LOGINThe Sky Sovereign kembali stabil. Grav-Drive Stabilizer yang kami beli (baca: rampas) dari Kasino Barstow bekerja sempurna. Guncangan turbulensi menghilang, digantikan oleh dengungan lembut mesin anti-gravitasi yang menenangkan.
Kami melayang di ketinggian 8.000 meter, bersembunyi di dalam awan cumulus tebal, jauh dari jangkauan radar Seraphina. "Instalasi selesai, Kak!" lapor Finn ceria melalui interkom. "Efisiensi bahan bakar naik 40%. Kita bisa terbang sampai ke ujung dunia tanpa isi ulang!" "Kerja bagus, Finn," jawabku dari kabin pribadiku. "Istirahatlah. Kalian semua pantas mendapatkannya." Aku mematikan interkom. Di mejaku, Memory Chip yang diberikan Barstow terpasang di tabletku. Data sedang didekripsi. Barstow bilang ini data tentang mata-mata Seraphina. Layar berkedip hijau. [DECRYPTION COMPLETE] Aku membuka file video pertama. Itu rekaman CCTV dari Dermag[WARNING: REACTOR OUTPUT AT 120%][HEAT LEVEL: CRITICAL][HULL INTEGRITY: 45%]Di dalam kokpit Imperius, Darrius bermandikan keringat. Bukan karena panas mesin, tapi karena dia sedang bergulat dengan Dewa Kematian.Imperius sedang ditahan. Empat tentakel raksasa Void Mother melilit tubuh robot itu, mengangkatnya dari permukaan laut."Lepaskan aku, cumi-cumi sialan!" teriak Darrius, menarik tuas kendali untuk menggerakkan lengan gergaji robotnya.ZRRRT!Gergaji itu berputar, tapi kulit Void Mother itu mengeras seperti berlian hitam. Percikan api berhamburan, namun tidak ada luka berarti."Khek... khek..." Makhluk itu mengeluarkan suara tawa yang memuakkan.Tentakel kelima meluncur keluar, ujungnya berbentuk jarum penyedot, menusuk langsung ke dada Imperius, tepat di atas reaktor nuklir.[ENERGY DRAIN DETECTED][OUTPUT DROPPING... 80%... 60%...]"Dia menyedot reaktorku!" Darrius memukul panel instrumen. "Jika reaktor ini mati, aku akan jadi peti mati besi di dasar laut!"Darrius bersiap
"Deteksi tanda panas musuh di Sektor Laut 4! Jumlahnya... ribuan!" teriak operator radar di Ruang Komando Bawah Tanah.Rania duduk di kursi rodanya, dikelilingi layar hologram yang berkedip merah. Wajahnya pucat, keringat dingin membasahi pelipisnya. Kontraksi palsu (Braxton Hicks) mulai menyerangnya akibat stres, tapi dia menolak istirahat."Alihkan armada Leviathan ke koordinat 45-Utara!" perintah Rania, jarinya gemetar di atas keyboard. "Siapkan barikade ranjau laut! Dan aktifkan satelit untuk..."Tiba-tiba, sebuah tangan besar menutup layar laptop Rania.KLAP.Rania mendongak, matanya menyala marah. "Darrius! Apa yang kau lakukan?! Musuh sudah di depan pintu!"Darrius berdiri tegak dengan zirah tempur lengkap—bukan zirah seremonial emas, tapi zirah tempur hitam legam yang terbuat dari campuran titanium dan mithril, dirancang untuk menyerap dampak nuklir."Kau dibebastugaskan, Ratu," kata Darrius tenang namun tak terbantahkan."Apa?!""Detak jantungmu 120. Tekanan darahmu naik. Bay
[TIME SKIP: 7 BULAN KEMUDIAN]"Aku menolak keluar kamar," Rania bersedekap, duduk di tepi kasur.Perutnya yang dulu rata kini membuncit besar, sangat besar untuk ukuran tujuh bulan. Dokter istana sudah mengonfirmasi: Kembar.Rania menunjuk gaun upacara berbahan beludru merah marun yang disiapkan pelayan. Gaun itu indah, disulam dengan benang emas dan permata, tapi beratnya pasti lima kilogram."Aku terlihat seperti paus yang terdampar, Darrius," keluh Rania, matanya berkaca-kaca karena hormom. "Kakiku bengkak. Punggungku sakit. Dan jika aku memakai korset itu, aku akan membunuh seseorang."Darrius, yang sedang mengancingkan manset kemejanya di depan cermin, berbalik. Dia berjalan mendekat, lalu berlutut di depan Rania.Tangannya yang besar dan kasar memijat lembut kaki Rania yang bengkak."Kau tidak terlihat seperti paus, Ratu-ku," kata Darrius serius. Dia mendongak, menatap Rania dengan pemujaan murni. "Kau terlihat seperti Dewi Kesuburan. Kau membawa masa depan dinasti ini di dalam
"Tutup matamu, Yang Mulia Ratu," pinta Seraphina dengan suara bergetar karena kegembiraan. "Hamba dan Finn bekerja lembur selama dua minggu untuk ini."Rania, yang dipapah oleh Darrius (karena Darrius menolak membiarkannya berjalan sendiri lebih dari 10 meter), menghela napas pasrah."Sera, jika aku membuka mata dan melihat dindingnya dicat warna merah darah atau hitam legam...""Tidak, tidak! Kami memilih warna yang sangat menenangkan!" potong Seraphina cepat. "Sekarang... Buka!"Rania membuka matanya.Dia berdiri di ambang pintu ruangan di sebelah kamar utama. Memang, dindingnya dicat warna Baby Blue pastel yang lembut. Ada lukisan awan dan biri-biri lucu di langit-langit.Tapi di situlah unsur "normal"-nya berakhir.Jendela kamar itu tidak terbuat dari kaca biasa. Itu adalah Kaca Lapis Baja Polikarbonat setebal 10 cm yang diambil dari sisa truk militer, diperkuat dengan teralis besi bermantra.Di setiap sudut ruangan, bukan boneka beruang yang duduk manis, melainkan Golem Penjaga M
Tiga hari perjalanan pulang dari Benua Timur. Langit cerah, laut tenang.Namun, di geladak kapal Leviathan, suasana mencekam.Para koki istana terbaik berbaris dengan wajah pucat. Di depan mereka, Rania duduk di kursi santai, menatap nanar piring-piring berisi hidangan mewah: Steak Wagyu, Lobster Thermidor, Sup Sarang Burung."Ambil ini," kata Rania, mendorong piring lobster seharga gaji setahun prajurit itu. "Baunya amis.""T-tapi Yang Mulia Ratu," koki kepala gemetar. "Ini Lobster Kristal segar...""Aku bilang amis!" bentak Rania. Hormon kehamilannya sedang mengambil alih logika dinginnya. Matanya berkaca-kaca, bibirnya cemberut. "Aku tidak mau makanan lembek. Aku mau sesuatu yang... kenyal. Gurih. Dan pedas."Darrius, yang berdiri di sampingnya memayungi istrinya, segera menatap tajam para koki."Kalian dengar Ratu. Cari sesuatu yang kenyal!""Tapi kami kehabisan bahan, Yang Mulia! Kami di tengah laut!"Rania menatap ke laut biru. Tiba-tiba, ingatannya kembali ke momen tiga hari la
"Tutup matamu, Yang Mulia Ratu," pinta Seraphina dengan suara bergetar karena kegembiraan. "Hamba dan Finn bekerja lembur selama dua minggu untuk ini."Rania, yang dipapah oleh Darrius (karena Darrius menolak membiarkannya berjalan sendiri lebih dari 10 meter), menghela napas pasrah."Sera, jika aku membuka mata dan melihat dindingnya dicat warna merah darah atau hitam legam...""Tidak, tidak! Kami memilih warna yang sangat menenangkan!" potong Seraphina cepat. "Sekarang... Buka!"Rania membuka matanya.Dia berdiri di ambang pintu ruangan di sebelah kamar utama. Memang, dindingnya dicat warna Baby Blue pastel yang lembut. Ada lukisan awan dan biri-biri lucu di langit-langit.Tapi di situlah unsur "normal"-nya berakhir.Jendela kamar itu tidak terbuat dari kaca biasa. Itu adalah Kaca Lapis Baja Polikarbonat setebal 10 cm yang diambil dari sisa truk militer, diperkuat dengan teralis besi bermantra.Di setiap sudut ruangan, bukan boneka beruang yang duduk manis, melainkan Golem Penjaga M







