LOGINLhea yang baru saja keluar dari kamarnya dan turun ke lantai 1, dia berjalan menuruni anak tangga pada saat itu juga dia tak sengaja melihat asisten rumah tangganya tengah mengobrol dengan Andreas.
Lhea yang melihat itu dia berusaha menguping dan mengintip apa yang dia lihat. "Pak ini pesanan bapak sudah datang." ucap asisten rumah tangga itu, wanita tua itu memberi sebuah kotak berwarna putih ke Andreas, Andreas yang tengah berdiri membuka kotak tersebut, dia mengeluarkan barang dari dalam kotak, dimana barang tersebut adalah sebuah sepatu hak tinggi berwarna merah muda. "Iya terimakasih iya bi." ujar Andreas. Lhea yang sedang mengintip itu langsung mengerutkan dahinya, "haaaa dia pesan sepatu hak tinggi, buat siapa ya?" tanyanya pada dirinya sendiri. Membuat jiwa Lhea semakin penasaran. "Aku harus ikutin nih." gumamnya. Lhea yang berdiri di balik tembok dia melihat Andreas yang sudah berpakaian rapi dengan memakai kemeja berwarna putih dengan celana berwarna coklat muda melangkahkan kakinya keluar rumah, dia keluar menaiki mobil barunya yang berwarna hitam mengkilap, membuat Lhea yang melihat itu langsung bergegas mengikuti Andreas. Lhea langsung berjalan melangkahkan kakinya keluar rumah dan dia langsung menaiki mobilnya yang berwarna merah yang terparkir di parkiran den rumahnya yang luad tersebut. wanita tersebut mengemudikan mobilnya dengan muka bantalnya karena baru bangun tidur. Dia menyambut pagi ini dengan penuh penasaran. "Kemana orang itu mau pergi?" tanyanya dalam hati sambil mengemudikan mobilnya dan pandangan matanya tertuju kepada mobil yang tak jauh di depannya berwarna hitam mengkilap dengan nomor plat yang nomor ganda. Lhea menarik nafasnya untuk mengatur suhu yang masuk ke dalam paru-parunya di pagi hari. Setelah beberapa waktu dia mengikuti mobil Andreas yang ternyata menuju ke sebuah villa yang berada di pinggir kota, membuat Lhea terus mengikutinya dari belakang. “Sudah kuduga dia pasti ingin bertemu dengan seorang wanita.” ujar Lhea dalam hati. Lalu wanita cantik itu yang masih memakai baju tidur yang berwarna kuning emas dengan celana pendek serta atasan dengan lengan pendek itu tersenyum di bibirnya, sepertinya Lhea tersenyum puas. “Hemmm akan ku jadikan ini sebuah senjata untuk membunuhmu.” gumamnya dalam hatinya. Dan Lhea langsung turun dari mobilnya dan dia terus mengikuti Andreas yang berjalan masuk ke dalam villa. Lhea mengikutinya dan dia meyakinkan matanya supaya tak kehilangan sosok Andreas. Wanita cantik itu melangkahkan kakinya untuk masuk ke sebuah lorong yang terdapat berbagai kamar di tempat tersebut. Lhea yang tengah berdiri dia mengerutkan dahinya, “ohhh jadi kamu ke sini.” ujar lirih Lhea. Dan wanita tersebut memperbaiki rambutnya dan dia melangkahkan kakinya ke depan pintu kamar yang Andreas masuk. Saat dia berdiri di depan pintu itu, dia langsung menekan tombol bel di kamar tersebut. Dan Lhea iseng membuka pintu kamar tersebut yang ternyata tidak dikunci, membuat Lhea tersenyum tipis terbesit di dalam hati dia ingin memepergoki Andreas. Dia langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar tersebut, saat dia masuk dia sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya. Dia melihat ternyata yang berada di dalam kamar tersebut adalah papanya yang bertelanjang dada dengan seorang wanita, lalu Lhea mengalihkan pandangannya menatap wanita tersebut yang tak lain itu adalah wanita yang dulu menjalin hubungan bersama dengan Andreas di belakang dirinya saat masa-masa sekolah. “Kamuuuuuuu.” ucap Lhea sambil membulatkan matanya secara sempurna sampai-sampai mata Lhea berkaca-kaca menahan air matanya yang ingin jatuh. “Lhea kamu jangan salah paham.” sahut papanya yang bernama Robin. Lhea sudah tak memperdulikan itu dia terus menatap wanita yang bersama dengan papanya dengan penuh amarah yang membara. “Heyyy kamu wanita jalang apakah kamu tidak puas merusak hidupku selama ini?” tanya Lhea sambil tangannya menunjuk ke wanita yang bernama Rose yang tengah berada di atas tempat tidurnya. Melihat Lhea marah membuat papanya berusaha memeluk Lhea dan menyadarkan dari kemarahannya. “Sudah Lhea kamu jangan marah, ayo kita pulang.” ucap Robin sambil memeluk Lhea. Lhea yang dipeluk oleh papanya dan berusaha melepaskan dirinya dan Lhea melihat ada sebuah guci yang berdiri di sampingnya. Membuat Lhea langsung melempar guci tersebut sehingga pecah berhamburan. “Papa, kamu adalah orang yang sangat kurang ajar, jangan harap aku melupakan ini semuanya.” ucap Lhea yang marah ke Robin. Membuat Robin langsung membulatkan matanya secara sempurna dan dia langsung pergi dari tempat tersebut tanpa memperdulikan Rose yang masih di atas ranjang. “Lhea tunggu Lhea, papa bisa menjelaskan ini semua.” ucap Robin sambi beranjak. Lhea yang tengah berdiri menyaksikan itu dia menggertakkan giginya, dia langsung keluar dari kamar tersebut dengan amarah yang besar. “Lhea tunggu papa.” sahut Robin yang sambil berdiri memperbaiki bajunya. Lhea langsung keluar dan dia sembunyi di balik tembok. “Lhea kamu dimana.” ucap Robin yang berdiri di depan pintu sambil memakai sepatunya. Terlihat Robin begitu mengkhawatirkan Lhea. Lhea yang sembunyi itu dia menarik nafasnya dalam-dalam, dia berusaha mengontrol emosinya. “Tenang Lhea, tenang kamu sekarang mempunyai bukti dan kamu bisa mengatakan ini semua ke mama.” ucap Lhea. Lhea menarik nafasnya dan dia memejamkan matanya, wanita tersebut meraih ponsel yang mengalung di lehernya. Dia langsung membuka kamera di ponselnya lalu kembali masuk. “Awas kalian berdua aku akan mencari bukti ini semua.” ucap Lhea yang masuk sambil merekam semua yang berada di tempat itu. Namun Phea langsung menyadari jika papanya sudah tak berada di tempat tersebut. “Haaa mana Robin?” tanya Lhea. Dan Rose langsung beranjak dari tempat tidurnya dan dia berusaha merebut ponsel yang berada di tangan Lhea. “Apa-apaan kamu ini?” tanya Rose. Rose langsung meraih ponsel Lhea dan dia langsung menghapus foto dan video yang berada di ponsel Lhea. Lalu Rose menampar pipi Lhea membuat Lhea membulatkan matanya secara sempurna. “Apa maksud kamu menamparku? Dasar wanita perebut, dulu kamu merebut Andreas dariku sekarang kamu menggoda papaku.” ucap Lhea. Rose yang tengah berdiri dia kembali menampar Lhea, “bicara apa kamu aku bukan wanita penggoda, mereka lah yang tertarik sama aku.” jawabnya yang tak terima atas tuduhan Lhea kepada dirinyaAndreas menggelengkan kepalanya, "tenang saja." jawabnya.Rose yang tengah berdiri mendengar itu dia menarik nafasnya jujur perempuan tersebut tahu jika dirinya jadi bahan pembicaraan mereka berdua.Lalu Andreas mengemudikan mobilnya dan di sampjngnya ada Hans yang tengah duduk di kursi sampingnya , dan Rose memakai mobilnya sendiri.Sesampai di pertengahana jalan Hans turun dan dia langsung pulang menuju apartemennya dan Andreas langsung menuju sebuah restoran.Dan beberapa menit kemudian Andreas masuk ke restoran dan di belakanhnya Rose yang berjalan mengikuti Andreas.Mereka masuk di sebuah restoran yang luas dan di situ tak banyak pengunjung.Andreas sengaja mengajak Rose ke tempat tersebut, dia ingin berbicara lebih dalam dengan Rose.Mereka duduk di sebuah meja persegi empat yang terbuat dari kaca, mereka duduk berhadapan.Dan di depan mereka terdapat sebuah minum yang di sediakan oleh pelayan."Andreas ibuku di tangkap karena di duga dia melakukan judi dan dia jadi bandarnya.
"Tidak tahu bos karena cctv yang berada di sana sedang rusak." jawab anak buah dari Kevin.Kevin yang tengah duduk dia melempar sebuah gelas yang berada di depannya terlihat dia begitu sangat kesal namun dia berusaha memendam rasa kesal itu dengan duduk tenang, lalu dia menarik nafasnya saat ini dia tengah mengontrol emosinya.Dan di sisi lain saat ini Lhea yang tengah berada di apartemen Fia dia tengah duduk di kursi.Dia duduk sambil menatap keluar arah jendela. "jika pelakunya adalah Kevin aku tidak bisa serta merta menangkap dia, aku harus melewati seseorang terlebih dahulu." ucap Lhea yang lirih.Lhea yang tengah duduk dia pun menarik nafasnya, sepertinya masalah ini terlalu begitu sangat rumit bagi dirinya."Apakah aku harus melaporkan terlebih dahulu kepada polisi?" lanjutannya pada dirinya sendiri.Dia yang tengah duduk menatap kearah langit dia melihat langit yang tengah membiru, "apa sebenarnya tujuan dia menabrak itu adalah ditujukan untuk Robin?" lanjutannya pada dirinya
"Danln asal bos tahu, dia mentransfer ke seseorang itu atas bayaran menjadi seorang sopir gadungan yang menabrak Robin, dan ternyata orang itu sekarang sudah meninggal di dalam tahanan." ucap asistennya.Bram semakin meradang dia benar-benar sangat marah kepada Kevin, "dia sudah berani main-main sama aku, akan ku pastikan dia akan mati di tanganku." ucapnya.Dan asisten itu yang tengah berdiri dia pun menjelaskan lebih lanjut kepada Bram. "dan saat ini yang jelas orang-orangnya Robin tengah curiga kepadamu bos, dan polisi pasti pertama akan membidikmu." ujarnya.Bram yang berdiri dia sudah menyimpan amarah yang begitu sangat besar dia ingin meluapkan amarah tersebut kepada Kevin, dia sama seperti ingin menghancurkan repurtasi yang dia bangun selama ini.Bram langsung melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruangannya tersebut, dia berjalan keluar dari rumahnya didampingi dengan para anak buahnya.Mereka semua bersiap menuju ke apartemen pribadinya Kevin.Di dalam mobil Bram terus menat
Lalu Hans yang berada di dalam kamar dia menghidupkan lampu kamar.Hans yang berdiri dia melihat Andreas yang berada di atas tempat tidurnya.Dia menarik nafasnya dia sangat begitu merasa bersedih melihat sahabatnya yang tengah mengalami gejolak hidup yang sangat begitu menyedihkan."Aku mau keluar dulu ya Andreas beli obat buat kamu." ucap Hans.Lalu Hans melangkahkan kakinya untuk segala keluar membeli obat dia apotik terdekat.Saat Hans keluar ada seorang laki-laki yang masuk ke dalam apartemen tersebut, laki-laki itu masuk dengan memakai sebuah masker yang berwarna hitam dengan topinya, tak lupa dia juga memakai masker untuk menutupi identitasnya.Laki-laki misterius itu masuk ke apartemen tersebut dan mencari keberadaan Andreas.Lalu dia yang mencari keberadaan Andreas dia menemukan Andreas ya sudah ada di dalam kamar.Laki-laki itu masuk ke dalam kamar tersebut lalu dia masuk ke dalam kamar mandi di kamar itu.Laki-laki misterius itu membawa sebuah alat untuk merusak kamar ma
Andreas pun menangis meneteskan air matanya dia yang tengah duduk di atas lantai wajahnya begitu merah, matanya terlihat begitu sangat berair,Dia menyalahkan dirinya sendiri atas semua yang telah dia lakukannya kepada Lhea.******Lhea yang telah berada di apartemennya dia pun bergegas untuk segera keluar."Ayo kita ke rumah sakit." ucapnya dia sengaja mengajak Kevin keluar dari apartemennya karena Lhea gak ingin terjadi sesuatu yang tak diinginkannya menimpa dirinya.Kevin yang tengah duduk di sofa dia menggukkan kepalanya.Laki-laki itu yang sedang duduk dia tersenyum menatap Lhea yang tengah berdiri di depannya sambil membawa barang-barang yang akan diperlukan untuk di rumah sakit, dia terlihat begitu sangat bahagia melihat wanita yang dicintainya berada di depan pelupuk matanya."Ya sudah ayo." jawab Kevin.Mereka berdua pun pergi ke rumah sakit bersama, Lhea yang sedang duduk menaiki mobil Kevin dia terus menatap keluar arah jendela. "aku harus waspada, aku nggak boleh sedikit
Lalu Lhea pun melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam apartemen tersebut dia masuk ke dalam apartemen milik sahabatnya.Saat dia masuk dia melihat sahabatnya itu yang sedang duduk di sofa sambil membaca sebuah buku."Ada apa Lhea?" tanyanya yang melihat wajah Lhea sedikit panik.Namun Lhea mendengar pertanyaan dari temennya itu dia menggelengkan kepalanya. "Gak, aku gak papa." jawabnya.Lhea yang tengah menutup pintu dia pun langsung melangkahkan kakinya untuk duduk di dekat Fia.Dia duduk sambil menarik nafasnya dalam-dalamnya.Sepertinya dia tengah menutupi sesuatu."Oh iya aku mau meminta sesuatu sama kamu, tolong rahasiakan keberadaanku dari Kevin dan Andreas." ucap Lhea.Fia yang tengah duduk dia mengurutkan dahinya dia tak tahu apa maksud Lhea mengatakan itu semua kepada dirinya."Emang ada apa?" jawabnya yang sambil bertanya kembali.Lhea kembali menarik nafasnya, "aku akan memberitahu kamu nanti, jika aku memberitahu kamu sekarang aku takut kamu nanti kepikiran." ucap Lhea.







