Share

Kampus #2

Pagi yang cerah bagi dua makhluk ciptaan Tuhan yang sedang dilanda mabuk kepayang memikirkan kata-kata cinta yang belum terlontarkan dari mulut masing-masing. Meraka masih memikirkan apakah yang mereka rasakan ini cinta atau sedekar obsesi belaka. Obsesi yang hanya untuk memiliki dan diakui sebagai pasangan.

Bree berjalan dengan langkah gontai keluar dari kelasnya menuju ke perpustakaan. Dia berjalan sendirian tanpa didampingi oleh sahabatnya Vira.  Bree berjalan dengan sangat lambat, tetapi saat dia teringat dengan surat teguran dari dosennya Bree kembali melangkah dengan semangat. Bree tidak ingin dia gagal dalam matakuliahnya yang ini, Bree mengingat bagaimana perjuangannya dalam mengambil mata kuliah ini.

Tak lama berjalan Bree sampai juga di perpustakaan kampusnya yang luar biasa besar. Bree langsung menuju ke bagian buku bidang kedokteran. Bree sibuk memilih buku sumber yang akan dijadikannya sebagai referensi.

Saking seriusnya Bree mencari buku yang diinginkannya. Bree tidak sadar dari tadi seorang pria tampan sedang memerhatikannya dari jauh, siapa lagi kalau bukan Gema seorang pria yang terobsesi dengan Bree.

Gema berjalan dengan mengendap-ngendap ke arah Bree. "Bree" kata Gema.

Bree yang kaget mendengar panggilan Gema langsung membalik badannya. "Kamu mengagetkan aku saja Gema" kata Bree sambil memegang dadanya karena kaget mendengar panggilan Gema yang mendadak.

"Sedang ngapain Bree. Dari tadi kamu aku perhatikan sangat serius mencari buku?" kata Gema sambil berdiri disamping Bree.

"Lagi cari buku pengobatan Gem. Mau buat makalah." kata Bree sambil serius kembali mencari buku yang diinginkannya.

"Ada yang bisa gue bantu Bree" kata Gema.

"Emang kamu tau apa buku yang mau aku cari?" kata Bree sambil memandang menyelidik ke arah Gema.

"He he he. Nggak la Bree, jurusan kita kan berbeda. Mana aku tau apa yang kamu butuhkan." kata Gema sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Tapi Bree ada kok yang bisa aku bantu." kata Gema sambil tersenyum misterius kearah Bree.

"Apaan?" kata Bree yang mulai penasaraan dengan ucapan Gema.

"Bantu menemani dirimu Bree" kata Gema sambil tersenyum simpul.

"Hahahahaha." Bree tertawa dengan sangat besar.

"Maaf, kalau Anda berdua mau tertawa silahkan keluar dari perpustakaan. Atau Anda berdua tidak bisa ya membaca yang ada di dinding itu." kata pengawas perpustakaan kepada Bree dengan Gema sambil melihat marah kepada mereka berdua.

Bree kemudian memberikan kode kepada Gema supaya diam tidak berisik. Gema yang paham kode dari Bree, menganggukkan kepalanya ke arah Bree tanda menyetujui apa yang diintruksikan oleh Bree.

Tiga puluh menit pertama Gema menemani Bree masih terlihat aman. Tetapi memasuki sejam menemani Gema sudah mulai risih. Bree yang melihat Gema mulai risih tersenyum simpul. Bree maklum dengan kerisihan Gema, Gema merupakan anak teknik yang jarang menjamah perpustakaan.

"Gem, kalau kamu mulai bosan, kamu duluan saja ke kafe. Nanti aku susul." kata Bree dengan tersenyum.

"Nggak kok Bree. Aku nggak bosan. Silahkan lanjutkan Bree. Aku akan tenang menunggumu disini." kata Gema.

"Oke. Aku nggak akan lama. Tinggal satu buku lagi." kata Bree dengan tersenyum.

Bree kembali serius mencari buku yang dibutuhkannya. Gema yang mulai bosan mengeluarkan ponselnya. Gema kemudian memainkan game yang ada diponselnya. Sejam kemudian (kata Bree tidak lama) akhirnya Bree menemukan semua buku yang dibutuhkannya.

"Gem, yuk ke luar." kata Bree mendekat ke arah Gema.

"Udah selesai Bree?" kata Gema sambil berdiri dari duduknya.

"Udah, Ayok keluar." kata Bree sambil melangkah keluar dari perpustakaan. Gema kemudian mengikuti langkah Bree.

"Kamu ada jam kuliah setelah ini Bree?" kata Gema setelah dia berhasil mensejajarkan langkahnya dengan Bree.

"Nggak Gem. Habis. Aku lapar mau ke kafe. Kamu mau ikut?" kata Bree sambil tersenyum ke arah Gema. Bree mengajak Gema, karena segan dari tadi Gema menungguinya mencari buku yang dibutuhkannya.

"Siapa yang nolak ajakan dari cewek cantik seperti dirimu." kata Gema sambil tersenyum dengan riang. "Kamu bawa kendaraan Bree?" kata gema.

"Nggak Gem. Aku nggak pernah dibolehin mami membawa kendaraaan sendiri, kalau nggak ojol ya dianter supir." kata Bree.

"Kalau gitu kamu tunggu disini sebentar. Aku ambil mobil dulu di parkiran." kata Gema sambil langsung berlari tanpa menunggu persetujuan dari Bree.

Bree yang melihat gema berlari tersenyum dengan bahagia. Dasar Gema. Gue setuju atau nggak belum tahu. Dia main kabur saja. Tak lama kemudian Gema datang dengan mobil BMW keluaran terbarunya.

"Bree, ayok masuk." kata Gema sambil membuka pintu penumpang.

Bree kemudian langsung masuk ke dalam mobil Gema. Gema langsung melajukan mobilnya ke kafe yang akan mereka tuju.

"Bree. Ke kafe mana mau kita tuju Bree?" kata Gema.

"Terserah aja Gem. Aku nggak ada referensi mau kemananya. Aku kelaperan Gem." kata Bree.

"Oke. Kemananya aku yang nentukan. Kamu tinggal duduk diam saja di atas mobil." kata Gema.

Mobil terus melaju membelah jalanan ibu kota yang tidak terlalu ramai. Sejam kemudian mobil masuk kesuatu kafe yang sangat indah dan instragramebel sekali. Banyak spot fhoto yang bagus-bagus.

"Bree, kita sampai." kata Gema sambil mengguncang bahu Bree.

"Maaf Gem. Aku ketiduran" kata Bree sambil mengumpulkan nyawanya kembali.

Bree dan Gema melangkah masuk ke dalam kafe tersebut. Gema memilih tempat duduk dipojokan. Kemudian datang pelayan mengantarkan daftar menu. Gema dan Bree sibuk membaca daftar menu yang ada dikafe tersebut.

"Kamu mau makan apa Bree" kata Gema

"Aku nggak pernah ke kafe ini Gem. Kamu samakan saja dengan pesanan kamu" kata Bree sambil menahan kantuknya.

"Oke mbak. Kami pesan dua nasi goreng spesial, jus jeruk dua, dua kentang goreng" kata Gema tanpa melihat ke arah pelayan. Kemudian pelayan itu pergi meninggalkan Gema dan Bree.

"Bree, setelah ini kamu mau langsung pulang atau ada kegiatan lain." kata Gema

"Kayaknya langsung pulang Gem. Karena udah janji dengan mommy mau pergi menemani mommy " kata Bree.

"Oke, nanti kamu, aku anterin pulang." kata Gema. Padahal Gema ada niat untuk membawa Bree pergi ke suatu tempat. Tapi karena Bree sudah ada janji dengan mommynya sehingga Gema tidak jadi membawa Bree pergi. Tak lama menunggu, pesanan yang mereka pesan tadi datang. Bree dan Gema langsung memakan pesanan mereka tadi.

Tanpa mereka ketahui ketiga sahabat Gema masuk kedalam kafe itu. Mereka melihat Gema sedang duduk dengan Bree. Mereka bertiga sengaja ke arah Gema dan Bree duduk.

"Gem. Pantesan tadi loe buru-buru ngambil mobil" kata Biru sambil tersenyum jail ke arah Gema dan Bree.

Gema dan Bree sontak terkejut dengan kedatangan ketiga sahabat Gema. Mereka bertiga langsung duduk di sebelah Gema dan Bree.

"Loe bertiga sengaja ngikutin gue kesini" kata Gema menatap curiga ketiga sahabatnya.

"Hahahahaha. Mana ada. Perut kami lapar. Kebetulan kami mau ke rumah Galang. Pas lewat, pas nampak mobil lu di parkiran. Tentu kami tidak meninggalkan kesempatan ini." kata Galang menatap ke ketiga sahabatnya.

"Alasan loe." kata Gema manyun, karena ketiga sahabatnya sukses mengganggu kencan terselubungnya.

"Hahahahahaha. Kasian ada yang marah." kata Guntur tertawa senang.

"Yok pesan. Gema yang bayar. Jadi kita bertiga bebas mau makan apa aja. Benerkan Gem?" kata Bima sambil menaikan alisnya. Bima tau Gema tidak akan menolak apa yang disampaikan olehnya.

"Oke-oke. Silahkan pesan. Gue yang akan bayar makanan loe bertiga." kata Gema dengan senyum yang terpaksa.

"Mbak yang cantik, saya mewakili kedua teman saya ini, mau memesan. Tiga steek sapi. Tiga lemon tea. Tiga goreng kentang porsi besar dan tiga porsi nugeet." kata Galang sambil tersenyum melirik Gema. Gema yang mendengar apa yang dipesan oleh Galang hanya bisa pasrah saja. Dalam hatinya Gema merutuki ketiga sahabatnya itu. Dasar kambing loe bertiga tunggu pembalasan gue.

Mereka berlima menikmati hidangan yang sudah tersaji di meja dengan sangat lahap. Terlihat di meja itu, Gema menjadi jaim. Sedangkan ketiga sahabatnya sibuk menggoda Gema dan Bree.

"Bree, loe udah punya geberan belum Bree?" Kata Biru. Gema yang mendengar pertanyaan dari Biru sontak terdiam. Menunggu jawaban yang akan diberikan Bree kepada Biru.

"Hm hm hm. Gimana ya kak. Tetapi kenapa kakak bertanya hal demikian ya?" kata Bree kepada Buru, sambil sudut matanya melihat ke arah Gema.

"Ayolah Bree. Kami butuh jawaban dari loe. Kami tidak mau ada yang merasa percuma membuang tenaga dan perhatian selama ini Bree." kata Galang sambil melirik Gema.

"Maksud kakak apaya, aku gagal paham kak." kata Bree pura-pura tidak tahu maksud dari pertanyaan Biru dan Galang.

"Bree nggak usah egob deh Bree." kata Biru.

"Hahahahaha, jangan emosi kak Biru. Gini kakak berempat. Aku sampai sekarang masih sendirian. Dan belum berminat untuk menjadi berdua." kata Bree dengan senyum devilnya dan melirik ke Gema.

Sontak setelah mendengar jawaban Bree, ketiga sahabat Gema melirik ke arah Gema. Gema yang merasa dilirik sahabat-sahabatnya, sontak langsung berkata. "Loe bertiga napa nengok ke gue. Hubungan dengan gue apa ya?" kata Gema dengan emosi.

"Santai bro, yang ngomong hubungannya ada dengan loe siapa? nggak ada tuh." kata Biru dengan santainya. Padahal mereka bertiga memang meniatkan ke Gema.

"Udah kak. Gue bisa membuka hati untuk menjadi berdua, kalau perjuangan orang tersebut membuat gue menjadi merasa diperjuangkan." kata Bree yang bermaksud memberikan peluang kepada Gema.

"Ye ada peluang tuh. Semangat bro semua" kata Guruh menyemangati Gema secara tidak langsung.

"Udah, dari pada ngomong dak bobot gini mending sekarang kita pulang. Ayok Bree, aku antar ke rumah" kata Gema keceplosan manggil Bree dengan kata sapaan aku.

Galang yang mendengar langsung meledek Gema dan Bree. " Ayok, anda semua aku antar ke rumah Gema. Hahahahaha". Mendengar apa yang dikatakan Galang, sontak Guruh dan Biru tertawa sampai mengeluarkan air mata.

"Udah jangan denger mereka Bree. Kita pulang" kata Gema sambil berdiri, yang diikuti Bree dari belakang menuju mobil Gema.

"Kak Gema. Sahabat kakak asik semua ya kak. Nggak pada jaim. Padahal kata teman sekampus. Sahabat-sahabat kakak sangat pendiam dan bermuka kulkas." kata Bree sambil menutup mulutnya karena sudah mengatakan sahabat Gema seperti kulkas.

"Apa Bree kulkas?"kata Gema dengan muka tidak percaya seorang Bree bisa mengatakan hal itu

"Maaf kak. Bukan maksud aku ngomong gitu." kata Bree dengan muka penyesalan.

"Hahahahaha. Aku nggak marah Bree. Cuma kaget aja kamu bisa ngomong begitu. Santai aja Bree. Mereka memang kulkas dengan orang lain." kata Gema.

"Ooo. Berarti teman kampus nggak salah kan kak?" kata Bree sambil menatap Gema.

"Nggak Bree. Mereka asik karena mereka meanggap kamu ada." kata Gema."

Tak terasa mereka sampai di rumah Bree.

"Makasi kak. Udah repot gara-gara aku sehari ini" kata Bree sambil tersenyum ke Gema.

"Biasa aja Bree. Kamu hati-hati nanti pergi dengan mommy ya." kata Gema.

"Hati-hati di jalan kak." kata Bree. Padahal Bree mau mengakatan, 'Hati-hati di jalan kak, sampe rumah kabari aku ya' tapi Bree tidak berani mengatakan kepada Gema.

Gema kemudian melajukan mobilnya kembali untuk pulang ke rumah. Karena dia sudah ditunggu ketiga sahabatnya di rumah untuk mengerjakan tugas kampusnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status