Benar – benar lucu.
Moreau hampir tak bisa mengomentari apa pun. Sedikit terpaku saat Abihirt ingin mendekati gadis kecil mereka, tetapi Lore malah lari memeluk kakinya. “Ini bukan Paman Abi. Kenapa wajahnya berbeda?” Suara Lore sedikit ketakutan. Moreau sendiri bisa merasakan betapa gadis kecil itu memeluknya terlalu erat. Hampir sangat menolak Abihirt ketika mantan suami Barbara mencoba untuk melakukan pendekatan. “Ini memang Paman Abi, Lore,” Arias segera menambahkan. Berbeda dengan adiknya. Bocah lelaki itu justru terlihat menerima Abihirt dengan baik dan memutuskan untuk mendekatkan wajah tubuh pria besar tersebut. “Wanginya sama,” lanjut Arias sembari memeluk Abihirt erat. Barangkali ungkapan tersebut terdengar meyakinkan sehingga Moreau mulai merasakan bahwa dekapan Lore sedikit lebih mengendur. Ragu – ragu gadis kecil itu tampak mendekat. Mengulurkan tangan sekadar menyentuh rahang Abihirt, kemudian mendekatkan wajah sekadarMemang, Robby masih terlihat berpikir. Waktu seakan berjalan terlalu lama, sehingga kekhawatiran Moreau segera merambat luar biasa cepat saat dia menatap ekspresi pria itu mulai berubah; sedikit dengan guratan menelusuri beberapa bentuk tanggapan yang dia berikan. “Apa yang sebenarnya terjadi, Moreau? Kau bisa katakan kepadaku ....” Sekarang pria itu telah disergap rasa curiga. Sesuatu yang ntah bagaimana bisa dipertahankan. Moreau menggeleng samar. Ini tidak baik untuk mereka, tetapi apa yang bisa dia katakan? “Aku tahu kau sangat membutuhkan uang setelah menolak bantuanku dan ayahku berkali – kali untuk biaya rumah sakit Arias. Hanya bekerja di klub, aku yakin ... kau tidak akan sanggup menutupi kekurangan yang akan datang,” Robby menambahkan. Mungkinkah lebih baik menceritakan semua kebenaran? Moreau menatap setengah kosong. Berjuang keras untuk mempertimbangkan. Tiba – tiba pria itu menyentuh tangannya, memberi remasan ringan, yang jelas cukup memb
“Lore, Arias, tidak boleh terus menunggangi Paman Abi. Kalian bisa membuatnya lelah,” ucap Moreau, bukan karena dia begitu peduli, tetapi anak – anak harus diberi aturan. Tidak mau membiasakan dua bocah kembar itu mendapatkan apa yang mereka inginkan. “Tidak apa – apa. Mereka tidak berat.” Sialnya Abihirt memiliki pemikiran yang berbeda. Pria itu merasa dipisahkan lima tahun lamanya, dan maka tidak apa – apa memanjakan anak – anak. Terserah. Moreau tidak akan menambahkan komentar. Ketika sudah lelah; mantan suami Barbara akan merasakan sendiri akibatnya. Diam – diam, Moreau mengeluarkan ponsel untuk menghubungi seseorang. Tentang masalah seperti ini, dia tidak bisa membiarkan terus berjalan tanpa ada petunjuk baru. Robby harus tahu, dan sudah seharusnya menjadi pilihan tepat jika dia meminta temu langsung; membicarakan secara empat mata; ini akan lebih mudah dikoordinasikan. “Bisakah kita bertemu di restoran biasa?” Sebuah pesan singkat. Moreau
Jika Moreau tidak salah, dia mendengar sesuatu yang berbeda di balik suara serak dan dalam mantan suami Barbara. Ego dalam dirinya masih melarang, tetapi Abihirt mungkin benar; biarkan anak – anak merasakan peran seorang ayah yang tidak mereka dapatkan. “Untuk berjaga – jaga, kau harus tetap menahan dirimu mengatakan kebenaran yang sebenarnya kepada anak – anak.” Moreau tidak secara langsung mengiyakan. Hanya mengerti kalau – kalau Abihirt akan bisa memahami situasi di antara mereka. Lore dan Arias sudah selesai berpakaian setelah Caroline membawa mereka mandi. Taburan bedak dan wewangian khas anak – anak membuat Moreau tersenyum tanpa sadar. Dia segera mendekati mereka. Menghirup aroma yang begitu menyenangkan secara bergantian. Lore dan Arias begitu senang mendapati sesuatu menyeruk di leher mereka. Sebuah kebiasaan yang tidak bisa Moreau tinggalkan begitu saja—ini memang menyenangkan. Sedikit, setidaknya, meringankan beban yang menggantung berat di bahu. “Mommy tid
“Sudah kau putuskan apa yang perlu dilakukan?” Moreau benci harus mengakui ini, tetapi ingatan setelah melihat kedekatan anak – anak saat sarapan bersama Abihirt, yang tiba – tiba muncul ketika—sekarang—dia sedang disibukkan kebutuhan mencuri sisa perangkat makan, benar ... menaruh rasa takut luar biasa besar. Diam – diam, iris biru terang Moreau melirik ke arah pria itu. Abihirt tidak melakukan apa pun, selain menyentuh pinggir westafel—barangkali mantan suami Barbara sedang menunggu saat – saat di mana dia akan memberikan jawaban, yang masih menggantung di antara merkea. “Terus terang saja. Kau sebenarnya tak sungguh – sungguh ingin aku berhenti bekerja, kan?" Alih – alih mengatakan apa yang sudah menjadi keharusan dalam dirinya. Moreau malah mengajukan pertanyaan, yang sedikitnya ... membuat dia yakin motivasi Abihirt paling dasar. “Itu tuduhan liar.” Namun, suara serak dan dalam pria tersebut terdengar tenang. Sebelah alis Moreau terangkat tingg
“Kau tidak punya hak untuk lakukan itu kepadaku. Aku tidak memberi-mu izin,” Moreau berkata setengah marah. Abihirt telah melampaui batas. Tidak pernah ada kesimpulan di mana pria itu bisa melakukan semua yang diinginkan. “Aku punya dan aku sudah melakukannya.” Demikian, bantahan yang Abihirt harap bisa memberi Moreau sedikit keringanan untuk menerima semua ini. Tidak semudah itu. Dia secara naluriah mengambil langkah mundur kemudian, berkata, “Kau melakukannya sendiri. Jika aku tahu kau akan tiba – tiba mendekatkan dirimu, aku mungkin akan menghindar.” “Ya, Moreau. Kau benar. Tapi kau juga tidak bisa menyangkal kalau kau menginginkanku.” “Jangan terlalu percaya diri.” Moreau berdecih sinis. Merasa tidak ada lagi hal yang perlu mereka bicarakan. Dia segera melangkah untuk meninggalkan pria itu. “Sudah kubilang. Kau tidak perlu pergi bekerja.” Ironi. Abihirt dihadapkan pada hasrat yang sama. Memutuskan untuk menautkan genggaman tangan
“Kau tidak akan bisa melakukan apa pun untuk melawan Robby dan ayahnya. Kita semua tahu kau bahkan tidak pernah berhasil menerobos keamanan yang mereka buat,” ucap Moreau mengingat bahwa itulah yang sebenarnya terjadi. “Aku bisa lakukan semua yang kau katakan. Itu mudah bagiku.” Kali ini Moreau benar – benar tak bisa menahan diri dari reaksi untuk mengeluarkan tawa getir di hadapan mantan ayah sambungnya. Bahkan tanpa sadar, dia meremas kain di tubuh pria itu hingga mata kelabu di sana menatap terlalu lamat. “Kau konyol,” Moreau berkata dan secara tidak langsung membuat kedua alis Abihirt bertaut dalam. Tiba – tiba saja ... pria itu mendorong tubuh mereka supaya lebih terperangkap berdua. Begitu dekat. Meninggalkan sensasi tak terduga di jantung Moreau, rasanya ... dia seperti akan diledakkan oleh sesuatu yang dimulai sendiri, terutama ketika Abihirt menunduk. Sudah tidak ada jarak tersisa dan pria itu segera berbisik lambat, “Aku bisa mencari semua inf