Share

Hari Pernikahan

Penulis: Susi_miu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-13 12:05:33

Abihirt Lincoln terbangun mendapati seorang gadis muda dalam balutan selimut tebal berada di ranjangnya. Dia mengerjap beberapa kali, berusaha keras mengingat sisa – sisa taruhan semalam. Roki yang bajingan dengan kurang ajar menambahkan bubuk perangsang di gelas koktail terakhir—yang harus diteguk habis—untuk merayakan hari pernikahan mendatang.

“Berengsek!”

Abihirt mengumpat sembari mengusap wajah kasar. Pagi ini adalah acara pemberkatan. Dia melirik jam digital di atas nakas. 30 menit waktu tersisa, tetapi sebagai pengantin pria—Abihirt belum melakukan persiapan apa pun.

Sesaat mata kelabu itu mengamati wajah polos—yang perlahan mulai mengernyit menghindari siraman cahaya yang menembus dari tirai putih. Abihirt memungut kain tercecer di sekitar pinggir ranjang. Sambil mengenakan kembali kemeja putih, dia mengangkat sebelah alis tinggi saat mendapati iris mata biru yang terang telah seutuhnya terbuka dan menatap dengan sangat terkejut.

“Kau siapa?”

Napas Moreau tercekat. Tidak ada yang akan menyangka bahwa di hadapannya seorang pria dewasa—tampan, sialan tampan diliputi samar – samar helai rambut yang teracak sedang menjulang tinggi. Secara naluri jari – jari Moreau mengetat sekadar meremas selimut tebal.

Semalam ....

Bayangan itu mengingatkan Moreau pada satu hal. Dia menunduk. Berdebar sangat keras mendapati tubuhnya tanpa sehelai benang. Bekas hisapan meninggalkan bercak kemerahan pekat yang mencuak jelas di bagian dada.

Rasanya Moreau membutuhkan waktu lebih banyak merenungi nasib. Tidak tahu apa yang bisa dikatakan. Dia terjebak di antara rasa sesal dan takut. Perlahan wajah Moreau terangkat. Kontak mata yang intens dan cara pria itu menatapnya dengan tegas meninggalkan pelbagai macam perasaan tidak nyaman.

Tiba – tiba sesuatu dilemparkan ke hadapannya. Moreau mencoba memahami situasi. Sebuah kartu akses hotel. Pria asing menyerahkan benda tersebut untuk apa?

“Aku harus pergi.”

Hanya itu. Begitu dingin bahkan lebar dari kaki jenjang segera menderap meninggalkan kamar. Moreau mendengkus. Akhirnya memutuskan memperbaiki penampilan buruknya. Beberapa saat dia menatap nanar gulungan kain merah di bagian perut, yang semalam pria itu lucuti. Dengan gerakan tentatif, ujung tangan Moreau mengurai kain hingga menarik—pas membalut di tubuh. Hari ini akan ada sebuah pesta.

“Ya, Tuhan. Mengapa aku melupakannya!”

Bagian terakhir adalah merenggut dalaman merah yang tergeletak di bawah kaki ranjang. Moreau berjalan agak terburu, benar – benar mengabaikan kartu akses pria asing itu. Hanya hubungan satu malam. Selebihnya mereka tak ingin saling mengenal.

Kali pertama melangkahkan kaki keluar, sesuatu yang ganjil segera mendesak di benak Moreau. Celakalah, dia telah berurusan dengan pria kaya. Tidak semua orang bisa menyewa hotel mewah di pusat kota ini. Tanpa sadar Moreau menyugar rambut panjangnya. Pesta pernikahan akan dimulai sebentar lagi. Moreau harus sampai—sesekali mengulik ponsel untuk mengingat kembali alamat hotel tempat resepsi. Dia dan ibunya memang tidak terlalu akur. Moreau yakin wanita itu tidak memiliki pilihan sekadar melibatkannya di pernikahan. Seseorang yang butuh formalitas. Masuk akal mengapa Moreau memiliki tanggung jawab hadir di sana. Dia tak punya waktu lebih banyak.

***

“Kau dari mana saja, Abi? Aku sudah menunggumu dari tadi.”

Sepanjang waktu Barbara mengkhawatirkan calon suaminya yang mendadak hilang selama satu malam. Abihirt Lincoln hanya mengirim pesan singkat, selebihnya pria itu benar – benar tenggelam seolah hari pernikahan ini tidak pernah akan terjadi. Ekspresi tenang juga telah meninggalkan perasaan bergemuruh. Barbara nyaris tak percaya bahwa sesaat lalu dia mengira pernikahan ini akan segera batal.

“Kau bilang anakmu akan hadir di pernikahan kita. Di mana? Aku belum bertemu dengannya.”

Namun, Abihirt justru mengajukan petanyaan dengan tenang diliputi kegiatan memperbaiki kancing jas yang membalut kokoh di tubuh liatnya.

Barbara tersenyum tipis kemudian mengambil satu langkah lebih dekat memperbaiki kerah kemeja yang mengganggu pengelihatannya.

“Apa kau sangat terburu – buru?”

Alih – alih menjawab. Sesuatu dalam diri Abihirt menarik perhatian Barbara. Pria ini lebih muda tujuh tahun dari usianya, tetapi Barbara tidak pernah merasa keberatan. Abihirt memiliki sisi maskulinitas yang kokoh. Mungkin dia tak akan pernah mendapatkan dari pria mana pun, termasuk yang pernah menjalin hubungan serius.

“Kau belum jawab pertanyaanku.”

Abihirt masih sama dingin menatap wajah Barbara. Perlu pengetahuan khusus, dan Barbara senang menanggapi. Moreau tidak terlalu penting. Lebih bagus jika gadis itu tidak hadir. Hanya karena wasisan, Barbara tidak punya pilihan; antara mempertahankan Moreau atau hidup merelakan kekayaannl yang harusnya menjadi miliknya.

Sudah mendapat kehidupan mewah, tentu Barbara menolak bagaimana dia pernah berusaha keras menemukan kebahagiaan.

“Aku tidak tahu. Mungkin sebentar lagi Moreau akan sampai. Anak itu kadang – kadang sulit diberitahu.” Sentengah berdecak, Barbara kemudian mengambil tindakan menciumi rahang kasar Abihirt. Dia perlu sedikit berjinjit, lalu mengusap wajah pria itu penuh cinta.

“Pemberkatan sudah akan dimulai. Kita seharusnya tidak membahas hal lain di sini.”

Lembut sekali Barbara memeluk lengan Abihirt. Mereka telah berjalan menuju altar pernikahan. Tamu – tamu sudah menunggu, sementara pastor dengan segala kesiapan juga sudah berada di tengah – tengah altar.

Senyum Barbara tidak pernah hilang ketika dia berhadapan bersama calon suaminya. Wajah dingin Abihirt akan selalu menjadi bagian paling indah. Puas sekali dia mengamati bibir panas Abihirt bergerak mengikuti pastor yang bicara sambil menunggu giliran.

Dalam waktu yang singkat, janji suci dilantunkan. Cincin yang menjadi simbol cinta telah disematkan. Hubungan mereka telah resmi. Batapa bahagia-nya Barbara setelah penantian panjang. Dia mencium bibir Abihirt diikuti tepuk tangan yang riuh.

Sementara, cukup satu langkah lebih dekat, tubuh Moreau mendadak beku mendapati kenyataan bahwa pria yang tidur bersamanya semalam ... adalah pria yang menikahi ibunya pagi ini.

Bagaimana mungkin?

Jantung Moreau menanggapi dengan debaran keras. Perasaan mengejutkan itu semakin membuatnya cemas saat mata kelabu melirik ke arahnya dengan tegas. Moreau menelan ludah kasar. Tidak tahu apa yang bisa dia lakukan sekarang. Desakan serius memintanya untuk pergi.

Perlahan Moreau mengambil langkah mundur. Menyisir ke tempat yang sepi dan bertanya – tanya perlukah dia membicarakan masalah besar ini kepada ibunya? Apa yang akan Barbara katakan? Moreau yakin wanita itu hanya akan melontarkan caci maki dengan kasar.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Perjanjian Terlarang   Kemarahan Lore

    Moreau akan sangat menyalahkan Abihirt, karena pria tua mesum—yang memasang wajah penuh bangga, menatap Lore dan Arias tanpa rasa bersalah. Tidakkah Abihirt berpikir ini terlalu berbahaya bagi anak - anak? Sepertinya butuh aturan serius untuk menjelaskan bagaimana hubungan mereka bekerja.Moreau menarik napas sesaat, demi memastikan dia tidak terlihat berlebihan di depan Lore dan Arias.“Mommy tadi melihat kecoak. Jadi, harus meminta bantuan Daddy untuk menyelesaikannya.”Sambil meringis, Moreau sadar ini bukan kali pertama mereka memberikan kebohongan ketika tertangkap basah berdua. Hanya menunggu kapan anak – anak akan menunjukkan sikap waspada, meski tiba – tiba ... tangan kecil Lore yang terulur menyentuh helai basahnya yang menjuntai, lalu mata kelabu gadis kecil itu secara bergantian melirik ke rambut gelap Abihirt.“Mommy dan Daddy mandi bersama?”Rasa ingin tahu Lore membuat Moreau mengernyit sesaat, te

  • Perjanjian Terlarang   Lakukan

    “Oh—“Suara serak dan dalam Abihirt terdengar mengisi seisi kamar mandi, diliputi miliknya yang nyaris tak bisa Moreau kendalikan. Dia paling banyak mengeluarkan suara, karena pria itu menyentuh bagian sensitif di bawah sana dengan tepat.Moreau bisa merasakan bagaimana dia mulai gemetar, sementara cengkeraman Abihirt di pinggulnya segera mengetat. Pria tersebut tahu dia akan mencapai puncak kenikmatan. Terus menawarkan sentuhan terbaik, hingga tanpa sadar sebuah cakaran meninggalkan karya terbaik di lengan besar itu.Moreau butuh waktu untuk menikmati gelombang kenikmatan, yang meninggalkan denyut di inti tubuhnya, tetapi dia harus siap ketika Abihirt dengan gerakan tak terduga membuat mereka berhadapan, lalu kembali berciuman.Saat tautan bibir mereka terlepas, Moreau sedikit terkejut oleh sensasi udara yang dirasakan. Dia secara naluriah melingkarkan kaki dan lengan di tubuh pria itu, sementara Abihirt dengan hati – hati kem

  • Perjanjian Terlarang   Izin?

    Tidak dimungkiri. Kebutuhan dasar yang besar; juga memerangkapnya ke dalam gulungan hasrat. Tidak banyak yang bisa dikatakan. Moreau seperti terhanyut di antara sorot kelabu yang menatap lamat, seolah Abihirt benar – benar menunggu jawaban pasti. Napas Moreau memburu. Butuh beberapa kali mengerjap. Persetan. Dia kembali menarik wajah pria itu lebih dekat. Melumat mulut yang terasa hangat, membiarkan Abihirt merasakan akses yang sebenarnya—mungkin telah dia berikan. Tidak sulit bagi pria itu untuk memahami situasi di antara mereka. Moreau tersentak ketika tubuhnya terangkat dengan punggung menyentuh keramik basah. Terlalu cepat jika dia masih berusaha memahami suasana yang baru saja membangun kebakaran besar, karena tidak tahu bagaimana Abihirt menyingkirkan pengait bra dan melempar benda tersebut ke sembarang tempat. Mereka hanya melakukan kontak mata sebentar. Sisanya, pria itu menunjukkan sisi paling rakus, seolah inilah tempat dan waktu untuk melampiaskan apa yang selama ini dit

  • Perjanjian Terlarang   Menyerah

    “Kau tidak ingin mandi bersamaku?”Sial. Pertanyaan singkat Abihirt hampir membuat semua menjadi runyam. Moreau tidak ingin tertangkap basah, karena pengaruh besar yang pria itu berikan kepadanya. Segera melotot lebar. Berharap pula, Abihirt tidak curiga. Tidak tahu mengapa, menghindari tatapan kelabu di sana mendadak jauh lebih sulit daripada membayangkan saat – saat penuh kejadian tak terduga yang harus mereka hadapi.“Terima kasih atas tawaranmu. Aku tidak ingin mandi hari ini,” ucap Moreau setelah merasa lebih baik. Dia tersenyum sambil menengadah ke wajah tampan itu, sementara Abihirt harus menunduk, seperti sengaja membuat jarak mereka lebih dekat.“Benarkah?”Suara serak dan dalam yang terdengar penuh misteri membuat kening Moreau bertaut.“Ya. Sekarang pergilah,” dia segera menjawab. Hampir benar – benar bebas melangkah pergi.Naif, jika Moreau mengira Abihirt tidak akan melakukan

  • Perjanjian Terlarang   Senang

    “Kau dari mana saja!”Moreau sudah sekhawatir ini; menunggu tanpa jawaban; melihat sendiri bagaimana ponselnya tidak mendapat balasan. Memang, mereka sudah saling menukar nomor telepon, tetapi semua percuma ... karena Abihirt bahkan sedari awal seperti sengaja menggantungkannya.Sekarang, pria itu menjulang tinggi diliputi ekspresi tidak bersalah. Pakaian yang kumuh nyaris tidak seperti terakhir kali Moreau mendapati Abihirt berpamitan pergi, seolah pria itu baru saja melakukan perjalanan ekstrim dan hal tersebut merupakan satu bentuk alasan paling nyata ... mengapa pengabaian mengikatnya sampai ke dasar. Dia sangat ingat bahwa Emma mengatakan sudah menyetrika kemeja kerja sang majikan.Kernyitan dalam segera bertaut. Moreau menatap Abihirt skeptis, tetapi juga menuntut pelbagai prospek untuk menelusuri pria itu. Abihirt jelas telah melakukan satu tindakan yang sangat membutuhkan pergerakan lebih banyak dari seharusnya, dan kenyataan belum berusaha m

  • Perjanjian Terlarang   Makin Membaik

    “Kau menangis setelah kami meninggalkan-mu sendiri.”Baiklah, Moreau tertangkap basah. Suara serak dan dalam Abihirt terdengar cenderung bergumam. Mungkin tak ingin anak – anak menanggapi, tetapi pria itu telah memastikan bahwa dia masih bisa menangkap setiap detil kata yang terucap dari bibir yang bahkan terlihat mengagumkan.Andai saja Lore dan Arias tidak sedang bersama mereka. Moreau dapat dipastikan akan melampiaskan semua bentuk perasaan, yang saat ini bertingkat – tingkat menjadi tumpukkan yang begitu berat.Dia menggeleng kecil. Tidak pernah menduga bahwa pada akhirnya Abihirt akan mengulurkan tangan sekadar menyentuh sudut pipinya.“Aku bisa melihatnya sangat jelas di sini.” Pria itu menjelaskan dengan tegas.Napas Moreau tercekat. Hampir tidak bisa mengatakan apa pun. Bibirnya tanpa sadar terbuka setengah. Ada lonjakan gugup ketika mendeteksi bagaimana Abihirt menyingkirkan sisa jarak di antara mereka. Namu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status