Shakira. Lalu mendorong map itu perlahan ke arah Shakira.

Juniarth

:-0

| 6
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Avary
Luis. Kamu jangan anggap enteng Shakira. Jika menyakitinya, Rado akan sigap melidungi kakak iparnya yg dicintainya. Rado bukan orang sembarangan, dia memiliki kekuatan fisik dan insting yg bagus. ...️
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Perjanjian Panas untuk Istri Rahasia CEO   Aku Minta Satu Tarian

    Musik lembut dari band akustik mengalun di sudut ruangan.Cahaya lampu kristal memantul di permukaan gelas-gelas champagne, menciptakan suasana malam yang sempurna untuk pesta pernikahan mewah itu.Setelah memberi klarifikasi singkat pada media, di antara kerumunan itu, Luis dan Nadine berjalan bersisian dan menjadi pusat perhatian. Luis tampak gagah dengan jas yang dikenakan, menonjolkan bahunya yang bidang. Sedang Nadine berjalan anggun di sisinya.Tangan Luis bertengger di pinggang Nadine, mantap dan penuh penguasaan. Itu adalah pernyataan diam bahwa perempuan di sisinya adalah miliknya. Nadine menoleh sedikit, tersenyum lembut dengan pipi yang merona.Tatapan mereka bertemu sesaat. Kemudian Luis menunduk sedikit dan berbisik di dekat telinganya.“Semua orang memperhatikan kita malam ini, Nad. Jangan takut. Anggap aja dunia lagi nonton awal dari sesuatu yang indah.”Nadine sedikit menoleh dengan jantung berdebar cepat“Awal dari sesuatu yang indah?” Ulangnya dengan nada penuh tanya.

  • Perjanjian Panas untuk Istri Rahasia CEO   Dia Kekasihku

    Luis menggenggam tangan Nadine yang berada di atas meja dan menatapnya lekat.“Aku butuh bantuanmu, Nad. Aku gerah dituduh nggak benar kayak gitu. Bunda sama Ayah juga risih. Aku juga mau semua orang tahu kalau aku dekatnya sama kamu, bukan sama yang lain.”Nadine terdiam sejenak. Pipinya bersemu bahagia karena Luis mengutarakan isi hatinya. Ditambah Luis tidak hanya menggenggam tangan Nadine, melainkan juga memberinya usapan penuh makna.“Den Mas, kamu yakin mau bilang kayak gitu ke publik?”Luis mengangguk yakin dengan menatap Nadine.“Aku nggak mau biarin gosip ini ngatur arah hidupku. Apalagi sampai bikin kamu ragu sama keseriusanku. Lagipula, nggak ada yang salah, kan, kalau aku dekat sama kamu? Lalu aku menunjukkannya ke publik.”Kata-kata itu membuat senyum Nadine kembali merekah. Dan akhirnya, ia mengangguk pelan dengan senyum tersipu malu.“Kalau itu maumu, aku ikut, Den Mas.”Luis mengangguk pelan, senyumnya tipis tapi penuh perhitungan dengan tangan menggenggam tangan Nadine

  • Perjanjian Panas untuk Istri Rahasia CEO   Aku Benci Kamu, Den Mas

    Shakira mengetuk pelan pintu ruang kerja sebelum masuk. Pikirannya tidak tenang ketika seorang asisten rumah tangga menghampirinya di taman dan berkata Luis ingin dia menemuinya di ruang kerja.Karena Shakira tahu ini pasti ada hubungannya dengan ia tidak masuk kerja hari ini. Atau … saat dia tidak sengaja melihat Luis dan perempuan itu makan siang.Setelah membuka pintu itu, Shakira melihat Luis duduk di balik meja besar dari kayu mahoni, jas kerjanya sudah ditanggalkan di punggung kursi. Dan ekspresinya selalu saja dingin seperti biasa.Tanpa menatap langsung, Luis berkata pelan namun tajam,“Duduk.”Shakira menurut. Ia duduk di kursi seberang, menunduk sopan dan mermas tangannya sendiri. Keheningan menekan ruangan untuk beberapa detik sebelum Luis akhirnya angkat bicara.“Kenapa kamu nggak masuk kerja hari ini?” tanyanya datar.Shakira membenarkan dugaannya namun matanya tidak berani menatap Luis. Ia menjawab namun dengan menatap lantai.“Maaf, aku nggak sekuat itu untuk disinisi sa

  • Perjanjian Panas untuk Istri Rahasia CEO   Ke Ruang Kerjaku

    Luis baru saja meneguk minuman ketika ponselnya bergetar pelan di atas meja. Ia melirik sekilas layar dan mendapati nama David muncul di sana. Sambil tetap mempertahankan ekspresi tenang di depan Nadine, ia menjawab dengan suara serendah mungkin.“Ya, Vid?” Suaranya nyaris berbisik.“Pak, maaf mengganggu. Tapi Nona Shakira tidak ada di kantor.”“Apa?!” Tanya Luis pelan namun kedua alisnya menukik tajam. “Lalu dimana dia?!”“Saya coba cek GPS ponselnya, dan lokasinya sekarang ada di restoran tempat Bapak makan siang dengan Nona Nadine.”Luis refleks menegakkan tubuh, pandangannya berubah tajam seketika.“Apa?” Gumamnya lirih, nyaris tidak terdengar.Nadine yang duduk di seberang meja sempat mengangkat alis, menyadari perubahan ekspresi Luis.“Ada apa, Den Mas?”Luis cepat menenangkan diri dan tersenyum menutupi kegelisahan.“Ah, nggak ada, Nad, cuma masalah kecil di kantor. Udah diselesaikan David.”Luis berusaha membuat nada suaranya ringan, padahal detak jantungnya masih berpacu cepat

  • Perjanjian Panas untuk Istri Rahasia CEO   Bukan Bagian Dari Rencana Semu

    “Pak, kita harus bergerak lebih jauh. Saya sarankan agar Anda segera menghubungi Nona Nadine secepatnya. Mungkin Anda bisa mendekatinya lebih dulu. Jika ia sudah berada di pihak Anda, skandal ini bisa ditahan atau dikendalikan lewat dia.”Luis menatap ke titik tertentu, pikirannya bekerja cepat usai mendengar saran David.“Nona Nadine adalah kunci. Ia bisa menjadi tameng yang efektif untuk melawan skandal ini, Pak.”Kata-kata David tentang ‘tameng yang efektif’ terus terulang dalam benaknya.Luis tahu jika David benar. Asisten pribadinya itu tidak akan memberikan saran yang menghancurkannya.Saat ini, waktu tidak berpihak padanya. Setiap jam, berita tentang skandalnya terus bergulir, dan lebih mengerikan lagi bahwa setiap menit publik akhirnya mengetahui dan memberi penilaian.Apa yang Luis paling khawatirkan bukan hanya reputasinya sendiri, melainkan masa depan Hartadi Group.Baginya, reputasi mungkin bisa dibangun kembali, tapi Hartadi Group jauh lebih dari sekadar nama. Disanalah ri

  • Perjanjian Panas untuk Istri Rahasia CEO   Siapa Wanita Itu?

    Ada sesuatu yang membuat Luis ingin bertemu Nadine lagi.Tapi kali ini bukan karena tuntutan keluarga atau karena keharusan untuk menjaga nama baiknya tetap terjaga di hadapan publik.Melainkan karena ia sungguh ingin mengenalnya.Luis berpikir bahwa setiap pria yang terlalu yakin bisa mengendalikan segalanya, justru pada akhirnya akan bertekuk lutut di hadapan seseorang yang mampu menembus logikanya dengan ketenangan.“Nadine.”*****Pagi itu, rumah besar milik Luis Hartadi terasa begitu hening.Suara sendok beradu dengan cangkir porselen terdengar pelan, berpadu dengan aroma kopi hitam yang baru diseduh.Di seberang meja makan, Luis duduk tegap dengan kemeja biru muda yang disetrika rapi, dasi abu-abu menggantung di lehernya. Wajahnya terlihat segar, kontras dengan wajah Shakira yang sedikit tampak letih karena kurang tidur akibat pemberitaan dirinya yang belum reda.Shakira menunduk sejenak, mengaduk teh di depannya dengan segudang pemikiran. Ia menarik nafas pelan sebelum akhirnya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status