Share

Undangan

Author: Stary Dream
last update Last Updated: 2025-12-17 06:39:54

Shireen senang sekali berbelanja kali ini ditemani oleh Zayn. Pria ini begitu mahir memilih sayuran. Dia juga mengajari bagaimana cara mengolah daging yang benar untuk dimasak. Sungguh, Shireen mendapatkan banyak pelajaran dari Zayn.

"Jadi, penasaran sama masakanmu. Pasti enak sekali."

Zayn terkekeh hingga melintas sebuah ide. "Besok kalian ada kerjaan?" Zayn bertanya karena besok hari minggu.

"Biasanya mas Malik ngegym pagi. Terus.." Shireen tampak berpikir. "Kayaknya nggak ada. Kenapa mas?"

"Kalau begitu, aku undang kalian ke rumahku. Kita makan malam bersama. Kebetulan istriku juga ada di rumah."

"Wah.. terima kasih undangannya, mas." Shireen senang mendapat undangan ini.

"Nanti aku juga akan kabari Malik." Zaynpun ikut tersenyum.

Sesampainya di rumah, Shireen langsung menceritakan siapa yang ditemuinya di supermarket tadi pada suaminya.

"Besok malam mas Zayn ngundang makan bersama. Dia sudah menghubungi kamu?" Tanya Shireen.

"Nggak tahu. Aku belum cek ponsel. Jadi kamu tadi ketemu dia di supermarket?"

"Iya.. dia lagi belanja sayuran. Dan aku baru tahu kalau dia pintar masak! Kamu tahu? Tadi, dia yang bantu aku memilih sayuran yang fresh." Mata Shireen sampai berbinar. Itu menunjukkan dia sungguh bahagia. Seperti menemukan seseorang yang sefrekuensi dengannya.

"Ya.. dia memang bisa memasak. Tapi sudah lama sekali aku nggak makan masakannya." Tentu saja undangan makan malam itu Malik terima. Sekalian dia penasaran akan hubungan Elena dan Zayn. Malik merasa ada sesuatu yang tak beres.

Lain hal dengan Malik, Elena malah bingung melihat suaminya berbelanja banyak sekali.

"Kamu borong semua yang ada disana?" Elena heran karena bukan hanya sayur, tapi juga daging, minyak, buah dan lainnya yang dibeli oleh suaminya.

"Besok aku mau masak untuk makan malam. Sekalian ngundang Malik dan istrinya." Sahut Zayn.

"Ada acara apa memangnya?"

"Nggak ada." Jawab Zayn datar. "Kamu bereskan makanan ini. Daging taruh di freezer, sayur taruh di tempat biasa. Ingat! Jangan sampai ada yang layu."

Zayn langsung pegi setelah memerintah istrinya.

Ting!

Satu pesan masuk ke ponsel Malik. Tak lupa, Zayn menghubungi Malik mengundangnya untuk makan malam di rumah. Walau tadi sudah mengatakannya pada Shireen, tak mungkin juga ia tidak mengirim undangan pada Malik, kan?"

Hari berganti pagi, Malik akan pergi fitness lagi. Seperti biasa, hari sabtu dan minggu adalah harinya berolahraga.

"Kamu masak apa, sayang?" Tanya Malik setelah mencium bau harum dari oven.

"Aku buat brownies panggang, mas. Untuk dibawa nanti malam."

"Ke tempat Zayn maksudmu?"

Shireen mengangguk. "Nggak enak, lah. Dia udah ngundang, masa kita nggak bawa buah tangan."

"Kamu ini memang baik banget."

Shireen memperhatikan suaminya. "Mas mau ngegym?"

Malik berdeham. "Aku pulang siang, ya!"

"Hati-hati di jalan."

Sekitar 30 menit, Malik tiba di tempat biasa dia berolahraga. Mayoritas pengunjung disini adalah pria. Wanita juga ada, tapi tak sampai 5 orang. Namun, Malik terkejut setelah melihat kedatangan member baru tempat fitness ini.

"Elena!"

"Hey, Malik!" Elena baru saja melakukan pemanasan.

Malik sampai memalingkan wajah. Elena begitu sexy dengan celana training ketat dan bra sport itu.

"Baru pertama aku lihat kamu disini." Ucap Malik.

"Member baru." Elena terkikik malu. "Biasanya aku ikut pillates, tapi sekarang pengen nyoba yang baru."

"Begitu, rupanya.."

"Oh iya. Suamiku ngundang kalian makan malam hari ini."

Malik mengangguk. "Ya, dia sudah kirim pesan semalam. Dalam rangka apa?"

Elena bingung menjawabnya. "Entahlah.. mungkin dia lagi kesambet."

Dahi Malik sampai mengkerut mendengar jawaban Elena.

"Mau aku bantu?" Tanya Malik saat Elena mencoba mengangkat barbel.

"Cuma 3 kg. Masih bisa, kok."

"Kamu mau latihan apa dulu?"

Elena tampak berpikir. Itu sebab, ia belum bertemu instrukturnya pagi ini.

Malik tersenyum karena membaca kebingungan di wajah Elena.

"Latihan otot tangan saja dulu. Mari aku bantu."

Yang dari tadi hanya menyapa, kini beralih latihan bersama. Tak segan keduanya tertawa setelah Malik mengajari Elena latihan. Setelah 60 menit, keduanya memutuskan untuk selesai. Apalagi perut ini sudah memanggil minta dikasih makan.

Elena dan Malik pun memutuskan untuk sarapan bersama di restoran yang tak jauh dari sini.

"Istrimu nggak pernah ikut kamu ngegym?"

"Nggak pernah. Dia nggak suka keramaian."

"Memang dia nggak takut?" Tanya Elena.

"Maksudnya?" Malik tak mengerti.

"Kamu bertemu dengan banyak orang disana. Dan kamu tahu... " Elena sampai mencondongkan tubuhnya. "Di tempat seperti itu banyak pria penyuka sesama jenis."

Malik sampai tertawa mendengar ucapan Elena.

"Aku serius, kan?"

"Kamu ini ada-ada aja! Zayn sendiri kemana? Nggak nemenin kamu?"

Elena menghela nafas. "Dia masih tidur jam segini. Zayn itu seperti bayi kelelawar. Ketika siang dia tidur, malam dia kelayapan."

Lagi-lagi Malik tertawa mendengar ucapan Elena.

"Ketika aku pergi, kalian sering menghabiskan waktu bersama?" Elena menatap Malik lekat.

"Nggak juga, sih. Sesekali aja. Kenapa? Kamu curiga kalau aku dan suamimu punya hubungan?"

Elena tergelak. "Bukan! Aku cuma mau tahu aja."

"Memangnya dia nggak ngabarin kamu kemana dia suka pergi?"

"Suka, sih." Elena memegang tengkuknya. "Jika ditanya. Kalau tidak, dia nggak akan cerita."

"Kamu bisa cerita kalau kamu mau." Malik memandang Elena lekat.

Elena tersenyum pahit. "Kamu memang mengerti aku, Malik.. Sayang sekali, kehidupan rumah tanggaku tak sebahagia kalian."

Malik sampai tertunduk mendengar perkataan Elena. "Apa yang kamu lihat bahagia belum tentu kenyataannya seperti itu."

Mata Elena membulat. "Maksudmu? Kamu nggak bahagia dengan pernikahanmu?"

"Bukan seperti itu.." Malik terkekeh. Dia jadi salah bicara. "Shireen itu istri yang sempurna."

"Hmm. Begitu rupanya.. Baguslah!" Elena menyeruput minumannya. "Kupikir setelah putus dariku, kamu nggak bisa move on!"

Malik tergelak. "Dasar!"

Mereka pun tertawa bersama.

***

Hari berganti malam. Tepat pukul 8, Malik dan Shireen tiba di rumah Zayn dan Elena. Tak lupa, brownies panggang dan puding menjadi buah tangan pasutri harmonis ini.

"Silahkan masuk.." Elena tersenyum manis menyambut kedatangan keduanya.

Shireenpun menyambut sapaan Elena di pipi kanan kirinya.

"Halo semua.. sudah datang?" Zayn langsung memeluk suami Shireen. "Hai, Shireen."

"Hai juga mas."

"Ayo, kita langsung ke ruang makan."

Ketiganya setuju dan duduk di kursi masing-masing. Malik dan Shireen tampak takjub dengan hidangan yang sudah tertata rapi.

"Ini beneran masakanmu? Atau pesan di restoran?" Tanya Malik memastikan.

"Ah, kamu ini!"

"Itu masakan Zayn. Seharian dia sibuk di dapur." Elena menimpali.

Sementara Shireen terperangah.

"Silahkan dicicipi!" Ajak Zayn yang langsung diikuti oleh tiga orang lainnya.

Steak daging lengkap dengan kentang goreng juga sayuran.

"Serius, aku baru kali ini makan daging steak seenak ini. Benar-benar kualitas bintang 5." Shireen tak tahan untuk memuji.

"Betul, masakan Zayn memang enak." Ucap Malik. "Kayaknya kamu harus buka restoran, Zayn!"

"Masak itu cuma hobi untukku." Sahut Zayn datar yang lalu beralih pada Shireen. "Kamu suka dagingnya?"

Shireen mengangguk sembari tersenyum. "Suka sekali. Nanti bagi resepnya ke aku ya, mas."

Zayn mengangguk.

Obrolan lebih banyak di dominasi oleh para pria dan sesekali menyinggung Shireen yang sedang antusias belajar memasak. Sedangkan Elena hanya banyak diam.

"Kalau begitu, kita makan menu penutupnya. "

Kebetulan Shireen membawa puding. Setelah menyantap yang gurih, saatnya menikmati yang manis.

"Aku bantu potong pudingnya." Tawar Zayn yang melihat puding tersebut masih berada dalam cetakan.

Jadilah Zayn membantu Shireen memotong puding dan menatanya di atas piring kecil. Tak lupa, fla susu di atasnya.

Sementara Malik dan Elena memilih menunggu di ruang keluarga.

"Masakan suamimu enak. Beruntung kamu punya suami yang pintar masak seperti itu."

Elena hanya diam tak menanggapi. Sesekali dia melirik Zayn dan Shireen yang tengah sibuk di meja makan. Keduanya tampak akrab.

Elena sampai merengut. Zayn begitu manis di hadapan Shireen. Padahal, di depannya saja Zayn tak pernah bersikap seperti itu.

"Elena!" Panggil Malik.

"Ya?" Elena terkesiap. "Kamu ngomong apa barusan?"

"Kamu melamun?" Tanya Malik setelah sadar kalau sejak makan tadi Elena lebih banyak diam.

"Nggak. Cuma lagi mikirin cerita untuk novelku aja."

"Sudah dapat idenya?"

"Sudah. Kali ini mengangkat kisah tentang kekerasan dalam rumah tangga. Dan mungkin akan dibumbui dengan perselingkuhan." Pandangan Elena beralih menatap suaminya yang masih sibuk membantu Shireen.

"Cerita yang bagus." Ucap Malik.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Permainan Pernikahan : Bertukar Istri   Nikmat Yang Berbeda

    Apa ini? Elena tak mengerti hati dan pikirannya sendiri. Otaknya menolak sentuhan yang diberikan pria ini tapi hatinya menginginkan.Malik menatapnya begitu lekat. Kedua mata coklat itu bertemu. Bak kapal yang menemukan pelabuhan, kapal ini siap untuk bersandar. Degup jantung ini berdebar begitu hebat ketika dahi ini saling menyentuh, hawa nafas ini begitu panas di suhu yang sejuk ini.Bibir ini tertaut begitu saja. Mereka menginginkan. Ya, Elena menginginkannya. Dia sempat mendorong bahu pria ini, mencoba menyadarkan dari apa yang tengah mereka perbuat.Tapi terlambat. Nafsu mengalahkan logika..Elena sudah lama tak disentuh oleh suaminya. Tepatnya tak mengizinkan karena ia tahu Zayn suka sekali menghabiskan waktunya di club malam. Siapapun tahu apa maksudnya.Sementara Malik, merindukan wanita ini. Wajahnya, tatapan matanya, cara bicaranya dan manjanya. Ah.. Malik rindu sekali. Memadu kasih bersama Elena adalah hal yang dirindukannya.Tubuh Elena diangkat begitu saja. Dibaringkan pe

  • Permainan Pernikahan : Bertukar Istri   Saling Menginginkan

    Shireen lebih banyak diam di liburan siang ini. Matanya hanya sibuk menatap para rekan kerja suaminya yang bermesraan dengan istri mereka. Ada yang sibuk menghabiskan waktu untuk berbelanja dan ada juga yang sibuk menjelajahi pulau. Tapi, Shireen seperti kehilangan minatnya."Dari tadi kamu cuma diam." Tegur Malik menyadari perubahan sikap Shireen.Shireen hanya tersenyum letih."Kamu sakit?" Malik menyentuh dahi yang sedikit panas itu. "Demam, sayang?""Cuma jetlag.""Ya ampun.." Malik jadi merasa bersalah. Harusnya dia tak memaksa istrinya ikut bergabung dengan rekan yang lain tadi."Mau pulang ke kamar?"Shireen mengangguk. "Kalau boleh.""Nggak apa-apa. Istirahat aja. Nanti makan siang, aku pulang."Sekali lagi, Shireen hanya tersenyum. Tak ingin membuang waktu, Shireen memilih pulang ke kamar dan beristirahat. Kepalanya pusing.Elena juga betah berada di kamar. Membuat Zayn jadi gerah saja."Harusnya tidak usah ikut kalau kamu cuma mau bersemedi disini.""Memangnya kenapa? Nggak

  • Permainan Pernikahan : Bertukar Istri   Masih Berlanjut

    Rasa bosan itu akhirnya melanda, dengan menggunakan sweater Elena keluar dari kamar untuk mencari udara segar. Berkeliling pantai di malam hari sepertinya mampu mengusir kalut yang sedang berkutat di hati dan pikirannya.Baru saja keluar dari koridor kamar, Elena ditegur seseorang."Malik?" Elena tak salah mengenali. Walau minim pencahayaan tapi wajah tampan itu tetap bersinar. "Sedang apa kamu disini?""Baru menemui Pak Bram." Kebetulan kamar Bram satu area dengan penginapan Elena."Oh.. sama Zayn?" Elena memastikan."Tidak. Dia lagi ikut pesta barbeque. Kamu mau kemana? Bukannya pesta ada di sebelah sana?"Elena jadi canggung. "Aku cuma mau nyari angin aja.""Kamu nggak apa-apa? Apa kamu dipukuli lagi?"Elena memandang Malik lalu menggeleng."Seharian kamu nggak bergabung dengan yang lain. Sejujurnya aku sedikit khawatir." Jujur Malik.Elena hanya tersenyum pahit. "Aku cuma ingin sendiri. Sudah, ya! Aku mau kesana dulu.."Elena melewati Malik begitu saja dan pria itu hanya bisa mema

  • Permainan Pernikahan : Bertukar Istri   Liburan Bersama

    "Mas Malik, Jangan!"Mendengar suara Shireen membuat Malik melepas kerah baju yang sempat ditariknya itu. Sontak, Zayn langsung merapikan pakaiannya.Melihat Shireen dan Elena yang terkejut. Malik langsung menuju ke arah Shireen dan menggenggam tangannya."Kita cari tempat lain saja." Malik langsung membawa istrinya pergi dari restoran.Sedangkan Elena tertegun. Ada apa? Kenapa Malik begitu marah hingga hendak memukul suaminya? Mungkinkah itu karena dia telah melihat kondisi Elena yang menyedihkan seperti ini? Sehingga membuat Malik murka dan menyerang Zayn? Elena berkecamuk dibuatnya."Ada apa, mas?" Tanya Shireen lembut saat mereka sedang dalam perjalanan.Shireen memandang suaminya yang tengah fokus menyetir. Setelah menunggu dan tak mendapat jawaban. Pandangan Shireen beralih keluar jendela.Dia dan Elena baru saja keluar dari toilet dan terkejut saat melihat Malik tiba-tiba mencengkram kerah baju suami Elena.Hening. Tak ada percakapan selama di perjalanan. Shireen mengerti mungk

  • Permainan Pernikahan : Bertukar Istri   Tawaran Tukar

    "Silahkan, mas."Dengan anggun Shireen menaruh satu cangkir teh lemon di hadapan Zayn."Terima kasih."Tak peduli teh tersebut masih panas, Zayn menyesap minuman tersebut perlahan."Sungguh menyegarkan. Enak sekali, Shireen." Pujinya."Mas Zayn memang pandai memuji." Senyum Shireen jadi mengembang karena dipuji oleh Zayn."Zayn!" Tegur Malik. Pria ini baru keluar dari kamar.Tadi dia menenangkan dirinya sebentar. Siapa tahu Zayn datang untuk memakinya. Menuduhnya berselingkuh dengan Elena. Jadi, Malik harus menyiapkan jawaban."Hai, Malik!" Sapa Zayn hangat."Ada apa malam-malam kemari?" Malik lalu duduk di hadapan Zayn, tepat di samping istrinya. Dia harus bersikap biasa saja, seolah tidak tahu apa-apa."Aku ingin memberikan ini. Aku sengaja nggak menghubungimu karena aku sekalian keluar."Zayn lalu mengeluarkan sebuah map dari tas kerjanya."Tadi Pak Bram menitipkan ini pada sekretarisnya. Katanya ini untukmu. Tapi, karena kamu pulang terburu-buru jadi berkas ini dititip padaku."Ma

  • Permainan Pernikahan : Bertukar Istri   Selingkuh ?

    Malik ingin bertanya lagi tapi suara riuh terdengar dari arah luar. Para pegawai mulai berdatangan. Keduanya hanya bisa saling memandang terutama Zayn yang tatapannya sulit diartikan. Malik pun memutuskan untuk kembali ke meja kerjanya.Saat istirahat makan siang, barulah Malik menemui Zayn."Zayn.." tegurnya."Ya?""Ada yang ingin kukatakan padamu."Zayn berbalik menghadap temannya."Aku mendengarkan.""Aku bertemu Elena kemarin.""Oke. Lalu?""Dia bercerita mengenai masalah rumah tangga kalian."Zayn menutup mata sambil memijit pangkal hidungnya. "Lalu?""Aku tidak ingin ikut campur. Sungguh! Tapi, kurasa kalian harus memperbaiki semuanya. Mulai lagi dari awal."Zayn terkekeh. "Tenang saja. Kami akan mengulang semuanya dari awal."Malik berharap demikian. Pernikahan Zayn dan Elena bisa diselamatkan asal keduanya bisa sama-sama saling mengerti."Zayn tahu kita bertemu?" Tanya Elena di ujung telpon."Iya. Dia juga sudah mengatakan kalau dia ingin memperbaiki hubungan kalian dari awal.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status