Reaksi signifikan Barbara sudah cukup memberi Moreau petunjuk, kemudian wanita itu berkata, “Ayahmu tahu bagaimana cara membujukku.”
Sudah Moreau duga, mengingat nyaris tak mungkin ibunya memiliki selera yang berubah dalam sekejap. Dia tahu wanita tersebut tak suka anting panjang yang bergelantungan, seperti yang pernah coba mendiang ayahnya berikan, tetapi ditolak dengan tegas. Seingat Moreau, jika dia tak salah, keputusan Jeremi hari itu tidak lama setelah ayahnya memberikan hadiah ulang tahun anting kupu – kupu dengan rantai kecil—yang jatuh di gedung latihan, dan secara tak terduga itu ditemukan oleh satu orang. Abihirt. “Cepatlah ambil kalung ini. Aku sudah terlambat ke kantor setelah menghabiskan waktu menunggumu bangun.” Desakan Barbara segera menarik Moreau kembali ke permukaan. Buru – buru mengerjap. Bagaimanapun, secara naluriah bergerak menerima pemberian Abihirt lewat wanita itu. Mungkin supaya ibunya tidak menaruh sikap curiga dan barangkali karena diaMoreau sengaja mengambil jeda sesaat, ingin lebih puas menyaksikan kekhawatiran di wajah Barbara. Dia benar – benar ingin tertawa. Hanya memutuskan segera menahan diri, kemudian meneruskan, “Pembuluh darahmu akan pecah, kecuali kau menerima penawar racun ini.” Moreau langsung merenggut botol kecil itu, sebelum Barbara dapat melakukannya. Wanita itu tampak putus asa setelah kegagalan melakukan tindakan demikian. “Apa maumu sebenarnya?” Dengan nada bicara nyaris tercekat, Barbara mengajukan pertanyaan secara langsung. Sederhana. Moreau hanya ingin keadilan terhadap kehancuran keluarganya. “Katakan semua kejahatan-mu sekarang juga. Katakan bagaimana kau membunuh ibu dan saudara kembarku. Selesaikan juga cerita-mu hari itu, bagaimana kau membuat kematian ayahku seperti sebuah insiden kecelakaan.” Dia segera mengeluarkan ponsel. Ingin memastikan apa pun yang terungkap dari mulut Barbara terekam secara penuh. Ini akan menjadi bukti untuk menjebloskan wa
“Kau sudah berani menampakkan batang hidung-mu di sini?" Betapa suara Barbara begitu sinis setelah apa yang dia hadapi beberapa waktu terakhir. Ini merupakan hari ulang tahunnya, tetapi semua peristiwa yang terjadi memberi kejutan tidak diinginkan. Lama tidak melakukan kontak apa pun, dan tadi ... satu jam lalu, Abihirt datang hanya untuk memastikan dia menerima hadiah paling menyedihkan. Pria itu benar – benar membuatnya memborong kebodohan, karena pernah percaya begitu saja bahwa akan hadiah terbaik dari Dubai. Sial. Dipaksa menandatangani surat cerai. Barbara mendengkus. Mereka akan segera bercerai. Ya, itu masalah pertama. Sementara prospek terburuk muncul saat mata birunya harus menyaksikan bagaimana langkah Moreau terlalu berani menyingkirkan sisa jarak di antara mereka. Moreau seolah tahu kapan dan di mana dia seharusnya berada, kemudian duduk cukup dekat di hadapannya. “Kau membesarkanku selama ini, mengapa aku harus tidak berani? Lagi pula, i
“Pergilah. Kau tidak disambut di sini. Juan hanya keluar berbelanja sebentar. Sebelum dia kembali, kau sebaiknya tinggalkan tempat ini,” ucap Moreau sinis. Dia menyingkirkan sentuhan tangan Abihirt dengan kasar. Seandainya, cukup tega mendorong pria itu tanpa memikirkan kemungkinan yang lain. Mungkin dia sudah melakukannya dari awal. “Tidak. Kau harus mendengar penjelasanku,” Abihirt menyangkal. Itu membuat Moreau harus menarik napas dan mengembuskan dengan putus asa. Hanya membiarkan waktu berjalan beberapa saat, kemudian dia meneruskan, “Tidak ada yang perlu kudengar. Semua sudah cukup. Tidakkah kau mengerti jika kita memang tidak ditakdirkan bersama?” “Aku turut berduka cita atas kepergiaan ibumu. Sekali lagi, apa pun yang terjadi dengan masa lalu-mu, itu sama sekali bukan urusanku. Sekarang pergilah. Aku tidak pernah ingin melihat wajahmu lagi. Pastikan kau tidak pernah kembali atau berusaha membujukku untuk sesuatu yang—“ “Tidak, Moreau.” Kata – kata d
“Kau bisa menghubungiku jika ibumu kembali ingin melakukan sesuatu yang buruk.”Suara serak dan dalam Abihirt perlahan merambat ke permukaan setelah hening cukup panjang. Moreau diam beberapa saat, memikirkan pernyataan pria itu barusan, tetapi segera melanjutkan kebutuhan tertunda. Hanya perlu mengikat kain perban, maka kegiatan mengobati luka di tangan ayah sambungnya—paling tidak untuk saat ini—segera selesai.Ya, benar. Sekarang telah selesai. Moreau menghela napas kasar sembari menyusun kembali beberapa perangkat ke dalam kotak P3K. Dia masih menyimpan ungkapkan pria itu dan merasa sangat perlu memberi tanggapan sinis. “Jangan menyebutnya seperti itu. Dia bukan ibuku.”“Apa maksudmu?”Wajah Moreau segera terangkat sekadar melakukan kontak mata dengan iris kelabu di sana. Tatapan bingung Abihirt menyiratkan banyak hal; antara sedang mempertimbangkan sesuatu. Namun, juga ada desakan yang ingin pria itu mengerti. “Kau tidak tahu? Apa jika aku memberi tahu
“Setelah mencoba untuk membunuhku. Kau pikir apa yang bisa dibicarakan lagi?” Desis suara Barbara menuntut banyak hal. Menunjukkan kemungkinan terburuk. Moreau meringis ketika wanita itu melakukan pergerakan dan jelas memberi beberapa dampak mengerikan. Ujung pisau yang tajam sudah menyentuh—sedikit menekan hingga dia harus menelan ludah kasar. Barbara sungguh akan berada di luar batas. Demikian yang Moreau sadari bahwa Abihirt juga memikirkan hal serupa. Pria itu terus menunjukkan gestur supaya Barbara tidak lepas kendali. Jarak tersisa di antara mereka nyaris bisa terbaca untuk situasi lebih memungkinkan, meski kemudian suara serak dan dalam Abihirt terdengar. “Kau tidak ingin bercerai, bukan begitu?” “Lalu apa? Seseorang yang datang di hidupku dengan tujuan membalaskan dendam. Kau pikir apa yang bisa kuharapkan jika ingin pernikahan ini terus berlangsung? Hidup di neraka menghadapi sikapmu yang selalu dingin? Pantas saja. Sekarang aku sudah mengerti mengapa kau terlihat cen
“Sepertinya kau benar. Sudah seharusnya kau sangat menyesal membesarkanku selama ini, karena aku mungkin akan mengatakan betapa hebatnya Abi di ranjang. Dia memberiku pengalaman yang sepertinya tidak kau dapatkan darinya.” “Kau menyebut sebuah tempat penuh dengan mainan seks. Ya, kau benar. Aku memang sering berada di sana. Kami melakukan banyak adegan seks dan itu menyenangkan bagiku. Kau tahu ... dia bilang dia sangat mencintaiku. Setelah menceraikanmu, kami mungkin akan menikah. Sekarang aku tidak keberatan lagi harus menerima statusnya sebagai mantan ayah sambungku. Kau dan aku sendiri tidak pernah memiliki hubungan darah. Kurasa itu bukan masalah besar.” Moreau tersenyum lebar, walau di dalam hatinya begitu banyak rasa sakit tidak terungkapkan. Dia hanya ingin membalas setiap kata – kata menyedihkan Barbara supaya itu menjadi harga lebih pantas, dan menyembunyikan semua yang saat ini masih tersisa adalah jalan pintas terbaik. Barbara mulai terpancing. Baguslah
“Kau bisa lanjutkan apa yang ingin kau katakan, Mom,” ucap Moreau setelah tubuh Juan hilang dari pandangan. Dalam sekejap Barbara berdecih sinis, kemudian wanita itu berkata, “Aku takut kau tidak bersedia memanggilku dengan sebutan ‘mom’ lagi setelah mengetahui kebenaran ini.” “Kebenaran apa?” Moreau penasaran. Ironinya, kepuasan di mata Barbara meninggalkan rasa sakit yang dia tidak mengerti bagaimana itu terjadi. “Kau bukan putri kandungku. Aku tidak pernah mau mengandung dan juga tidak bisa mengandung. Abi mungkin sudah bicara denganmu kalau aku tidak hamil anaknya, bukan? Ya, itu benar. Pekerjaanku dulu mengharuskanku melakukan beberapa prosedur dan akibatnya ... menyebabkan masalah serius pada rahimku.” “Pekerjaan apa?” tanya Moreau tak percaya. Hampir tidak bisa memilah satu per satu informasi. Rasanya seperti duduk di kursi terapis. Cukup syok mengetahui kebenaran yang Barbara sembunyikan selama ini. “Sekarang aku yakin kau sudah mengerti. Menja
“Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan. Mengapa Abi harus membalaskan dendam? Apa motivasinya?” Moreau nyaris kehilangan kendali terhadap kebutuhan mempertahankan kestabilan suara. Tidak ingin Barbara menyadari rasa takut yang menyelinap seperti suatu aliran deras. Kali ini, dia menatap ibunya dengan tatapan menyelidik. “Dulu sekali, aku pernah menjalin hubungan bersama seorang pengusaha kaya. Jika kau memikirkan sesuatu yang buruk. Kau benar. Aku mantan simpanan ayahnya. Sama seperti dirimu selama ini. Hanya dijadikan seorang simpanan. Kau pikir Abi benar – benar serius denganmu? Jangan berharap banyak, Moreau. Kau tidak lebih dari seorang mainan.” “Biar kutebak, apa dia sering membawamu ke ruangan mengerikan itu? Melepas cambukan keras di tubuhmu?” Tulang punggung Moreau seperti mendapat kejutan listrik. Ketegangan itu tidak bisa dijelaskan. Bagaimana Barbara bisa menebak dengan tepat? Sekarang apa yang bisa dia katakan? Pada kenyataannya, itu memang benar. Mun
“Yakin catatan-mu sudah lengkap?”Moreau segera menoleh ke arah satu titik di sana ketika Juan bicara nyaris menyerupai gugumaman kecil. Perhatian pria itu terpaku serius pada secarik kertas berisi daftar barang belanjaan. Kali ini, dia sedang tidak diliputi minat melakukan perjalanan. Enggan bertemu banyak orang. Sehingga meminta bantuan Juan dan kebetulan pria itu tidak keberatan melakukan apa pun yang diinginkannya.Sesuatu segera menyelinap di benak Moreau saat iris biru terangnya mendapati Juan akan segera melangkah ke luar dapur. Dia langsung menghentikan kegiatan memotong apel.“Jangan lupa, belikan juga susu untuk wanita hamil.”Moreau sedikit terkekeh saat Juan segera menoleh tajam, kemudian berakhir dengan memutar mata malas.“Jadi, apakah masih ada yang tertinggal?” pria itu bertanya lagi. Sesaat, Moreau mengedarkan pandangan ke sekitar dapur. Tidak ada petunjuk yang bisa dia temukan. Sepertinya semua sudah lengkap.“Ya. Sekarang kau bisa perg