Share

Bab 7

Author: Lonceng Bulan
Kedua ujung lidah saling berbelit di dalam. Lidah yang kasar menerobos masuk, mengambil alih dengan posesif, bergantian menyerang dan menerima hingga terdengar suara kecapan di telinga.

Jihan Kin melingkarkan tangan rampingnya, menarik pria itu semakin dekat. Sama halnya dengan tangan kasar yang mengusap-usap kulit halus di bawahnya.

Pakaian putih dilempar dari ranjang, sementara jubah hitam dibentangkan menjadi lapisan sprei tambahan.

Pangeran Steve membuka kedua kaki ramping itu lebar-lebar untuk menyusup di antara paha. Perutnya merasakan kebasahan yang menggenang.

Pangeran Steve terengah-engah, lalu melepaskan ciumannya. Ia mencium leher yang basah oleh keringat. “Kau… benar-benar belum pernah?”

“Ah… ah .…” erangan serak terdengar secara berirama, terutama ketika ujung lidah panas menyentuh setiap titik sensitif.

Semakin banyak ia berusaha, semakin harum aroma bunga melati yang melekat pada tubuh wanita itu, mengundang dirinya untuk menghirupnya hingga paru-paru penuh.

Ujung kuku Jihan Kin mencengkeram bahu tebal pria itu. Tubuh rampingnya melengkung ke depan mengikuti setiap sentuhan pria itu.

Jihan Kin menjawab dengan suara serak, “Be… belum pernah.”

“Tapi kau tidak terlihat seperti gadis yang hanya diam di kamar saja,” Pangeran Steve mendesak, sambil mengusap dan meremas kulit halus itu.

“Ah… ah… ini karena obatnya… uhh .…”

Semakin ia mengusap, pinggang rampingnya semakin melengkung, merindukan sesuatu untuk mengisi hasrat yang membara di dalam hatinya.

Pangeran Steve tidak menjawab, tetapi memilih untuk menggunakan tindakan untuk mencari tahu kebenarannya. Ia memasukkan satu tangan ke bawah, ke bagian tengah tubuh Jihan Kin, lalu menggerakkan ujung jarinya di sepanjang kelopak bunga yang sedang mekar.

Swup

'Uhh… rasanya enak sekali. Ah .…'

Sudut bibir Pangeran Steve terangkat tinggi, ketika ia mendengar suara hati yang menunjukkan kepuasan wanita di depannya.

Tetapi, senyumnya perlahan memudar, berubah menjadi keterkejutan, saat ia merasakan keperawanan yang melingkupi ujung jarinya. Kulit lembutnya menyambut benda asing tanpa ragu.

Apakah ia belum pernah disentuh pria sebelumnya, sehingga ia bisa bertindak begitu berani?

Keperawanan yang ia rasakan menunjukkan bahwa ia belum pernah disentuh oleh pria mana pun.

Itu semakin membuatnya sangat puas.

Sungguh menyenangkan .…

Pangeran Steve menarik ujung jarinya yang berkilauan dengan cairan kebahagiaan, lalu bangkit dan berlutut, sambil menyapu pandangan tajamnya ke seluruh tubuh cantik yang menggeliat karena efek obat perangsang di atas ranjang.

Sama halnya dengan Jihan Kin yang terengah-engah. Ia mendongak menatap tubuh kekar yang menjulang di depannya.

‘Tampan sekali,’ suara manisnya bergumam seperti orang yang tidak sadar, membuat orang yang mendengarnya mengangkat sudut bibirnya dengan bangga.

Mata rubahnya menatap lurus ke arah bagian tengah tubuh pria itu. ‘Dan besar juga.’

'Tapi tidak tahu apakah bisa berfungsi dengan baik atau tidak?'

'Kalau cuma di mulut saja, pasti membosankan .…'

Sudut bibir Pangeran Steve berkedut tak henti-hentinya, ketika ia mendengar suara hati wanita itu dengan jelas.

Wanita muda ini .…

Mulutnya memuji tanpa henti, tetapi suara hatinya meremehkan kejantanannya .…

“Kau akan menyesal karena telah meremehkanku.”

'Hah? Kapan aku meremehkan? Yang aku ucapkan hanya pujian .…'

Jihan Kin merasa bingung, tetapi sebelum ia sempat berpikir, kedua tangan kasar pria itu melebarkan kakinya. Ia mengangkat pantatnya yang bulat agar melayang dari ranjang, dan mengarahkan bagian tengahnya ke kelopak bunga di tengah tubuh wanita itu.

Swup

“Uhh,” tubuh Jihan Kin terangkat tinggi, ketika ia merasakan benda asing masuk ke dalam tubuhnya dengan jelas.

'Akhirnya makan 'daging''

'Tidak, dia yang sedang 'dimakan'…'

Suara hati Jihan Kin terdengar penuh kemenangan, membuat Pangeran Steve mulai mengerti sedikit tentang apa yang dimaksudnya dengan ‘makan daging’.

Pangeran Steve menanggapi erangan wanita itu dengan menggerakkan pinggulnya secara terus-menerus. Tubuh ramping di bawahnya bergetar mengikuti setiap gerakan, dan suara ranjang kayu yang bergesekan dengan lantai terdengar di seluruh ruangan.

Jihan Kin pun tidak mau kalah. Ia melingkarkan kakinya yang ramping untuk memeluk Pangeran Steve, memaksanya untuk mendorong lebih dalam.

Kedua tubuh itu saling berpelukan, berbenturan, dan meronta-ronta di atas ranjang. Bergantian menyerang dan menerima hingga sore hari, barulah aktivitas di ranjang berhenti .…

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Permaisuri Pangeran Nakal   Bab 100

    Jihan Kin“...”“Kenapa kamu menatapku seperti itu?” Liliana Hong balik bertanya. “Coba kamu bayangkan jadi pelayan tokoh utama seperti aku? Kehidupan seorang pelayan, kalau majikanmu mau menyiksamu sampai mati, ya bebas saja, kamu bisa mati dengan mudah tanpa disadari. Dan lagi pula di masa depan Joan Kin, harusnya yang menjadi Permaisuri? Kalau itu kamu, apakah kamu tidak akan melakukan hal yang sama?”“Ya, ya, kamu hebat,” Jihan Kin memaksakan pujian. “Lanjutkan ceritamu.”Setelah itu, Liliana Hong mengamati Jihan Kin secara khusus. Karena selama satu tahun dia berada di sana, dia telah melihat perilaku buruk, egois, bodoh, dan sama sekali tidak bermoral dari Nona Kedua Kediaman Tabib Hue ini.Ketika mengingat hari saat mereka pergi melihat festival, di mana Jihan Kin mengajak Joan Kin pergi dengan sangat ramah, semuanya semakin membuat Liliana Hong yakin bahwa Jihan Kin adalah orang yang menyeberang dimensi.Karena itu, Liliana Hong mulai mengurus Jihan Kin sesuai dengan alur drama.

  • Permaisuri Pangeran Nakal   Bab 99

    “Bagian mana?” Liliana Hong bertanya dengan suara pelan.“Mulai dari saat kamu menyeberang dimensi.”Liliana Hong pun mulai menceritakan segalanya dari awal ....Saat itu, Liliana Hong sedang duduk mengamati mereka syuting adegan terakhir yang ditentukan oleh Sutradara Guang. Adegan itu adalah ketika Jihan Kin jatuh ke air sesuai naskah. Begitu dia berkedip, dia membuka mata dan melihat Paviliun Kamboja milik Joan Kin.Joan Kin, yang sedang duduk menyulam di kursi di kediamannya, memanggil, ‘Benjo.’Ketika melihat dia belum bergerak, Joan Kin memanggil lagi, ‘Benjo ....’Liliana Hong yang sedang bingung, dipukul pelan di bahu oleh Benji untuk menyadarkannya. ‘Nona sudah memanggil. Kenapa kamu tidak masuk?’Liliana Hong menunduk melihat pakaian dan kulitnya, dan baru menyadari bahwa tubuh yang dia miliki sekarang bukanlah miliknya. Begitu dia melangkah masuk ke kediaman dan melihat bayangannya di cermin, dia semakin yakin bahwa dia telah menyeberang dimensi dan menjadi pelayan Joan Kin

  • Permaisuri Pangeran Nakal   Bab 98

    ’Sialan ....’‘Kenapa harus menjadi si Juliette Yan sialan ini’, pikir Liliana Hong dalam hati.Dulu, saat dia masih menjadi penata rias top paling muda, Liliana Hong sangat angkuh. Antrean pemesanan makeup dengannya untuk berbagai acara sangat panjang.Tetapi itu karena dia berutang budi kepada Sutradara Guang yang pernah membantunya, mendorongnya ketika Liliana Hong masih menjadi penata rias pemula hingga melompat menjadi penata rias top yang terkenal.Namun, siapa sangka suatu hari kehidupan Liliana Hong dan Sutradara Guang berbalik arah.Di saat Liliana Hong tumbuh dan bersinar di dunia tata rias, Sutradara Guang malah kehilangan naskah-naskah penting. Ditambah lagi, ada sutradara baru yang bersemangat dengan teknik syuting baru. Tak lama kemudian, tidak ada lagi yang membicarakan Sutradara Guang.Namun, karena kecintaannya pada profesi, Sutradara Guang memilih membuat drama pendek di platform online. Meskipun tidak terkenal, itu cukup untuk mencari nafkah. Oleh karena itu, dalam b

  • Permaisuri Pangeran Nakal   Bab 97

    Pelayan istana itu melipat tangan di dada, menunduk, dan menatap meremehkan. “Kamu ini bicara omong kosong. Kita sama-sama dari era modern. Masalah membunuh orang seperti itu, siapa yang bisa melakukannya dengan mudah?”Jihan Kin memotong “Lalu, kenapa kamu menculikku?”Pihak yang lain masih diam. “...”“Begini, karena kita berdua sama-sama tersesat ke dalam drama ini, bisakah kita bicara secara terbuka?” Jihan Kin angkat bicara. “Bagaimana kalau kita mencari cara agar kita berdua bisa memiliki kehidupan yang baik bersama?”Pelayan istana itu terdiam sejenak, berpikir keras, sebelum mengangguk lemas. “Baiklah. Aku sendiri juga sudah lelah.”“Kalau begitu, pertanyaan pertama: kamu siapa?”Pelayan istana itu tidak menjawab, tetapi memasukkan tangan ke lengan baju, lalu mengeluarkan tisu penghapus makeup dan mulai membersihkan riasan di wajahnya.Jihan Kin membelalakkan mata. “Kamu punya tisu penghapus makeup?”“Tentu saja,” jawabnya. Meskipun dia belum selesai membersihkan wajah, dia mem

  • Permaisuri Pangeran Nakal   Bab 96

    Kasim itu berbicara dengan suara gemetar. Sebelum Pangeran Steve bisa mengatakan apa-apa, dia buru-buru melanjutkan, “Tapi hamba sudah masuk ke ruangan, Calon Istri Pangeran aman, Yang Mulia. Beliau hanya sedikit terkejut. Beliau meminta hamba segera melapor kepada Pangeran.”Pangeran Steve tanpa sadar langsung meremas cangkir porselen di tangannya hingga pecah, lalu buru-buru berdiri. Hal ini menarik perhatian banyak bangsawan. “Ayahanda Kaisar, hamba merasa sedikit pusing. Mohon izin untuk istirahat sebentar di luar, Yang Mulia.”“Pergilah,” Kaisar William Sui melambaikan tangan mengizinkan.Pangeran Steve memberi hormat, lalu bergegas melangkah keluar segera. “Bawa saya ke sana.”Sama sekali tidak boleh ada yang tahu bahwa ada penjahat yang menyusup ke ruang tunggu Calon Istri Pangeran. Sebab, rumor tentang Jihan Kin sebelumnya sudah sangat membuat Ayahanda Kaisar marah.Calon Istri Pangeran kesayangan beliau sudah memiliki reputasi buruk di ibukota. Jika dia sampai menimbulkan keka

  • Permaisuri Pangeran Nakal   Bab 95

    “Kakak! Aku ini Adikmu,” Pangeran Keanu merengut. Namun, dia tidak bisa lagi menarik perhatian Pangeran Steve, karena pria itu hanya menatap Jihan Kin yang duduk di seberang.Pangeran Steve mengangkat cangkir arak-nya tinggi-tinggi, sebagai isyarat untuk bersulang dengan pihak seberang. Jihan Kin bergegas mengangkat cangkir teh-nya ke tingkat yang sama. Keduanya menggerakkan tangan, membenturkan cangkir mereka pelan di udara, lalu meminumnya, saling melempar senyum lembut yang menimbulkan kecemburuan bagi beberapa orang yang diam-diam memperhatikan.“Kaisar tiba!!” Suara kasim berteriak, membuat suasana pesta kembali serius. Semua orang di aula berdiri memberi hormat saat Kaisar dan Permaisuri melintas, diiringi alunan musik pujian.Kaisar William Siu duduk di Singgasana Naga, mengangkat tangan untuk mengizinkan semua orang duduk. Para bangsawan, pegawai istana, dan perwakilan dari berbagai wilayah secara bergiliran mengucapkan selamat ulang tahun dan memberikan hadiah kepada Kaisar.S

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status