Share

Bab 6 Sekamar

💐Happy Reading💐

 

 

“Huft ... cape banget,” kelus Stella seraya membanting diri di atas kasur queensize-nya, tanpa melepas dress pengantin yang melekat di tubuhnya.

Jam menunjukkan pukul 7:00 malam. Yang berarti acara sudah di pastikan selesai cukup lama. Stella sudah meminta izin kepada orang tuanya, untuk terlebih dahulu ke kamarnya yang ada di lantai atas, untuk beristirahat.

Dan saat ini ia berusaha untuk bangkit dari tempat tidurnya yang nyaman, untuk melepas dress pengantin lalu membersihkan make up yang cukup tebal di wajahnya.

Dan terakhir mandi untuk membuat badannya cukup segar, sebelum akhirnya ia pergi ke alam mimpi.

Sebelum ia membersihkan make up. Stella tampak kesulitan melepas dress pengantin yang ia kenakan dari tubuhnya, ia pun memanggil salah seorang pelayan untuk membantu melepaskannya.

Tok, tok, tok ...

“Masuk,” titah Stella kepada orang yang mengetuk pintu, yang ia yakini itu adalah salah satu pelayannya.

Benar saja, seorang pelayan wanita pun muncul dari balik pintu tersebut.

“Bisa kau bantu aku melepas dress ini?” tanya Stella kepada pelayan tersebut.

“Bisa Nona Stella.” Pelayan tersebut pun menghampiri sang majikan. Dan membantu Nonanya itu melepas dress yang cukup sulit untuk di lepas.

Setelah dress pengantin itu berhasil terlepas dari tubuh Stella. Pelayan tersebut pun meninggalkan kamar Nona-nya itu, dengan Stella yang tengah fokus membersihkan wajah.

“Akhirnya selesai juga, waktunya mandi. Lalu habis ini tidur,” gumam Stella sambil menghela nafas.

Stella pun bergegas menuju kamar mandi, untuk segara membersihkan tubuhnya yang sudah mulai lengket.

Setelah kurang lebih setengah jam berlalu, Stella pun selesai dengan mandinya. Ia pun keluar dengan handuk cukup besar yang melilit tubuhnya, dari atas dada sampai atas lutut.

Sedangkan kedua tangannya tengah mengeringkan rambut basahnya menggunakan handuk yang lebih kecil.

Karena posisi saat ia mengeringkan rambut menunduk, ia pun mendongak lalu menangkap pemandangan yang membuatnya berteriak histeris.

“Aaaaa ....”

Sontak Stella menyilangkan kedua tangannya di dada. Ketika melihat seorang lelaki yang tengah duduk santai di tepian bawah ranjangnya. Dan handuk yang ia pegang untuk mengerikan rabut pun, otomatis menutupi bagian dada atasnya.

“Sedang apa kamu di situ?” tanya Stella kepada lelaki itu.

Lelaki yang tidak lain adalah sosok yang baru saja menyandang gelar sebagai suaminya itu, menatap Stella dengan dahi yang mengerut. Beberapa detik setelahnya, Rionard pun kembali menormalkan mimik wajahnya.

“Keluar!” bentak Stella.

Rionard mengangkat sebelah alisnya. Lalu bertanya, “kalau keluar, aku tidur di mana?”

“Di rumah kamu lah, masa di jalanan.”

Mendengar pernyataan dari Stella Rionard pun berdiri, dan dengan perlahan berjalan ke arah Stella.

Stella yang melihat hal itu pun, memundurkan diri dengan perlahan.

“Aku bertanya, status kita sekarang ini apa?” tanya Rionard lagi, dengan jarak mereka yang semakin menipis.

Mendengar pertanyaan Rionard, Stella tampak ketakutan. Dengan posisi dirinya yang hanya berdua dengan sahabatnya itu, apalagi saat ini ia hanya menggunakan handuk sebagai penutup tubuhnya.

Dengan suara bergetar dan tercekat. Stella pun bertanya, “ke ... kenapa kamu mendakat?”

Rionard tidak berniat menjawab pertanyaan yang keluar dari bibir mungil perempuan yang ada di hadapannya itu. Dengan wajah yang masih setia datar tanpa ekspresi itu, kedua tangannya pun bergerak ke arah kancing baju dan melepasnya dari pengaitnya.

Stella melotot-kan matanya tidak percaya dengan apa yang di lakukan Rionard. Bergegas ia menutup kedua matanya itu, agar tidak melihat sesuatu hal yang tidak ingin ia lihat.

“Kenapa kamu buka baju Rio, pakai lagi,” ujar Stella yang tampak ketakutan di tempatnya.

Melihat hal itu, Rionard pun mengangkat salah satu sudut bibirnya.

“Apa yang kau pikirkan Key? Aku ingin mandi, minggir.” Rionard pun berlalu melewati Stella dan masuk ke kamar mandi, yang mana pintunya tepat di belakang Stella.

Perlahan Stella mengulurkan tangannya yang menutupi wajah. Tubuhnya mematung sejenak, mencerna apa yang baru saja terjadi.

‘Jadi aku salah paham? Iiihhh ... apa sih yang ada di pikiran aku, itu sangat memalukan.’ Batin Stella. Ia pun kembali bergumam, “tapi ini tidak bisa di biarkan.”

Ketika Stella ingin beranjak dari tempatnya berdiri, menuju walk in closet. Ia kembali mendengar suara sahabatnya itu, yang sedikit berteriak dari arah kamar mandi.

“Key! Nanti ada asisten aku membawakan pakaian.”

Setelah mendengar perkataan Rionard, ia pun bergegas menuju walk in closet untuk berganti pakaian secepatnya.

Setelah beberapa menit berlalu, Stella pun selesai berpakaian dengan pakaian tidurnya. Ia pun duduk di tepi tempat tidur dengan perasaan gelisah.

Tidak lama ia berdiam diri, pintu kamarnya pun diketok.

Stella berdiri dari duduknya dan membukakan pintu kamarnya. Ternyata itu adalah asisten pribadi Rionard yang mengantarkan sekoper pakaian, untuk suaminya itu.

Setelah menerima koper tersebut Stella pun menutup pintu kamarnya. Ketika Stella berbalik, ia pun di kejutkan suara bariton milik Rionard, yang terdengar tepat di depannya.

“Sudah sampai ya, sini kopernya.”

Semula Stella memejamkan matanya karena geram, dan ketika dirinya membuka mata, ia pun memekik kencang. Lalu menutup kembali mata beserta wajahnya menggunakan telapak tangan.

“Rio!!” pekik Stella. Ia pun bertanya dengan nada kesal, “kenapa gak pakai baju?”

“Iya kan bajunya baru datang,” ujar Rionard santai.

Lelaki yang bertelanjang dada, dengan lilitan handuk di pinggangnya itu mengambil koper miliknya yang ada di samping Stella.

“Cepat ganti kalau gitu,” sewot Stella.

“Ini di ganti,” jawab Rionard dengan santai.

Mendengar jawaban Rionard yang sedikit membuatnya curiga, Stella pun mengintip lelaki itu dari sela-sela jari yang sedikit ia buka.

Stella pun berkata dengan nada marah, “Jangan ganti di sini, sana di walk in closet.”

“Iya, iyaa!” ujar Rionard, kemudian ia pun berlalu dari hadapan Stella, menuju ruang yang di tunjukan oleh istrinya itu untuk berganti pakaian.

Setelah kepergian sahabatnya yang sekarang sudah menjadi suaminya itu, Stella pun mengulurkan tangan yang menutupi matanya dan sebagian wajahnya.

Dengan berat Stella pun menghembuskan nafasnya dengan kasar.

Beberapa menit telah berlalu, Rionard pun sudah kembali menampakkan batang hidungnya. Ia baru saja keluar dari walk in closet,dengan menggunakan celana boxer dan baju caos hitam polos.

Stella yang duduk di soffa yang ada di kamarnya itu pun berdiri.

“Aku tanya sekali lagi sama kamu Rio, kenapa kamu ada di kamar aku?”

Lelaki itu berjalan ke arah kasur queensize milik Stella, mendaratkan pantatnya di tepi kasur itu. Tanpa menanggapi pertanyaan yang keluar dari mulut mungil yang seksi milik perempuan itu.

“Rio jawab!” bentak Stella.

“Status kita sekarang ini apa?” tanya Rionard kembali.

“Kenapa kembali bertanya? Harusnya kamu jawab dulu pertanyaan aku.”

Rionard pun menyeringai menatap ke arah Stella, lalu ia tertawa kecil Setelahnya.

“Jangan marah-marah terus, sini tidur dan istirahat,” ujar lelaki itu sambil menepuk-nepuk kasur.

“Rio!”

“Kita kan suami istri Stella.”

 

 

💐💐💐

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status