Share

Bab 7 Tidur Bersama

šŸ’Happy ReadingšŸ’

Stella meneguk ludahnya kasar setelah mendengar perkataan Rionard, dengan debaran dada yang tak kunjung berhenti sejak tadi.

ā€œA, aku tau. Ta, tapi kan gak mesti sekamar secepat ini,ā€ jawab Stella sedikit gugup.

Jujur saja ia masih tidak bisa menerima jika harus berada dalam satu ruangan dengan seorang laki-laki, apalagi untuk tidur bersama.

Walaupun Stella sudah bertekat untuk berusaha menerima semua ini, tetap saja ia tidak dapat melakukan itu sekaligus. Perlu bertahap untuk menerima sesuatu yang sulit untuk ia terima sedari awal.

Rionard tersenyum samar nyaris tak terlihat, dan senyumnya itu pun tidak dapat di sadari oleh Stella.

Rionard pun bertanya, ā€œLalu kapan?ā€

ā€œYang pasti tidak sekarang?ā€

ā€œApakah setiap pasangan pengantin seperti itu?ā€ tanya Rionard dengan wajah yang di buat sepolos mungkin.

ā€œAyolah Rio, mereka-mereka itu menikah atas dasar saling suka, dan mencintai. Sedangkan kita? Hanya terikat karena perjodohan.ā€

Rionard yang mendengar penuturan yang keluar dari bibir Stella itu, hanya bisa terdiam.

Stella menghembuskan nafasnya lelah. Lalu, ia pun kembali melanjutkan perkataannya. ā€œMaaf Rio, aku akan berusaha menerima, tapi tidak sekarang.ā€

Mendengar permintaan maaf Stella. Rionard berdehem, lalu berkata, ā€œBaiklah aku akan pergi.ā€

Rionard berdiri, yang semula sedang duduk di atas kasur queensize milik Stella. Lalu berjalan ke arah pintu.

Rionard menghentikan langkahnya tepat berada di depan pintu, lalu berbalik menghadap ke arah Stella yang masih berdiri di tempatnya.

ā€œTapi, jika aku di tanya oleh kedua orang tuamu, kenapa aku pulang ke rumah. Aku harus jawab apa?ā€ tanya Rionard sambil menaik turunkan alisnya.

ā€œAaa ... mungkin aku harus menjawab, kalau aku di usur oleh istriku di malam pertama pernikahan kami,ā€ ujar Rionard dengan tampang seperti orang yang tengah berpikir.

Sontak Stella melotot kan matanya setelah mendengar perkataan Rionard. Kenapa ia tak memikirkan hal itu, pikir Stella.

Ketika Rionard kembali berbalik menghadap ke arah pintu kamar yang tengah tertutup itu, dan tangannya yang sudah memegang knop pintu. Stella pun segera menghentikan Rionard yang akan membuka pintu, dengan sedikit berteriak.

ā€œStop!ā€ ujar Stella, ia tak akan membiarkan dirinya malu di depan keluarganya, yang tengah berkumpul di lantai bawah.

Rionard pun berhenti. Ia tersenyum senang, saat dirinya masih memunggungi Stella.

Rionard pun berbalik, lalu menemukan Stella yang sepertinya sedang bergelut dengan pikirannya. Ia menatap Stella dengan satu alis terangkat, menuntut Stella untuk memberikan alasan kenapa menghentikannya.

Stella hanya terdiam dengan mata yang juga menatap ke arah Rionard, dengan pandangan kosong. Seakan mencerna apa yang telah di ucapkan oleh Rionard dengan saksama.

Beberapa saat berlalu dengan ke terdiam-an di antara mereka. Stella pun berkata, ā€œBaiklah kamu tidur di sini.ā€

Rionard pun mengangguk dan melengkah ke arah kasur milik Stella yang sangat empuk itu.

Stella yang seakan tahu arah yang di tuju oleh Rionard, bergegas melanjutkan kalimat yang tidak sempat ia ucapkan.

ā€œTapi kamu tidur di soffa,ā€ ujar Stella menyambar.

ā€œApa?ā€

Rionard pun tercengang, tidak berpikir panjang ia pun memutar arah, kembali menuju pintu.

ā€œMau kemana?ā€ tanya Stella takut-takut.

ā€œMau pulang,ā€ jawab Rionard singkat.

ā€œTapi ...ā€

ā€œDari pada pas bangun badanku pegal-pegel. Lebih baik aku pulang dan tidur dengan nyaman di kamarku,ā€ ujar Rionard sambil mengedikkan bahunya.

ā€œTtssss,ā€ ringis Stella.

Pikiran Stella di buat berperang oleh tingkah Rionard, yang sangat menyebalkan. Hal itu membuat dirinya semakin lelah, apalagi ia sudah kelelahan sejak tadi siang.

Jujur saja ia mencemaskan tentang, apa yang di pikirkan kedua orang tua nya nanti. Jika tau ia menendang seorang lelaki yang baru saja menyandang gelar suami beberapa jam lalu, di malam pertamanya.

Stella menyerah dan pasrah, ia pun menganggukkan kepalanya. mempersilahkan Rionard dengan mengarahkan tangannya ke tempat tidur miliknya.

Rionard berdeham singkat, lalu kembali menuju kasur Stella, dengan seringai-an khas di sudut bibirnya. Rionard sangat senang, ketika ia dapat menjahili sahabat yang telah menjadi istrinya itu.

Dirinya benar-benar tidak menyangka hari seperti ini tiba di antara mereka. Keterlaluan memang, tapi sangat di sayangkan rasanya jika ia menyia-nyiakan waktu seperti ini.

Ia berharap suatu hari, momen ini menjadi salah satu yang akan mereka ingat, dan jadi bahan canda-an di antara mereka nanti, atau di hari tua nanti. Semoga saja waktu seperti itu akan hadir.

Rionard merebahkan dirinya di sisi kasur di bagian kanan, ia pun mencoba memejamkan mata. Ia ingin mengetahui apa yang akan di lakukan Stella setelah ini.

Cukup lama setelah Rionard berbaring dengan mata yang terpejam, bahkan Rionard mengira bahwa Stella akan tidur di soffa.

Rionard merasakan pergerakan di sampingnya, ia dapat menebak itu Stella.

Dengan senyum yang ia tahan, lelaki itu pun membuka matanya dan memalingkan wajahnya ke arah Stella.

Melihat apa yang di lakukan istri sekaligus sahabat cantiknya itu. Rionard pun bersuara, ā€œAku Kira ....ā€

ā€œAku tidak akan bodoh dengan membuat badan ku sakit-sakit, saat bangun di pagi hari nanti,ā€ potong Stella dengan wajah kesal.

Saat ini ia tengah menyusun guling di tengah-tengah antara mereka berdua, sebagai batasan. Ia juga menguasai selimut, tanpa membaginya dengan Rionard, ia benar-benar tidak peduli jika lelaki itu akan kedinginan nantinya.

Rionard hanya terkekeh melihat tingkah sahabatnya itu, yang menurutnya sangat lucu.

Stella menatap sinis ke arah Rionard, lalu ia berkata, ā€œAku tau kau sengaja Rio.ā€

Stella pun merebahkan tubuhnya. Dengan posisi memunggungi Rionard.

ā€œKey, Key ... bukan kah kita dulu sering tidur berdampingan?ā€

Stella menyahut dengan posisi yang masih membelakangi Rionard. ā€œItu berbeda Rio.ā€

Persahabatan yang terjalin dari mereka kecil, tidak mungkin asing di masa lalu.

Mereka pernah merasakan tidur berdampingan, atau tidur berdua di tenda yang sama waktu mereka kecil saat mengadakan kamping keluarga di halaman rumah.

Atau bahkan tidur di kamar yang sama, saat orang tua mereka saling bergantian untuk dinas keluar kota.

Mereka sering bersama, apalagi saat orang tua mereka pergi dinas. Mereka sedikit di bebaskan, sebagai bujukan agar tidak merengek ikut dalam perjalanan dinas orang tua mereka.

Dan itu semua masih dalam pengawasan orang tua. Tentu saja mereka tidak mengerti apa-apa waktu itu, sehingga tidak ada hal yang harus di khawatirkan.

ā€œApa yang membuatnya berbeda?ā€ tanya Rionard.

Cukup lama Rionard menantikan jawaban Stella, tapi rupanya gadis itu tidak mengeluarkan sepatah kata pun untuk menjawab pertanyaan itu.

Sampai ia kembali bertanya, ā€œapa karena kita status kita sekarang suami istri?ā€

ā€œKita sudah dewasa Rionard, kamu pasti paham.ā€

ā€œKenapa? Bukankah bagus, kita dewasa dan kita dapat melakukan hal lebih, selayaknya suami istri.ā€

Stella cukup tau apa yang di maksud dari perkataan lelaki yang berbaring di sampingnya. Sehingga hal itu mampu membuat hatinya resah.

ā€œAku lelah, ingin tidur!ā€ ucap Stella.

Mendengar itu, bergegas Rionard berkata, ā€œHarusnya malam ini aku mendapatkan hak ku.ā€

šŸ’šŸ’šŸ’

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status